parenting

Dilema April Jasmine Mencari Solusi MPASI Si Kembar

Ratih Wulan Pinandu   |   HaiBunda

Senin, 28 Jan 2019 16:29 WIB

Jakarta - Setiap ibu rasanya pernah mengalami kegalauan dalam urusan mengasuh anak. Hal yang sama juga dirasakan April Jasmine, kala mengurus buah hatinya yang kembar, Aqil dan Mahier.

April dan suami, Sholeh Mahmoed Nasution atau karib disapa Ustaz Solmed, dikarunia anak kembar laki-laki pada 4 Mei 2018 lalu. Bertekad untuk memberikan ASI esklusif, April rela menanggalkan segala aktivitas di luar rumah selama lima bulan.

Semua dilakoninya dengan ikhlas, semata-mata demi asupan Aqil dan Mahier tercukupi. Namun, perjuangan April nggak berhenti sampai di situ saja, Bun. Dilema baru dihadapinya kala si kembar mulai diberi MPASI.



"Dulu aku berpikir saat mereka belum MPASI, aduh enak banget kalau sudah MPASI jadi aku tidak terpenjara di dalam kamar berjam-jam untuk nyusuin mereka. Karena mereka sudah kenyang sama MPASI mereka," ungkap April dalam wawancara eksklusif bersama HaiBunda, beberapa waktu lalu.

Namun, dugaannya salah. Memberikan MPASI ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan ya, Bun. April mencoba memperkenalkan makanan pendamping ASI pada saat Aqil dan Mahier berusia 5 bulan 2 minggu. Memang lebih cepat dari bayi pada umumnya.

Keputusan itu diambil April dan Ustaz Solmed, setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak (dsa). Kali pertama, pilihan jatuh pada menu daging merah dan sayur menjadi menu yang dipilihkan untuk anak-anaknya.

Cerita April Jamine Mencari Solusi di Awal Pemberian MPASIApril Jasmine dan si kembar/ Foto: (Foto: Instagram @apriljasmine85)
Diungkap April, jika daging merupakan makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan zat besi si kecil. Terlebih untuk anak-anak kembar, yang biasanya sering kekurangan zat besi.

"Pesan dsa, kita harus bikin bubur yang enak. Kalau ibunya suka pasti anaknya juga akan ikut suka. Jadi oke, coba kita bikin. Kita buatin yang enak, yang segar, hari pertama kayanya sudah enak banget pasti anaknya suka nih. Ternyata nggak mau karena mereka nggak kenal 'makanan apa ini', mereka nggak ngerti maunya nenen," ungkap April sambil tersenyum.

Sempat gagal di hari pertama, tak membuat ibu tiga anak itu putus asa. Dia terus mencoba menu makanan yang terbaik demi tumbuh kembang si kembar. Hingga akhirnya, April menemukan pola dan jadwal makan yang tepat agar si kecil mau makan.

April mencoba menentukan jadwal makan si kecil, tiga kali sehari. Serta menyelipkan snacking time di sela-sela makan siang dan sore.

"Jadi bolak-balik gini ya, makan juga nenenin juga. Mana waktunya tight banget tapi tetap kita coba-cobain. Kadang anaknya keburu tidur jadi nggak sempet makan sore. Tapi ya sudahlah kita coba disiplin makan selama dua minggu dan akhirnya benar saja, di jam-jam aku kasih makan mereka akan nangis karena lapar," imbuhnya.

Menurut April, jadwal makan yang teratur membuat pemberian MPASI jadi lebih mudah. Diceritakan olehnya jika untuk anak-anaknya, pemberian makan di atur pada jam 07.00, 12.00 dan 17.00. Sedangkan di antara jam-jam itu, diberikan cemilan seperti buah segar, agar Aqiel dan Mahier tidak mengalami konstipasi atau sembelit, Bunda.

Masalah tidak berhenti sampai di situ saja, karena April kemudian melihat perbedaan selera makan antara Aqil dan Mahier. Setelah beberapa hari diamati, ternyata mereka memiliki kecenderungan menjadi picky eater nih, Bun.

"Mereka sudah mulai mau makan, di situ kita mulai tahu walapun kembar kesukaannya beda. Mahir lahap banget kalau dikasih labu merah karena suka manis. Sedangkan Aqil suka yang gurih jadi dikasih sayuran daging. Tapi aku berpikir kalau dua anak ini harus bisa makan apakah itu manis atau gurih," lanjut April.

Tak ingin bimbang terlalu lama, akhirnya April memutuskan untuk berkonsultasi kembali dengan dokter spesialias anak. Sang dokter mengatakan kalau hal demikian wajar. Namun, perlu dicoba terus agar anak-anaknya tidak menjadi pemilih makanan.

Cara yang dilakukan April cukup cerdik ya, Bun, mencegah anak-anaknya menjadi picky eater. Meskipun normal dialami anak-anak, namun Prof Dr dr Rini Sekartini SpA (K) menyarankan untuk segera diatasi agar tidak berlanjut sampai dewasa.

"Jangan lupa ciptakan suasana makan yang menyenangkan," ungkap Rini, beberapa waktu lalu.

Selain itu, Rini juga menyarankan agar tidak memaksa anak makan dalam porsi besar. Hal itu hanya akan membuat si kecil malas makan, karena merasa kenyang dalam waktu lama.

"Paparkan makanan baru dan bervariasi berulang kali. Jangan marah dan jangan panik," saran Rini.

Setelah dicoba berkali-kali, amati terus perkembangan si kecil dan lakukan pemeriksaan berat badan secara berkala ya, Bunda.


[Gambas:Video 20detik]

(rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT