Jakarta -
Kehiduan percintaan menjadi salah satu masalah besar yang harus Bunda perhatikan, terlebih jika Anak sudah memasuki usia remaja. Banyak anak yang mengalami
patah hati dalam fase ini. Sebagai orang tua, tentunya Bunda akan merasa sedih dan ingin memberikan solusi terbaik untuk sang buah hati.
Hal ini akan semakin membingungkan jika anak yang selalu ceria, justru jadi murung dan tidak bersemangat menjalani hari-harinya. Bahkan, tidak jarang beberapa anak justru mengurung diri. Jika hal itu sudah terjadi, sebaiknya Bunda melakukan cara-cara berikut agar anak bisa keluar dari hal yang membuatnya sedih, sehingga bisa beraktivitas kembali seperti biasanya. Yuk, coba perhatikan satu-satu, Bun!
1. Menjadi pendengar yang baik bagi anak Tidak semua anak nyaman bercerita pada orang lain termasuk ayah dan bundanya tentang kehidupan percintaannya. Jika anak kurang nyaman, Bunda tidak perlu memaksa anak bercerita. Namun, mulai ajak ngobrol dia dengan menanyakan keadaannya. Jika anak tetap tidak ingin berbicara, Bunda tetap bisa memberikannya perhatian agar dia tahu Bunda selalu ada untuk dirinya.
Ketika anak akhirnya bersedia untuk bercerita, dengarkan benar-benar permasalahannya. Ketika mencurahkan hatinya, anak tidak selalu meminta nasihat. Bisa jadi dia hanya butuh didengarkan dan dimengerti.
 Ilustrasi anak patah hati/ Foto: Thinkstock |
2. Berbagi cerita dengan anakKetika anak sudah mulai mau bercerita tentang kehidupan percintaannya, Bunda mungkin bisa turut menceritakan bagaimana masa-masa dulu patah hati dan bagaimana menanganinya. Dengan membagi cerita serupa, Bunda bisa meyakinkan si anak bahwa setiap patah hati pasti akan berlalu dan dia tidak sendirian yang merasakan hal demikian.
Namun, yang mesti diingat, anak butuh didengarkan, bukan mendengarkan. Jadi, jangan biarkan pembicaraan larut dalam cerita Bunda. Bunda bisa menceritakannya secara ringkas hanya sebagai contoh, karena keadaan anak dan Bunda bisa jadi berbeda.
3. Hindari membela salah satu pihakBunda tentu ingin meringankan beban dan rasa patah hati yang dirasakan oleh anak. Namun, ada baiknya tidak memihak salah satu jika keadaan memungkinkan. Bunda bisa memberikan sisi positif dan negatif yang seimbang dari kedua belah pihak. Dengan demikian, Bunda bisa membantu anak untuk melihat suatu masalah dengan lebih bijak.
Selain itu, tidak membela salah satu pihak membuat anak menjadi lebih kuat untuk menghadapi orang yang dipermasalahkan. Ketika Bunda mengikuti anak untuk menyalahkan 'si dia', hal tersebut justru membuat drama semakin intens dan memperparah rasa kecewa anak. Selain itu, hal tersebut juga memperburuk hubungan keduanya.
4. Ingatkan kelebihan si anakPatah hati dapat membuat anak menjadi kekurangan rasa percaya diri akibat kekecewaannya. Bunda bisa bantu mengingatkan dirinya memiliki berbagai kelebihan, yang dapat menjadi nilai bagi kepribadiannya. Ia akan memahami bahwa kelebihannya patut diapresiasi oleh orang lain dan mendapatkan tautan hati yang lebih baik lagi.
5. Ajak anak berlibur dan melakukan aktivitas baruPatah hati yang selalu mengganggu pikiran anak bisa Bunda bantu halau dengan memberikan kesibukan bagi si anak. Bunda bisa mengajak anak pergi liburan singkat atau mengajaknya melakukan aktivitas atau hobi baru yang bisa kembali membuatnya bersemangat. Keadaan yang sibuk bisa bantu mendistraksi pikiran anak soal patah hatinya.
Dengan memberikan bantuan moril kepada anak, penting untuk anak ketahui bahwa dirinya bukan satu-satunya yang mengalami patah hati. Selain itu, anak tidak akan merasa sendirian jika Bunda selalu menunjukkan bahwa Bunda selalu berada di sisinya. Cukup menyediakan telinga, anak akan merasa lebih lega dan terkurangi bebannya.
Suntikan moril tersebut tidak hanya berlaku ketika anak patah hati saja. Dengan memberikan dukungan,
anak dapat menangani berbagai permasalahan hidup lainnya, baik ketika mengalami kegagalan di sekolah, pertemanan, atau ketika berkarier nantinya.
*dr Jolinda Johary saat ini bergabung dengan go dok (rdn/rdn)