Washington D.C -
Sedihnya gadis cilik asal AS, Bella Harrington. Dirinya sering dijadikan bahan
bully teman-temannya lantaran bentuk kupingnya yang mirip kuping peri.
Sebelumnya, Bella mengaku kalau dia nggak terlalu memperhatikan telinganya sampai akhirnya teman sekelasnya mulai mem-
bully bentuk kupingnya. "Semakin banyak orang mengejek saat aku ingin mengubahnya. Saya pikir mereka terlalu berlebihan," kata Bella dikutip dari WRIC.
Sang ibu, Sabrina Harrington, bilang dia mulai memperhatikan ejekan yang diterima putrinya juga. Sedih banget rasanya mendengar si kecil yang selalu bercerita dirinya diejek kupingnya seperti kuping elf (peri).
Nggak tega melihat putrinya terus merasa terintimidasi, akhirnya Sabrina membiarkan anaknya untuk menjalani operasi plastik untuk kupingnya di usia 11 tahun.
Prosedur kosmetik, yang dikenal sebagai otoplasti, ini memungkinkan dokter mengambil tulang rawan dari telinga dan menjepitnya kembali untuk menciptakan bentuk yang lebih "alami". Dokter bedah yang menangani Bella, dr Joe Niamtu, mengatakan prosedur tersebut sebenarnya cukup populer di kalangan anak-anak.
"Kami ingin membantu anak-anak ini sebelum mereka masuk sekolah, jadi tidak jarang saya melakukan prosedur ini pada anak usia 4 atau 5 tahun. Dan alasan utamanya adalah bullying atau tekanan teman sebaya. Sudah terbukti secara psikologis memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga diri atau citra tubuh mereka," kata dr Joe Niamtu dikutip dari Cafe Mom.
Setelah menjalani operasi di bulan Desember, Bella mengatakan dirinya makin percaya diri, Bun. Meski dampaknya positif, namun beberapa netizen menanggapi negatif keputusan yang dibuat sang ibu untuk mengizinkan anaknya menjalani operasi plastik.
"Ibunya membuat keputusan parenting yang mengerikan dengan membiarkan anak perempuannya yang berusia 11 tahun menjalani operasi kosmetik yang tidak perlu," celetuk seorang netizen.
"Dia seharusnya fokus mengajari anaknya cara mengatasi intimidasi dengan cara yang sehat," imbuh netizen lainnya.
Namun bagi Sabrina, yang paling penting bagi dirinya adalah melihat gadis kecilnya merasa nyaman dengan dirinya sendiri. "Tidak berbeda dengan menggunakan kawat gigi, yang mana itu mengubah penampilan. Jika itu akan membuat anak merasa lebih baik tentang diri mereka, lakukanlah," kata Sabrina menanggapi komentar netizen.
Body shaming memang merupakan salah satu bentuk bullying. Sayangnya, body shaming kadang masih dianggap sepele dan sesuatu yang tak dianggap serius oleh banyak orang. Nah, kata psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi bilang, anak bisa melakukan body shaming karena mendapat stimulasi negatif dari lingkungannya, termasuk keluarga.
"Kebiasaan orang tua yang sering komplain ke anak dengan cara negatif dapat memengaruhi perilaku anak ke orang lain," kata Ratih.
Cara yang bisa dilakukan orang tua supaya anak nggak melakukan
body shaming yaitu jangan cuma menegur anak di hal negatif saja atau karena dia nggak bisa melakukan sesuatu. "Apresiasi hal atau prestasi yang anak lakukan, tapi harus tulus dan penuh makna ya. Kemudian, beri lebih banyak pelajaran norma dan moral judgemental ke anak, ajarkan bahwa perilaku body shaming itu bisa menyakiti orang lain," saran Ratih.
(aci)