Jakarta -
Membangunkan si kecil
sahur bisa jadi PR buat para orang tua. Ada anak yang gampang dibangunkan sahur, tapi ada yang susahnya minta ampun. Kadang kala, beragam upaya pun dilakukan orang tua demi membuat anak membuka mata saat sahur.
"Kalau saya pertama bangunin anak ya saya panggil aja. Kalau dia nggak mau bangun, saya cipratin air sedikit ke mukanya atau saya usap mukanya pakai air. Itu memang dia yang minta sih," kata ibu dua anak, Tere.
Sementara itu, bunda tiga anak bernama Jenna mengaku yang membangunkan si kecil sahur lebih sering suaminya, Bun. Jadi, pertama suami Jenna membangunkan anak sahur seperti biasa. Nah, seringnya walau anak udah buka mata, dia masih malas-malasan. Kalau kayak gitu, suami Jenna agak meninggikan suaranya sampai si anak benar-benar buka mata lalu bangun dari tempat tidur.
Nah, kalau dilihat dari sisi psikologi sebetulnya apa sih cara yang dianjurkan untuk membangunkan anak
sahur? Menanggapi hal ini, psikolog anak, remaja, dan keluarga dari Tiga Generasi, Samanta Ananta, bilang pada prinsipnya setiap anak punya karakter yang beda-beda. Sehingga, cara ampuh untuk membangunkan mereka sahur bisa berbeda juga.
"Namun yang pasti penting adalah briefing bersama. Orang tua perlu ngasih pengertian dan pemahaman ke anak sebelum Ramadan berlangsung. Anak perlu di-briefing tentang proses aktivitas yang akan dijalankan selama bulan puasa.
Misalnya, kita ngomong ke anak bahwa sahur bangun jam berapa, buka puasa jam berapa, lalu salat tarawih di mana, kapan, berapa lama, dan dengan siapa. Apa tujuan kita mem-briefing anak?
"Dengan diberikan briefing, akan ada kesepakatan bersama yang dapat lebih memudahkan
anak untuk beradaptasi selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan," ujar Samanta.
(rdn)