Jakarta -
Zaman berubah, cara didik pun berubah termasuk aturan-aturan yang kita berlakukan ke anak terutama soal
gadget. Ditambah lagi, anak-anak sekarang juga makin kritis kan Bun?
Misalnya, kita udah menerapkan ke anak untuk nggak main gadget atau minimal kelamaan main gadget. Tapi kemudian, karena melihat temannya anak bisa bertanya balik kenapa dia nggak boleh main gadget kayak teman-temannya yang oleh orang tuanya boleh main gadget.
"Ketika anak tanya 'kok dia boleh aku nggak', ini kembali lagi bagaimana kita menerapkan aturan pada anak kita. Mesti jelas alasannya apa," kata psikolog dari Tiga Generasi, Vera Itabiliana Hadiwidjojo.
Terutama soal gadget, ketika anak kita punya aturan yang berbeda dengan anak lain dia pasti akan nanya tuh 'kenapa'. Pastinya anak akan terus tanya 'kenapa' kalau kita nggak jelas kasih alasannya.
"Anak zaman sekarang itu lebih kritis karena berbagai faktor, dari mulai perbaikan gizi dan lainnya jadi mereka tuh butuh jawaban dari sekadar, karena itu bagus dan ini nggak bagus buat kamu. Nggak bisa berhenti di situ dan butuh dielaborate lagi," papar Vera di tengah acara Mothercare 'Senangnya Jadi Ibu', di XXI Lounge, The Djakarta Theater, Thamrin Jakarta Pusat, baru-baru ini.
Vera menyarankan coba kasih tahu ke anak apa sih dampaknya kalau main
gadget lama. Boleh juga kalau penjelasan Bunda dan Ayah didukung sama fakta-fakta penelitian yang kita cari atau riset ketika melarang anak melakukan sesuatu.
"Saya kalau ngomong sama anak di ruang praktik juga gitu, misalnya apa sih akibat kalau kamu main game yang berbau kekerasan, apa aja akibatnya nanti saya jelasin tuh penelitiannya terus contohnya, kamu jadi agresif, keganggu konsentrasi dan lainnya. Jadi nanti tuh anak mikir, oh iya juga ya," kata Vera.
Jawaban seperti itu akan lebih diterima anak daripada jawaban sekadar 'pokoknya kamu nggak boleh melakukan itu, bahaya'. Harusnya, cara seperti ini dilakukan orang tua ketika melarang anak melakukan sesuatu yakni dengan ngasih tahu alasannya.
Karena kalau kata Dr Seto Mulyadi SPsi MSi, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), tekanan-tekanan pemaksaan atau pengarahan yang berlebihan justru malah akan berdampak buruk ke anak lho, Bun.
"Pengarahan boleh tapi lebih secara wajar dan lewat dialog karena anak juga perlu didengar suaranya. Hanya dengan demikian maka kecerdasan anak akan mereka dengan segala keelokannya sendiri," ungkap psikolog yang akrab disapa Kak Seto ini.
(rdn)