parenting
Balita Lelaki Sering Sentuh Alat Kelaminnya, Tanda Awal Autisme?
Sabtu, 06 Apr 2019 06:59 WIB
Jakarta -
Ketika balita lelaki sering memainkan alat kelaminnya, orang tua bisa khawatir dibuatnya. Terlebih, sering memainkan penis disebut bisa jadi tanda anak laki-laki mengalami autisme.
Stephanie Brown, ahli parenting di Head Start Program, mengatakan perilaku balita memainkan alat kelaminnya itu normal dan enggak perlu dikhawatirkan. Kecuali kalau si kecil memiliki masalah medis.
"Menyentuh, menggaruk, atau menarik area genital adalah aktivitas normal untuk anak laki-laki usia 2 hingga 6 tahun. Mereka ingin mengatur ulang alat kelamin mereka untuk kenyamanan atau menghilangkan rasa gatal," kata Brown mengutip Very Well Family.
Saat memegang organ genitalnya, kata Brown, balita mungkin memerlukan waktu sejenak dan menyadari bawah itu terasa menyenangkan. Balita belum memahami kalau sering menyentuh kelamin di depan umum hal yang kurang tepat. Jika si kecil terlalu sering melakukannya, coba tegur dan alihkan perhatiannya.
"Beri dia sesuatu untuk dimainkan misalnya mainan atau buku. Kemudian, Bunda bisa menyampaikan risiko kesehatan yang terjadi bila dia menyentuh alat kelaminnya, dengan bahasa sesederhana mungkin," tutur Brown.
Kalau si kecil menyentuh kelaminnya, kata Brown, cobalah cek kemungkinan masalah kesehatan kulit, infeksi jamur, atau penyakit lainnya. Lihat gejala lain apakah anak mengalami nyeri, masalah buang air kecil, kulit yang mengelupas di area genital, kemerahan, bengkak, pendarahan, atau perubahan warna kulit.
"Jika ada salah satu gejala tersebut, segera konsultasi ke dokter. Bila balita Anda memakai popok, wajar jika kelaminnya sering lecet dan iritasi, apalagi bila cuaca panas. Akibatnya, dia sering menyentuh alat kelaminnya karena merasa tak nyaman," tambah Brown. Untuk mengurangi risiko iritasi dan lecet akibat pemakaian popok, coba lakukan 4 hal ini, Bun:
1. Gunakan popok yang ukurannya sesuai.
2. Rutin ganti popok anak tiap 4 jam sekali. Jangan tunggu popok sampai penuh.
3. Beri waktu beberapa jam anak tak memakai popok. Sehingga, kulit di area genitalnya punya waktu 'bernapas'
4. Jika anak sudah berumur 2 tahun, ajari dia toilet training.
Brown menyadari beberapa orang tua mengatakan mereka diberi tahu kalau sering memainkan penis bisa jadi tanda awal anak lelaki mengalami autisme. Benarkah?
"Yakinlah itu tidak masuk tanda awal autisme. Setiap perilaku tunggal yang dilakukan sendiri ketika anak berkembang normal harusnya tidak disalahartikan sebagai autisme," papar Brown.
Disampaikan psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqqi, anak memang bisa merasakan sensasi di alat kelamin. Misalnya pada anak laki-laki, sejak bayi, tiap bangun tidur penisnya pasti tegang. Lalu, saat pakai diaper, dia bisa saja minta diapernya dibuka ketika penisnya tegang.
"Umumnya pegang-pegang alat kelamin karena memang anak enggak sengaja memegang, terus dia merasakan ada sensasi di alat kelaminnya," kata Ratih yang praktik di RaQQi Human Development and Learning Centre ini.
Tentang tanda awal autisme, pada awalnya gangguan autisme memang tidak kentara pada bayi. Hingga akhirnya ditemukan ada kejanggalan pada perilaku anak yang berbeda dari teman-temannya, barulah orang tua menangkap ada sesuatu yang salah.
"Autisme bisa dideteksi saat anak berumur 1,5 tahun atau anak sudah mulai bisa berkomunikasi. Biasanya anak umur 2 tahun sudah bisa berkomunikasi dialogis dengan anak sebayanya. Tapi pada anak autis, dia tidak merespons saat diajak komunikasi," kata dr.Kresno Mulyadi, Sp.KJ, psikiater dari RS Omni Hospital Alam Sutera mengutip detikcom.
Diagnosis autisme bisa dilakukan psikiater atau psikolog dengan cara melihat kemampuan sosial dan komunikasi anak. Tapi orang tua juga perlu memahami tanda-tanda anak mengidap autisme. Sejak bayi menginjak usia 1 tahun, periksa kondisi sosial dan emosionalnya.
(rdn/rdn)
Stephanie Brown, ahli parenting di Head Start Program, mengatakan perilaku balita memainkan alat kelaminnya itu normal dan enggak perlu dikhawatirkan. Kecuali kalau si kecil memiliki masalah medis.
"Menyentuh, menggaruk, atau menarik area genital adalah aktivitas normal untuk anak laki-laki usia 2 hingga 6 tahun. Mereka ingin mengatur ulang alat kelamin mereka untuk kenyamanan atau menghilangkan rasa gatal," kata Brown mengutip Very Well Family.
Saat memegang organ genitalnya, kata Brown, balita mungkin memerlukan waktu sejenak dan menyadari bawah itu terasa menyenangkan. Balita belum memahami kalau sering menyentuh kelamin di depan umum hal yang kurang tepat. Jika si kecil terlalu sering melakukannya, coba tegur dan alihkan perhatiannya.
Baca juga: Efek Jika Anak Jarang Berolahraga |
"Beri dia sesuatu untuk dimainkan misalnya mainan atau buku. Kemudian, Bunda bisa menyampaikan risiko kesehatan yang terjadi bila dia menyentuh alat kelaminnya, dengan bahasa sesederhana mungkin," tutur Brown.
Kalau si kecil menyentuh kelaminnya, kata Brown, cobalah cek kemungkinan masalah kesehatan kulit, infeksi jamur, atau penyakit lainnya. Lihat gejala lain apakah anak mengalami nyeri, masalah buang air kecil, kulit yang mengelupas di area genital, kemerahan, bengkak, pendarahan, atau perubahan warna kulit.
"Jika ada salah satu gejala tersebut, segera konsultasi ke dokter. Bila balita Anda memakai popok, wajar jika kelaminnya sering lecet dan iritasi, apalagi bila cuaca panas. Akibatnya, dia sering menyentuh alat kelaminnya karena merasa tak nyaman," tambah Brown. Untuk mengurangi risiko iritasi dan lecet akibat pemakaian popok, coba lakukan 4 hal ini, Bun:
![]() |
2. Rutin ganti popok anak tiap 4 jam sekali. Jangan tunggu popok sampai penuh.
3. Beri waktu beberapa jam anak tak memakai popok. Sehingga, kulit di area genitalnya punya waktu 'bernapas'
4. Jika anak sudah berumur 2 tahun, ajari dia toilet training.
Brown menyadari beberapa orang tua mengatakan mereka diberi tahu kalau sering memainkan penis bisa jadi tanda awal anak lelaki mengalami autisme. Benarkah?
"Yakinlah itu tidak masuk tanda awal autisme. Setiap perilaku tunggal yang dilakukan sendiri ketika anak berkembang normal harusnya tidak disalahartikan sebagai autisme," papar Brown.
![]() |
"Umumnya pegang-pegang alat kelamin karena memang anak enggak sengaja memegang, terus dia merasakan ada sensasi di alat kelaminnya," kata Ratih yang praktik di RaQQi Human Development and Learning Centre ini.
Tentang tanda awal autisme, pada awalnya gangguan autisme memang tidak kentara pada bayi. Hingga akhirnya ditemukan ada kejanggalan pada perilaku anak yang berbeda dari teman-temannya, barulah orang tua menangkap ada sesuatu yang salah.
"Autisme bisa dideteksi saat anak berumur 1,5 tahun atau anak sudah mulai bisa berkomunikasi. Biasanya anak umur 2 tahun sudah bisa berkomunikasi dialogis dengan anak sebayanya. Tapi pada anak autis, dia tidak merespons saat diajak komunikasi," kata dr.Kresno Mulyadi, Sp.KJ, psikiater dari RS Omni Hospital Alam Sutera mengutip detikcom.
Diagnosis autisme bisa dilakukan psikiater atau psikolog dengan cara melihat kemampuan sosial dan komunikasi anak. Tapi orang tua juga perlu memahami tanda-tanda anak mengidap autisme. Sejak bayi menginjak usia 1 tahun, periksa kondisi sosial dan emosionalnya.
(rdn/rdn)