Jakarta -
Rikako Ikee memborong enam medali emas plus dua perak di Asian Games 2018 dari cabang renang. Prestasi luar biasa tentunya ya, Bun, untuk atlet yang masih berusia 18 tahun itu. Rikako punya cerita lho tentang spirit 'benci kalah' nih.
Kepada AFP dalam sebuah wawancara
Rikako Ikee menuturkan tekanan yang dia dapat akan menjadi sesuatu yang membuatnya berjuang lebih keras. "Saat berenang, saya benci kalah," ucap Rikako Ikee.
Ya, setelah berlaga di Asian Games, Rikako Ikee memang mendapat tekanan besar untuk tampil prima di Olimpiade 2020 di Tokyo. Menurut Rikako, di Tokyo kemungkinan akan lebih banyak pendukung yang melihatnya berlomba. Dukungan itu akan membuatnya bersemangat dan memberi kekuatan besar.
"Semakin banyak penggemar yang datang, semakin kuat saya," tambah Rikako Ikee.
Mulanya Rikako Ikee sebenarnya menargetkan mendapat 5 emas di Asian Games 2018. Karena itu, penghargaan sebagai atlet terbaik di perhelatan olahraga ini membuatnya senang dan bangga sekali.
"Saya tidak menyangka penghargaan ini bisa diberikan kepada saya. Saya sangat merasa senang dan bangga sekali mendapat penghargaan ini," ujar Rikako, dikutip dari detikSport.
Rikako Ikee/ Foto: Sigid Kurniawan/Antara Foto |
Bicara soal benci kekalahan, sebenarnya wajar banget ya, Bun. Mungkin Bunda pernah mendapati si kecil pulang ke rumah sambil menangis karena kalah dalam sebuah pertandingan. Terpuruk, hancur, sedih bisa dirasakan siapa saja saat mengalami kekalahan. Rasanya nggak enak memang saat kalah.
Sebaliknya, kemenangan adalah sesuatu yang menyenangkan dan jadi hal penting untuk membentuk kehidupan banyak orang. Profesor psikologi Ian Robertson, dari Trinity College di Dublin menuturkan semua spesies memiliki hierarki. Nah, posisi seseorang dalam hierarki itu bisa menentukan kesehatan, fungsi mental, dan suasana hati yang bersangkutan.
"Kemenangan meningkatkan testosteron yang mana meningkatkan zat kimia pengantar dopamine, dan dopamine itu menuju ke jaringan pemberi penghargaan di otak yang membuat kita merasa lebih baik," papar Robertson dalam bukunya, 'The Winner Effect'.
Saat anak menjadi pemenang, wajar banget kita beri apresiasi. Tapi gimana saat mereka kalah? Anna Surti Ariani M.Psi., Psikolog atau Nina, menuturkan perlunya validasi emosi, di mana kita mengakui saat anak marah dan sedih karena kekalahannya.
Memvalidasi emosi anak bisa kita lakukan dengan mengucapkan kalimat misalnya 'Kamu tadi marah ya karena kalah', 'Kamu sedih ya karena nggak dapat hadiah', atau 'Kamu kesal ya karena si temen itu yang dapat hadiah'.
"Dengan kita ungkapkan begitu, anak merasa dingertiin dan saat anak merasa dingertiin, itu akan menurunkan kemarahannya," kata Nina waktu ngobrol sama HaiBunda beberapa waktu lalu.
(Nurvita Indarini/rdn)