Bangladesh -
Kemampuan, karir dan ketenaran seorang Jelena Noura Hadid alias
Gigi Hadid tak perlu diragukan lagi. Meski begitu Gigi Hadid nggak canggung main bareng anak-anak di pengungsian.
Kedatangan Gigi Hadid ke area pengungsian di Bangladesh ini sebenarnya adalah kerja sama dengan UNICEF. Kegiatan main bareng Gigi Hadid bertempat di kamp pengungsi Kutupalong yang merupakan sebuah kamp pengungsi di Ukhia, Cox's Bazar, Bangladesh dan dihuni kebanyakan oleh Muslim Rohingya yang melarikan diri dari negara tetangga, Myanmar.
Tujuan Gigi Hadid bersama relawan lainnya juga sangat mulia, Bun, yaitu membiarkan anak-anak menjadi anak-anak yang bebas tanpa ketakutan yang menyelimuti. Hal ini disampaikan dalam salah satu foto dan video Instagram yang diunggah Gigi Hadid.
Gigi Hadid bersama timnya membantu anak-anak keluar dari trauma melalui kegiatan seperti seni, olahraga, belajar musik, serta belajar membaca dan menggambar. Nggak sekadar menemani, bahkan Gigi pun ikut bermain bola dengan anak-anak ini lho. Seru deh, Bun.
[Gambas:Instagram]
Gigi Hadid menjelaskan sejak Januari hingga Juli 2018, UNICEF telah mendaftarkan 91.929 anak-anak pengungsi dalam pendidikan non-formal darurat. UNICEF juga melatih 2.762 guru untuk mendukung peningkatan pembelajaran bagi anak-anak pengungsi.
Nggak hanya itu, mereka juga telah menjangkau lebih dari 900 ribu orang dengan vaksin oral kolera, memberikan layanan kesehatan primer, dan dengan vaksin melindungi anak-anak dari penyakit yang mengancam jiwa seperti difteri dan pertusis. Semangat terus ya Gigi Hadid dan tim UNICEF.
[Gambas:Instagram]
Kegiatan baik yang dilakukan
Gigi Hadid bersama yang lainnya patut banget kita jadikan contoh untuk anak-anak kita nih, Bun. Sebab berbagi merupakan keterampilan yang perlu dipelajari, Bun.
Membantu anak-anak belajar berbagi membutuhkan kesabaran dan cekatan. Selain itu perlu latihan pelan-pelan. Terutama untuk balita, mereka sedang berada dalam fase perkembangan egosentris. Mereka baru mulai mengenali dirinya sebagai individu dengan hal-hal mereka sendiri. Balita juga mulai mengeksplorasi apa artinya memiliki sesuatu dan belum cukup memahami gagasan bahwa ada lho sesuatu yang merupakan milik orang lain.
"Itu sebabnya kita sering mendengar balita berkata ini punyaku terhadap barang yang nyatanya bukan milik dia," kata Sally Kotsopoulos, pendidik anak usia dini dan pengawas pengasuhan anak, seperti dilansir Todayparents.
Kata Kentville, NS, psikolog dari Kim O'Connor, berbagi itu lebih dari sekadar harta. Karena itu, kalau kita sebagai orang tua berbagi waktu dan hal-hal lainnya pada orang lain, maka anak-anak akan belajar melakukannya juga.
(Nurvita Indarini)