Jakarta -
Gempa dan tsunami di Palu dan Donggala memberikan dampak seperti anak-anak
terpisah dari orang tua. Dukungan dan perawatan ekstra perlu diberikan kepada anak-anak, Bun.
Senior Branding and Communication Manager Yayasan Sayangi Tunas Cilik, Fajar Jasmin mengatakan, anak-anak telah mengalami peristiwa yang mengejutkan sekaligus menyedihkan, dan berpotensi menimbulkan trauma. Beban emosional anak-anak menjadi jauh lebih buruk karena datangnya gempa susulan kuat yang terus terjadi.
"Anak-anak mungkin telah terpisah dari keluarga mereka dan atau kehilangan teman atau anggota keluarga dan melihat rumah dan harta benda mereka hancur. Tidak diragukan mereka pasti bertanya-tanya kapan kehidupan akan kembali normal," kata Fajar, dalam rilisnya, Senin (1/10/2018).
Menurut Fajar, sangat penting untuk memberikan dukungan dan perhatian ekstra kepada anak-anak dalam beberapa hari, minggu, dan bulan mendatang. Pihaknya perlu memastikan anak-anak dipersatukan kembali dengan keluarganya serta memastikan pemulihan emosional bagi anak-anak.
"Dukungan kepada anak-anak menjadi salah satu bagian penting dari respons kemanusiaan ini. Hal ini tidak bisa dilupakan," ucapnya.
Tim kemanusiaan Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save the Children saat ini sedang dalam perjalanan ke wilayah yang terkena dampak terburuk. Tim ini berangkat dengan kapal sekitar 800 km utara dari Makassar, Sulawesi selatan karena keterbatasan akses di darat.
Tim ini memiliki persediaan barang-barang bantuan yang siap untuk didistribusikan. Barang-barang tersebut termasuk terpal plastik dan tali untuk perlindungan sementara peralatan kebersihan dan jerigen, serta perlengkapan pendidikan untuk membantu mengembalikan anak-anak ke sekolah secepat mungkin.
"Namun respons ini akan menjadi tantangan yang cukup besar karena saat ini kami masih merespons di Lombok, yang dilanda gempa berkekuatan 6,9 pada bulan Agustus, serta serangkaian gempa susulan yang kuat," ucapnya.
Nigel Latta, psikolog keluarga dari Selandia Baru, menyebutkan tips mengatasi trauma pada anak, akibat gempa. Pertama memberi tahu anak apa yang terjadi. Dorong mereka untuk mengekspresikan emosi. Menyatakan kalau dirinya ketakutan dan kesedihan adalah cara anak menyesuaikan diri dengan apa yang ada terjadi.
Kedua, komunikasi tetap terbuka. Ungkapkan apa yang dialami mereka juga sama dengan orang dewasa. Cara ini akan mencegah anak-anak menyalahkan diri mereka sendiri dan merasa tertekan.
Ketiga, dorong mereka untuk terus beraktivitas seperti bermain, mengeksplorasi, dan tertawa saat mereka mau. Apalagi, anak-anak sering lebih mudah mengalihkan pikiran dari trauma daripada orang dewasa.
Keempat, luangkan waktu dan membangun 'intimacy' dengan anak misalnya dengan membuat acara setelah gempa terlewati. Ini penting karena kesenangan adalah kunci penting dari penyembuhan trauma.
(nwy/nwy)