Jakarta -
Bicara tentang ibu bekerja dan ibu di rumah, stigma ibu lebih baik di rumah dan mengurus keluarganya kadang masih jadi perbincangan yang nggak ada habisnya ya, Bun. Dikatakan,
ibu bekerja bisa jadi kesulitan dan jadi mengesampingkan kehidupan keluarga karena disibukkan dengan pekerjaan. Eits, tapi nggak melulu seperti itu kok.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal 'Work, Employment and Society' ditemukan anak-anak dari ibu bekerja memang cenderung menjalani kehidupan yang berbeda dengan anak dari ibu yang tinggal di rumah. Tapi, perbedaan ini dalam arti positif, Bun.
"Ada banyak isu pembicaraan kenapa wanita harus bekerja. Banyak yang beranggapan bahwa ibu bekerja dapat merugikan keluarganya. Hal ini seperti pencarian tak berujung akan rasa bersalah ibu pada anak," kata Kathleen McGinn, penulis studi dan seorang profesor di Harvard Business School dilansir Time.
Menurut makalah kerja tahun 2015 dari tim peneliti yang sama, 23 persen anak perempuan di AS yang ibunya bekerja punya pilihan karir sendiri dan dapat pekerjaan dengan gaji lebih baik. Dan di 25 negara maju yang mewakili survei tersebut, 21 persen anak perempuan yang ibunya bekerja mendapat lebih banyak kemungkinan untuk menjadi seorang supervisor kelak saat dewasa.
Kenapa bisa begitu? Peneliti menduga ini adalah cara anak-anak menginternalisasi adat istiadat sosial dan perilaku yang dimodelkan oleh orang dewasa di sekitar mereka. Anak akan cenderung memiliki pandangan lebih egaliter tentang peran gender ketika mereka memiliki
ibu bekerja.
Sedangkan untuk anak laki-laki yang ibunya bekerja, mereka lebih mampu berkontribusi pada pekerjaan rumah tangga dan lebih senang menghabiskan waktu untuk merawat anggota keluarganya.
Hal positif yang didapat anak dari ibu bekerja. Foto: Thinkstock |
"Tumbuh dan berkembang. Ibu bekerja punya suatu gagasan bahwa anak lelaki juga diberikan dan tahu cara menangani pekerjaan rumah tangga," kata Kathleen seperti dikutip dari Harvard Business School.
Menurut Kathleen, ada banyak kesalahan pandangan tentang orang tua yang bekerja. Nah, penelitian ini diharap bisa menyemangati semua ibu yang bekerja. Ya, nggak perlu merasa bersalah dan jadi ibu yang nggak baik karena sejatinya apa yang dilakukan selain membantu keluarga secara ekonomi juga membantu anak-anak dalam tumbuh kembangnya.
"Jadi saya pikir, untuk para ibu dan ayah yang bekerja dapat memberikan anak-anak kita tanda bahwa kontribusi di rumah dan di tempat kerja sama-sama berharga. Ini baik untuk anak-anak kita," papar McGinn.
Tapi, bukan berarti dengan penelitian ini ibu di rumah merasa rendah diri. Karena bagaimanapun, kata Kathleen nggak ada satu pun cara yang benar untuk membesarkan seorang anak. Masing-masing ibu pasti akan melakukan yang terbaik untuk anaknya dan punya berbagai pertimbangan sebelum memutuskan akan bekerja atau di rumah setelah punya anak. Penelitian yang dilakukan Kathleen dan tim bisa jadi sebuah cara menyemangati perjuangan
ibu bekerja.
"Ketika anak perempuannya melihat sang ibu pergi kerja tiap hari, anak itu akan belajar cara mengelola kehidupan yang benar-benar rumit," tutur Kathleen.
Intinya, pilihan apapun yang dipilih masing-masing ibu nggak ada yang benar dan yang salah. Tiap ibu dan orang tua punya cara masing-masing dalam menerapkan pola asuhnya dengan masing-masing konsekuensinya. Jadi jangan berkecil hati dengan pilihan yang Bunda tetapkan ya.
(aml/rdn)