sign up SIGN UP search

parenting

3 Cara agar Orang Tua Lebih Sabar Hadapi Anak

Yuni Ayu Amida   |   Haibunda Sabtu, 01 Dec 2018 06:54 WIB
Orang tua dituntut memiliki segudang kesabaran ketika menghadapi tingkah laku anak. Berikut tiga cara menjadi orang tua yang sabar. caption
Jakarta - Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya berperilaku baik. Namun, perilaku ini tak semata-mata bisa terbentuk begitu saja jika tidak didukung dari sikap teladan orang tua. Itu sebabnya, jika ingin anak tumbuh berperilaku baik dan penyabar, kita pun harus lebih sabar menghadapi tingkah laku mereka.

Menurut penelitian University of Pittsburgh di Pennsylvania dan University of Michigan di Ann Arbor, disiplin verbal yang berat dari orang tua sangat merusak anak. Ketika orang tua sering menegur dengan berteriak atau marah-marah, anak cenderung punya masalah perilaku. Hal ini karena emosional anak terganggu. Bahkan mereka bisa menjadi pelaku vandalisme dan kekerasan di kemudian hari.


Sebuah studi, yang diterbitkan di Journal of Marriage and Family pada 2003, juga mengungkap bahwa dalam keluarga di mana ada 25 atau lebih insiden berteriak dalam setahun, anak bisa jadi rendah diri, mudah marah, kasar, serta tingkat depresinya tinggi. Menurut psikolog serta penulis buku 10 Days to a Less Defiant Child, Jeffrey Bernstein, PhD, orang tua yang berteriak dan marah-marah pada anaknya adalah mereka yang kehilangan kesabaran karena tidak mampu mengontrol emosi dengan baik. Hal ini pastinya memberi dampak buruk pada anak.


"Berteriak meningkatkan kecemasan pada anak," kata Jeffrey dilansir Psychology Today.

Oleh sebab itu, tiga cara ini disarankan Jeffrey agar orang tua lebih sabar menghadapi anaknya.

1. Jadi pendengar yang aktif

Ilustrasi mendengarkan anakIlustrasi mendengarkan anak Foto: iStock


Ketika anak dalam masalah, cobalah jadi pendengar yang baik. Bukan malah memarahi atau menceramahinya. Hindari pula sikap terlalu menghakimi karena bisa membuat anak merasa dikritik dan akan menjadi defensif, atau tidak terbuka dan tidak ingin bicara.

2. Mencoba memahami dan berpikir tenang

Setelah mendengar apa yang dijelaskan oleh anak, mungkin bisa menjadi penawar untuk tidak berteriak padanya. Meskipun pemahaman saja mungkin tidak cukup untuk mengurangi emosi kita. Coba tetap berpikir tenang, sambil menganalisis apa yang sebenarnya anak inginkan agar dia mau berubah. Kemudian secara baik-baik, jelaskan padanya apa yang seharusnya dia lakukan.

Misalnya, ketika kita melihat kamar anak sangat berantakan, jangan langsung meneriakinya untuk membereskan. Sebaiknya bicaralah baik-baik, beri saran bagaimana seharusnya dia meletakkan barang-barangnya.

Yang perlu kita tekankan pada diri sebagai orang tua adalah pahami anak, karena ini akan membantu memperlambat emosi kita. Karena semakin lambat emosi, semakin berkurang pula tekanan untuk marah dan berteriak.

3. Jangan terlalu mencampuri urusan anak

Sadarilah bahwa anak pun memiliki dunianya sendiri. Pada waktunya nanti, anak akan tumbuh mandiri dan kita mesti melepasnya. Kita tidak bisa terus-menerus mencampuri urusannya. Kadang orang tua sering merasa apa yang dia lakukan untuk anaknya sudah benar, padahal belum tentu demikian.


Selama ini, kita hanya melihat dari sudut pandang kita sendiri. Cobalah lihat dari sudut pandang anak. Dengan tidak terlalu mencampuri urusan anak dan memberi kepercayaan penuh padanya, akan membantu mengurangi rasa frustrasi dan emosional kita sebagai orang tua. (yun)
Share yuk, Bun!
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bundapedia
Ensiklopedia A-Z istilah kesehatan terkait Bunda dan Si Kecil
Rekomendasi
Ayo sharing bersama HaiBunda Squad dan ikuti Live Chat langsung bersama pakar, Bun! Gabung sekarang di Aplikasi HaiBunda!
ARTIKEL TERBARU
  • Video
detiknetwork

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pantau terus tumbuh kembang Si Kecil setiap bulannya hanya di Aplikasi HaiBunda!