HaiBunda

PARENTING

Cegah Bullying pada Anak dengan Komunikasi Emosional

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 17 Apr 2019 07:34 WIB
Ilustrasi anak bullying/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Banyak kasus bullying atau perundungan terjadi belakangan. Duh, kejadian ini pasti membuat orang tua takut ya, Bun. Apalagi, bullying banyak terjadi pada anak-anak dan remaja.

Menurut psikolog Patricia Yuannita, M.Psi, sebenarnya kasus perundungan sudah ada dari tahun 1990-an. Semenjak itu, perundungan berkembang dengan pesat.

"Perundungan berkembang pesat karena perkembangan ekonomi dan teknologi. Keduanya memicu anak-anak dan remaja ini untuk bertahan di lingkungan," kata wanita yang akrab disapa Yoan ini dalam Diskusi Bersama Ngobras, di Nutrifood Inspiring Center, Matraman, Jakarta Pusat, baru-baru ini.


Menurutnya, anak dan remaja zaman sekarang melakukan perundungan atau bullying karena sedang mencari identitas. Pencarian identitas ini ditentukan dan menentukan eksistensinya melalui media sosial.

"Dengan media sosial, anak-anak ini berusaha mengekspresikan diri mereka. Nah, masalahnya perkembangan teknologi tidak bisa diikuti dengan baik oleh anak-anak," ujar Yoan.


Efek dari perkembangan teknologi ini juga menyebabkan anak dan remaja ingin terlihat lebih kuat melalui bullying. Padahal, mereka sendiri sedang mencari identitasnya.

Yoan menambahkan, peran orang tua adalah bisa mengerti tahap perkembangan anak. Namun, ketika anak menjadi korban atau pelaku perundungan, tidak semua kesalahan berasal dari orang tua ya, Bun.

"Perundungan tidak bisa sepenuhnya disalahkan ke orang tua, karena mereka juga sedang mengikuti perkembangan zaman. Orang tua juga belum terlatih karena tidak begitu saja tahu cara parenting yang baik," tutur Yoan.

Salah satu cara efektif bagi orang tua untuk membantu remaja yang sedang mencari jati diri adalah melakukan komunikasi emosional. Artinya orang tua paham dengan kebutuhan anak.

"Dengan komunikasi emosional, orang tua bisa melatih skill untuk melihat emosi anaknya sendiri. Selanjutnya, orang tua bisa melatih emosi anak, mengajarkannya berbagai emosi seperti emosi saat marah atau sedih," kata Yoan.

Di tahap perkembangan remaja yang riskan, orang tua harus mengajarkan nilai-nilai keluarga sejak dini pada anak. Sehingga, saat anak tumbuh remaja dan sedang mencari identitasnya, anak sudah siap dan bisa mengambil keputusan yang baik dan bertanggung jawab.


[Gambas:Video 20detik]

(ank/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

7 Potret Rumah Mewah 4 Lantai Sarwendah, Ada Salon hingga Kolam Renang Rooftop

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Hamil Anak Ketiga, Lesti Kejora Jadi Sering Marah & Jerawatan karena Hormon Berantakan

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

Hujan di DKI Jakarta Ternyata Mengandung Mikroplastik Berbahaya, Ini 3 Faktanya

Mom's Life Aisyah Khoirunnisa

Tak Selalu Identik, Ini 8 Jenis Bayi Kembar dan Keistimewaannya

Kehamilan Ajeng Pratiwi & Fauzan Julian Kurnia

Deretan Nama Artis Berdarah Minang dan Arti Beserta 30 Ide Rangkaian Namanya

Nama Bayi Annisya Asri Diarta

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Potret Terbaru Felicya Angelista yang Tampil Lebih Langsing usai Jalani Prosedur Lams

Hamil Anak Ketiga, Lesti Kejora Jadi Sering Marah & Jerawatan karena Hormon Berantakan

Deretan Nama Artis Berdarah Minang dan Arti Beserta 30 Ide Rangkaian Namanya

Hujan di DKI Jakarta Ternyata Mengandung Mikroplastik Berbahaya, Ini 3 Faktanya

Standar Baru MBG untuk Cegah Kasus Keracunan, BGN Wajibkan Dapur Pakai Air Galon

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK