Jakarta -
Berbagai peristiwa yang terjadi bisa jadi sumber anak belajar, termasuk
Pilkada serentak yang jatuh hari ini, Rabu (27/6). Biasanya, yang jadi perhatian anak-anak adalah tinta yang ada di kelingking sebagai tanda kita udah nyoblos, he-he-he.
Namun, selain itu ada lho beberapa hal yang bisa kita obrolin sama anak dan pelan-pelan itu bisa jadi pelajaran buat anak. Ya, karena dalam kehidupan anak mereka juga udah mulai belajar memilih lho. Misalnya aja ketika di sekolah anak diminta memilih ketua kelasnya. Mirip dengan pilkada kan, Bun?
Nah, dirangkum HaiBunda berikut ini beberapa hal yang bisa dipelajari anak dari momen pilkada serentak 2018:
1. Menghargai Pilihan Orang LainDi usia 2 tahunan anak sudah bisa menentukan pilihan. Nah, ketika anak menentukan pilihannya kata psikolog anak dari Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, kita bisa menghargai pilihan anak. Jangan langsung men-judge atau meng-cut pilihan mereka. Dengan begini, anak akan belajar menghargai pilihan orang lain juga, Bun.
Termasuk di momen pilkada masing-masing orang pasti punya kepala daerah pilihannya. Nah, di sini kita bisa sampaikan ke anak bahwa tiap orang berhak punya pilihan dan pilihan tersebut perlu kita hargai.
2. Mentaati AturanProfesor psikologi pendidikan di University of Alberta, Edmonton, Christina Rinaldi mengatakan di umur 6 tahun anak udah mulai memahami aturan dalam sebuah kompetisi. Kemampuan anak memahami aturan juga sudah berkembang dan dia mulai bisa mentaati peraturan.
Nah, lewat pilkada serentak kali ini kita bisa tuh, Bun, ajak anak ke TPS. Kita jelaskan ke anak bahwa saat pemungutan suara pun ada aturan yang perlu ditaati. Ya, ada prosedur yang mesti diikuti yaitu kita menyerahkan surat undangan memilih terus harus antre dulu sebelum akhirnya masuk ke bilik suara untuk mencoblos. Kita juga bisa mengajari budaya antre ke si kecil.
 Hal-hal yang Bisa Dipelajari Anak dari Pilkada Serentak /Foto: Agung Pambudhy |
3. Berkompetisi dengan SehatLewat momen
Pilkada serentak kali ini, orang tua juga bisa mengajari anak untuk berkompetisi dengan sehat. Ya, dalam pilkada ada aturan kampanye dan itu nggak boleh dilanggar. Dengan memberi tahu itu, anak bisa paham bahwa ketika bersaing kita harus memakai cara yang sehat dan mentaati aturan yang ada.
4. Menerima KekalahanDalam pilkada sudah pasti ada pihak yang kalah kan, Bun. Nah, di sini kita bisa mengajari anak tentang menerima kekalahan. Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani yang akrab disapa Nina, bilang soal menerima kekalahan kita bisa sampaikan ke anak dalam sebuah kompetisi kalah dan menang itu biasa.
Kita juga bisa bilang bahwa
kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Ya, ketika kalah dalam sebuah kompetisi kita bisa mencobanya di lain kesempatan. Dari kekalahan yang terjadi anak juga bisa belajar bahwa nggak selamanya sesuatu dalam hidup ini sesuai dengan yang kita harapkan.
(rdn)