parenting

Anak Nggak Suka pada Gurunya, Kita Harus Gimana Ya?

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 27 Mar 2018 19:00 WIB

Jakarta - Dulu saat di sekolah Bunda punya guru yang nggak disukai? Nah, sekarang gimana dengan si kecil, Bun? Biasanya ada kalanya anak mengeluh tidak suka pada sang guru dengan alasan bermacam-macam.

Anak nggak dekat dengan guru itu umum terjadi di kelas. Tapi, terkadang ada satu guru yang kelihatannya tak disukai si kecil. Kalau seperti ini kita harus gimana ya? Nah, bisa jadi Bunda berpikir sebaiknya bertemu dengan guru tersebut. Tapi ada juga orang tua yang memilih menahan diri dan berharap situasi membaik. Kira-kira, apa kedua cara tersebut efektif mengubah situasi ini?

"Ini sangat umum tetapi ibaratnya ada dua sisi untuk setiap koin. Kebanyakan guru adalah orang baik yang sangat peduli dengan proses belajar mengajar. Tapi memang, sesekali ada seorang guru yang mendekati anak dengan cara kurang tepat," kata ahli pengasuhan dan mantan guru Gail Bel dari Parenting Power.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Gail menambahkan ada banyak alasan mengapa rasa tidak suka anak pada gurunya bermula. Bisa saja penyebabnya sederhana, Bun, seperti kesalahpahaman antara guru dan siswa. Atau kemungkinan yang ekstrem misalnya si guru tidak menikmati profesi yang mereka geluti. Untuk itu kata Gail yang terpenting orang tua tidak langsung mengambil kesimpulan ketika anak menghadapi masalah. Lebih baik, kita tetap tenang dan cari tahu apa sih yang sebenarnya terjadi.

Saya sendiri pernah punya pengalaman ketika anak bilang nggak suka dengan gurunya. Suatu kali anak saya pernah pulang dengan wajah kesal dan sedih. Ia menangis dan mengatakan benci ke gurunya karena si guru nggak percaya dengan tulisannya yang lebih bagus. Tulisan PR di buku anak saya dicurigai bukan tulisan tangannya karena berbeda dengan tulisan biasanya.



Saya sebagai ibu sedih juga melihatnya, Bun. Tapi saya nggak mungkin juga kan langsung berkesimpulan guru tersebut salah dan malah ikutan benci ke gurunya. Dalam kasus kayak gitu, Gail menjelaskan sebaiknya kita nggak hanya melihat dari perspektif anak dan alias satu perspektif. Meski begitu, orang tua jangan mengabaikan anak tapi berempatilah.

Oh iya, kalau kita merasa nggak suka dengan sikap guru anak kita, sebelum menyampaikan keluhan ini ke pihak sekolah coba tahan diri dulu, Bun. Tunggu beberapa hari dan nilai apakah situasinya membaik. Kalau kejadian tersebut berlangsung terus-menerus, Gail menyarankan coba kita kumpulkan informasi dengan berbicara ke anak sehingga bisa mendapat cerita detailnya.

"Kalau anak bilang guru itu jahat, tanya ke anak sikap gurunya seperti apa yang menurut dia jahat. Ingat, tetap jaga pertanyaan kita agar cukup santai dan jaga emosi. Coba tunjukkan ke anak kalau kita mendukungnya dan akan menghadapi si guru. Tapi, setelahnya coba jangan langsung hubungi kepala sekolah melainkan si guru tersebut," kata Gail dikutip dari Global News.

Dengan kata lain, jangan sampai Bunda menjadikan guru sebagai pihak yang tak tahu apa-apa hanya karena melihat dari persepsi anak. Selain itu, Gail mengingatkan berkomunikasi lewat email, pesan singkat, atau chat baiknya dihindari dalam mencari solusi dari masalah ini. Akan lebih baik kalau Bunda melakukan tatap muka dengan si guru.

Saat bicara dengan guru, gunakan bahasa yang tidak menyalahkan dan mulai dengan kata saya. Misalnya 'Saya mau tahu apakah bu guru busa membantu saya memahami situasi ini. Saya mendengar kalau anak saya begini, gimana pendapat ibu tentang hal tersebut?'.

"Anak juga tidak sempurna. Jadi mungkin saja anak melakukan sesuatu yang menyebalkan di kelas atau mereka belum menyerahkan tugas. Kalau setelah berbicara dengan guru kita melihat masalah tidak dapat diselesaikan, coba bawa masalah ini ke administrator sekolah untuk diselesaikan," kata Gail.

Anak Nggak Suka dengan Gurunya, Kita Harus Gimana Ya?/Anak Nggak Suka dengan Gurunya, Kita Harus Gimana Ya?/ Foto: thinkstock


Guru Sering Marah-marah

Proses belajar mengajar itu dipengaruhi banyak faktor, Bun. Salah satunya cara guru menyampaikan materi pelajaran. Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani yang akrab disapa Nina mengatakan ketika guru mengajar sambil marah-marah seperti bertolak pinggang, melotot, atau memukul penggaris ke meja, itu akan membuat anak merasa takut. Nah, ketika anak merasa takut justru anak tidak dapat memproses informasi dengan baik.

"Jadi otak kita memiliki banyak bagian, ada otak primitif yang mengelola hal-hal seperti pertumbuhan dan emosi. Di situ ada sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap emosi kita. Ada pula bagian yang lebih memproses area yang lebih rasional. Nah yang jauh lebih memengaruhi semua area adalah sistem limbik," kata Nina dikutip dari detikHealth.

Kalau sistem limbik dikuasai emosi positif seperti bahagia, senang, damai, dan penuh cinta, maka bagian otak yang lain akan beres dan lancar. Sehingga anak akan lebih mudah menangkap pembelajaran dengan mudah. Tapi, ketika sistem limbik negatif seperti merasa takut, sedih, kecewa, dan merasa gagal, pada beberapa anak, bagian otak yang rasional tersebut jadi kesulitan memproses informasi yang didapat.



Maka dari itu, Nina mengatakan anak butuh metode pengajaran yang tepat dan menyenangkan agar ia bisa memproses infomasi dengan mudah.

"Jadi anak kalau sudah ketakutan sudah tidak bisa memproses informasi apapun. Tapi, kalau anaknya senang itu yang justru jauh lebih diproses, dimengerti, dan diingat oleh anak. Apalagi yang sistem limbiknya lebih matang dibandingkan pemahanan rasionalnya," kata Nina. (rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT