Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Tips Menghadapi Anak yang Suka Membantah

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 23 Jan 2018 11:04 WIB

Menghadapi anak yang suka membantah memang benar-benar menguji kesabaran.
Tips Menghadapi Anak yang Suka Membantah/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Harapannya anak kita menjadi anak penurut yang nggak suka membantah instruksi atau nasihat orang tuanya. Tapi nyatanya kenyataan memang nggak seindah yang diharapkan.

Sama seperti anak saya nih, Bun, saat usianya 5 tahun, dia mulai sering memperlihatkan tingkah yang menjengkelkan. Misalnya saja ketika dimintai tolong, ada saja jawabannya untuk mengelak. Belum lagi kalau diingatkan untuk nggak membandel, si kecil malah mengulang ucapan bundanya. Duh, kesalnya...

Tapi memang sih, Bun, hampir semua anak pernah membantah atau melawan orang tuanya. Kata John Gray, dalam bukunya 'Children Are from Heaven', perlawanan seorang anak terhadap orang tua terjadi karena anak mulai mempunyai kemauan, keinginan, dan kebutuhan sendiri.

Menurut John, anak beranggapan kalau saja orang tua mengerti, mereka pasti mendukung kemauan, keinginan, atau kebutuhannya. Perilaku ini juga menandakan perkembangan kemandirian dalam diri anak. Ya, mungkin dia merasa sudah bisa melakukan segalanya sendiri, sehingga nggak terlalu 'memerlukan' panduan orang tuanya.

Perasaan itu yang membuat si kecil mudah tersinggung kalau ada tekanan dari luar dirinya. Itulah alasan sikapnya bisa berubah kalau mendengar kata perintah atau larangan. Perubahan sikap itu bisa dalam bentuk anak menjadi penurut atau justru melakukan perlawanan.

Sebenarnya, perasaan mandiri itu nggak selamanya jelek lho Bun. Kemandirian juga bermakna anak sudah mempunya pendirian, ini penting untuk kreativitas anak.

Perlawanan juga bisa muncul kalau anak merasa diperlakukan nggak adil Bun. Anak yang disuruh melakukan sesuatu dengan cara kasar, direndahkan harga dirinya, dan dituntut selalu menuruti kemauan orangtuanya biasanya akan merasa dirinya diperlakukan nggak adil dan sewenang-wenang Bun. Siapa sih yang mau menerima kesewenang-wenangan? Jadi wajar kalau reaksi anak melawan.

Kalau kata psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani atau akrab disapa Nina, apabila si kecil pernah membantah Bunda, apalagi kalau umurnya 4-6 tahun, itu wajar kok. Sebab, pertumbuhan kognitifnya udah lebih matang.



Kata Nina, karena kemampuan kognitifnya udah lebih matang, anak mulai bisa membedakan orang yang sudah besar dan masih kecil, mana yang baik dan buruk, dan mana hal yang boleh dilakukan serta yang nggak boleh dilakukan.

Tapi, bunda perlu waspada kalau anak mudah banget mengelawan. Dilarang sedikit, si kecil membantah, memberontak, atau melawan. Kalau sudah begini Bun, jangan didiamkan saja. Sebagai orang tua, kita memiliki kewajiban mengurangi 'hobinya' yang satu ini...

Anak yang sering membantah bisa jadi memang ada sesuatu dengan sikapnya. Kiat berikut ini bisa Bunda coba seperti dikutip dari Parents Guide Growing Up Usia 5-6 Tahun:

1. Hargai Anak

Sikap yang asyik, hangat, penuh kasih sayang, dan cenderung menghargai anak akan melahirkan sikap yang kooperatif. Inilah yang seharusnya lebih dahulu diciptakan dalam keluarga.

Anak yang merasa dihargai orang tuanya akan menghargai orang tuanya. Semua merupakan cerminan sikap kita terhadap anak-anak. Selain itu, terimalah kekurangan dan kelebihan anak secara wajar, Bun.

Apabila anak nggak bisa melakukan sesuatu, jangan melecehkannya, tapi berilah motivasi agar suatu saat si kecil bisa lebih baik. Selain itu, kita tak perlu berlebihan memujinya.

2. Dengarkan Keluhannya

Sediakan waktu untuk mendengarkan keluhan dan penolakan anak ya, Bun. Kalau anak merasa kebutuhan untuk dimengerti sudah terpenuhi, seketika itu bagian terbesar perjuangannya sudah selesai. Anak akan menyadari ia begitu diperhatikan orang tuanya. Cara itu akan mengurangi sikap menentang dan menciptakan sikap kooperatif anak.

Perasaan yang didengarkan akan membuat anak bebas mengeluarkan unek-uneknya tanpa takut dimarahi orang tuanya.

3. Ungkapkan dengan Jelas

Kalau kita berhadapan dengan sikapnya yang menjengkelkan, ungkapkan ketidaksenangan kita dengan kalimat yang jelas dan tidak memojokkan. Daripada mengatakan, "Ayo cepat mandi, bunda nggak suka punya anak malas dan bau," lebih naik mengatakan, "Yuk, kita mandi sayang, biar wangi. Setelah itu boleh menonton televisi lagi,".

Anak tentu senang mendapat perlakuan ini, Bun. Selai itu kalau biasanya kita menyuruh anak dengan nada perintah, ada baiknya mengganti dengan ungkapan minta tolong.



4. Berupaya Lebih Akrab

Cobalah menciptakan hubungan yang hangat dan akrab dengan si kecil, Bun. Makin menyenangkan kita di mata anak, si kecil akan lebih terbuka. Selain itu tanamkan nilai moral dan norma sosial. Misalnya harus sopan dan menghargai orang yang lebih tua.

5. Beri Konsekuensi

Kalau cara yang disebutkan sebelumnya nggak berhasil juga, perlu upaya lain untuk terus mengingatkannya, Bun. Salah satunya dengan memberikan konsekuensi. Gunakan konsekuensi langsung yang terasa akibatnya dan nyambung dengan kesalahan yang dilakukan anak. Misalnya, "Kalau nggak mandi, kamu akan kehilangan waktu untuk menonton televisi sore ini ya, Nak,".

Hindari hukuman fisik ya, Bun, karena hal itu bisa melukai perasaan dan fisik anak. Cara itu mungkin membuat anak menjadi penurut untuk sementara waktu, tapi pada akhirnya anak akan memberontak juga.

Kalau sudah begitu, tugas mengasuh anak menjadi lebih melelahkan dan menyakitkan. Selain itu hukuman fisik juga menghambat perkembangan alami anak lho. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda