Jakarta -
Sebagian
orang tua, masih ada yang menganggap tabu dalam hal memberi edukasi seksual ke anak. Padahal, pendidikan seksual ini penting lho diajarkan sedini mungkin ke buah hati.
Menurut psikolog dari Mayapada Hospital, Adisti F. Soegoto, MPsi, orang tua kita dulu menganggap bicara seks pada anak adalah hal yang tabu. Orang tua zaman dulu tidak terbuka seperti sekarang, saat membicarakan tentang hal yang berbau seksual. Dengan dibentuknya pemahaman seperti ini, maka terbawalah hingga sekarang.
"Kadang, kita suka berpikir terlalu jauh nih. Ketika berbicara seksual pada anak, bukan berarti kita mengajarkan pada anak tentang seksual intercourse atau berhubungan seksual. Tapi, kita memberikan edukasi seksual pada anak bertujuan untuk menjaga anak kita dari hal-hal yang tidak diinginkan khususnya terkait pelecehan seksual," papar psikolog yang akrab disapa Adis, saat ngobrol dengan HaiBunda.
Adis menambahkan, seringkali banyak kasus ketika anak sudah dewasa, dia baru sadar tuh kalau ternyata pernah mengalami, misalnya disentuh tubuhnya oleh pedagang di depan sekolah. Atau baru sadar kalau waktu TK, dia pernah disodomi.
 Foto: Istock |
"Kalau hal yang kayak gini baru disadari pas anak dewasa, terus mau ngapain? Nah, ini mengapa penting banget edukasi seksual sedini mungkin ke anak, untuk menghindari hal-hal yang seperti ini. Tujuan pendidikan seks itu sendiri ya untuk safety (keamanan) anak," tutur Adis.
Saat anak beranjak dewasa, biasanya anak akan mengeksplorasi ke mana-mana. Apalagi, saat ini akses informasi sangat mudah didapat dari manapun. Saat
orang tua dan anak tidak terbiasa membicarakan topik seksual, pada akhirnya anak akan mencari tahu sendiri.
"Informasi itu belum tentu benar, yang lebih buruk anak bisa jadi terjerumus hal-hal yang salah. Pendidikan seksual itu kita mulai sedini mungkin. Yang gampang aja, dari mulai bayi kita coba bicara tentang pengenalan anggota tubuh dengan nama sebenarnya. Lalu seiring berjalannya waktu, tumbuh kembang anak baru deh kita jelasin sesuai tahap perkembangan mereka," imbuh Adis.
Masalah ketabuan ini kadang berakhir dengan orang tua yang 'cuci tangan', kemudian berharap pihak sekolah yang menjelaskan masalah edukasi seksual ini. Padahal menurut Adis, ada beberapa nilai yang didapat anak jika orang tuanya sendiri yang menjelaskan perihal edukasi seksual ini.
"Oke, sekolah yang menjelaskan soal kesehatan reproduksi. Tapi, nilai-nilai perilaku seksual yang aman atau nilai yang dipegang keluarga itu kan nggak diajari di sekolah. Nilai tiap keluarga itu beda-beda, misal anak perempuan nggak boleh menyentuh lawan jenis kecuali muhrim, ada juga yang membatasi sampai pegangan tangan, ada juga yang boleh pacaran tapi pacaran yang seperti apa?," kata Adis.
Nah, nilai-nilai seperti inilah yang dimaksud Adis, yang diharapkan bisa ditanamkan
orang tua ke anak. Jadi, orang tua tidak bisa sepenuhnya mengandalkan sekolah.
(aml/muf)