Jakarta -
Tahukan Bunda, kalau sekarang ini 50 persen lebih penduduk Indonesia sudah melek
internet. Mariam F Barata, Direktur Tata Kelola Aptika Ditjen Aplikasi Informatika, Kementerian Kominfo, mengatakan, dalam satu menit orang selalu bisa membuka dan meng-
update media sosialnya.
"Di zaman sekarang, pasti tiap orang punya akun media sosial. Dengan internet, semua bisa berjalan dengan cepat. Satu menit bisa macam kejadian terjadi," kata Mariam di acara Seminar Smart School Online Indonesia, di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (14/3/2019).
Di balik kecanggihan teknologi yang membawa banyak manfaat terselip dampak buruk yang wajib diwaspadai juga, Bun. Paling banyak yakni
cyberbully (perundungan siber),
cyberfraud (penipuan siber), pornografi,
cybergambling (perjudian siber), dan
cyberstalking (penguntitan siber).
Kelimanya jelas merugikan pengguna internet positif, termasuk kita dan anak-anak, Bun. Hoaks atau berita bohong masuk dalam kategori
cyberfraud atau penipuan siber.
"Indonesia itu banjir informasi, Indonesia tidak menganut pembatasan informasi kecuali pornografi, perjudian. Karena tidak terbatasnya informasi, marak berita kebohongan atau
hoaks. Kadang kita baca berita, enggak tahu berita benar atau bohong. Kita kadang hanya membaca berita dari judulnya aja. Sekarang kita lagi di era share bait, bukan lagi era click bait. Jadi belum baca tapi udah share," ujar Mariam
Menurut Mariam, kini pembaca online sesungguhnya tidak membaca tapi skimming dan scanning. Cara membaca yang cepat sehingga kita tidak menguasai berita tersebut. Terlebih, tiap informasi diperoleh dari lingkungan sekitar.
"Hoaks ada macam-macam. Bentuk hoaks paling sering berupa tulisan. Ada yang sampai perang antar kampung gara-gara termakan hoaks. Ada juga contohnya berita yang mengunggah gambar lama, namun
caption-nya baru dan dibuat-buat. Kita juga jangan termakan iklan (visual), kulit bisa putih instan," sambungnya.
Langkah Cerdas Orang Tua Milenial Deteksi Berita Hoaks/ Foto: thinkstock |
Agar tak terjebak menjadi penyebar berita bohong, Mariam pun membagikan tips mendeteksi hoaks, berikut langkah-langkahnya, Bun.
1. Cek alamat URL, apakah berakhiran aneh seperti '.com.co' dan sebagainya.
2. Cek situs tersebut, klik 'contact' atau 'about'.
3. Cek dengan media lainnya. Jika berita benar pasti media lain juga memberitakannya.
4. Gunakan fact-checking. Coba situs 'snopes.com' dan Factcheck.org.
5. Cek penulis dan narasumbernya, 'Googling' informasi tentang mereka.
6. Beritanya sering membuat emosi dengan memberikan informasi aneh.
7. Cek penulisannya, berita umumnya enggak menggunakan capslock dan tanda seru.
Nah, sebagai orang tua yang cerdas dan modern, jangan pernah takut memerangi
hoaks ya, Bun.
(aci/rap)