Jakarta -
Saya ingat betul sewaktu menjadi ibu baru, banyak yang berpesan kalau
bayinya nangis dibiarkan saja. Jangan sedikit-sedikit digendong atau nanti anak akan bau tangan. Itu yang suka membuat bingung ya, Bun. Kadang kan nggak tega membiarkan anak nangis terus.
William Sears dan istrinya Martha Sears dalam bukunya
The Fussy Baby Book Parenting Your High-Need Child From Birth to Age Five menuliskan sebenarnya orang tua bisa memahami arti tangisan sang bayi. Kuncinya ibelajar mendengarkannya.
"Kadang sebagai orang tua kita hanya perlu jadi sensirit. Sehingga, kadang ada beberapa bahasa tubuh yang memang harus kita pelajari denga sensotif," ujar William.
Ilmuwan berpendapat suara tangisan bayi memiliki empat tanda. Pertama, tanda yang bersifat otomatis. Bayi baru lahir menangis karena refleks dan itu merupakan kebutuhannya. Kedua, ketika bayi butuh usaha untuk menangis. Kemudian, tangisan untuk mendapat perhatian dan keempat, tangisan dimodifikasi.
"Ibarat sidik jari, tangisan tiap bayi unik," ujarnya. Tapi tetap, Bun, William berpesan supaya orang tua nggak mengabaiakan yang ditunjukkan anak bahwa mereka butuh pertahian. Ketika diabaikan. bayi bisa kehilangan motivasi dan orang tua kehilangan kesempatan mengenal sang anak.
Jadi, tetap perhatikan sinyal yang ditunjukan anak lalu bersikap responsi. Menurut William, membiarkan bayi menangis sampai menangis keras bisa membero tanda bahwa bayi tak punya kekuatan untuk berkomunikasi.
"Saran yang paling berbahaya dari semua ini adalah membiarkan bayi menangis keras. Meski jarang, coba pahami tentang tangisan bayi dan kualitas penerimaan seporang ibu, tambah William.
 Ilustrasi bayi menangis/ Foto: Thinkstock |
Pernyataan William ini bertolak belakang dengan sebuah penellitian dari Flinders University, Australia. Mereka mencoba membandingkan metode menidurkan bayi dengan membiarkannya menangis atau tidur. Metode ini diterapkan pada 43 bayi berumur antara 6 - 16 bulan.
Metode lain yang dimaksud adalah bedtime fading. Di sini, tua melakukan cara-cara khusus agar bayinya cepat terlelap seperti meninabobokan atau menggendongnya sampai tertidur.
"Kedua metode terbukti efektif membuat bayi mudah tertidur. Bedanya bayi yang ditidurkan dengan metode pertama tidak lebih stres daripada bayi yang ditidurkan cepat-cepat," ungkap peneliti Michael Gradisar seperti dilansir
detikcom.
Bayi yang dibiarkan menangis sampai tertidur tidak memiliki kadar kortisol yang lebih tinggi jika dibandingkan yang 'dipaksa' tidur lebih cepat. Selain itu, mereka bisa tidur lebih lama dan jarang terbangun di malam hari. Satu tahun kemudian, peneliti juga tidak menemukan adanya perubahan atau masalah pada perilaku dan emosi yang signifikan pada mereka.
(rdn/rdn)