Jakarta -
Masalah kurangnya berat badan pada
anak hingga kini masih jadi tantangan di Indonesia nih, Bun. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan satu dari lima anak di Indonesia mengalami berat badan yang kurang. Duh, miris ya, Bun.
Jika kondisi ini terjadi pada anak dalam usia tumbuh kembangnya dan tidak segera diintervensi, maka anak dengan berat badan tidak ideal terancam jadi wasting (kurang gizi), bahkan stunting (tubuh kerdil). Berdasarkan data Riskesdas 2018, presentase underweight (berat badan kurang) dan severe underweight (berat badan sangat kurang) pada kelompok Balita di Indonesia mencapai 17,7 persen. Data ini menunjukkan angka anak kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi di atas angka ambang batas yang ditetapkan badan kesehatan dunia WHO.
"Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam hal stunting di Indonesia. Ya, tentunya ini bukan prestas yang bagus ya. Masalah stunting ini punya dampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara jangka pendek maupun jangka panjang," ungkap DR Dr Conny Tanjung, SpA(K) dalam acara 'Dukung Orang tua Cek Berat Badan Ideal Anak untuk Tumbuh Kembang Optimal', di Harlequin Bistro, Kemamg, Jakarta Selatan pada Selasa (29/1/2019).
Dampaknya sendiri terdiri dari jangka pendek hingga panjang, Bun.
 Ilustrasi berat badan anak/ Foto: thinkstock |
1. Dampak jangka pendek
- Meningkatkan angka morbiditas atau angka kesakitan pada anak (rentan terhadap penyakit), dan mortalitas
- Mengganggu tumbuh kembang, di mana anak tidak tumbuh optimal dan cenderung tumbuh pendek
2. Dampak jangka panjang:
- Stunting
- Penurunan performa kerja
- IQ (Intelligence Quotient), dikatakan Dr Conny, IQ pada anak bergizi baik akan berbeda dengan IQ anak stunting. Gangguan perkembangan otak dan fisik seperti gangguan daya pikir hingga interaksi sosial dan berbagai penyakit degenarif.
- Masaslah reproduksi
- Kesehatan secara umum, terutama di masa dewasa
Karena itu, dirasa Dr Conny, orang tua perlu lebih mewaspadai kondisi
anak dengan berat badan kurang dan memantau berat badan serta tinggi badan anak secara cermat. Selain upaya dalam pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk mengejar berat badan ideal, orang tua juga perlu dan aktif dalam melakuakan pemantauan rutin pertumbuhan anak di layanan kesehatan yang paling sulit dijangkau. Tujuannya, untuk memantau status gizi dan mendeteksi dini terjadinya gangguan kebutuhan.
"Jika berat badan anak sudah terdeteksi berada di bawah kurva pertumbuhan, maka orang tua perlu segera mencari bantuan penanganan yang tepat dari tenaga kesehatan untuk memperabaiki status
gizi anak," imbuh Dr Conny.
Dalam kesempatan yang sama, psikolog Ajeng Raviando mengatakan, upaya perbaikan gizi memang perlu peran aktif keluarga, terutama orang tua dan dukungan penuh dari lingkungn sekitar.
(aml/rdn)