Jakarta -
#dearRiver,Di zamanku kecil, ada dua nama yang sering disebut supaya kami rajin belajar dan makan sayur, serta minum susu kalau kebetulan ada.
"Kamu belajar yang tekun, supaya cerdas seperti Sangaji!"
"Makan sayur yang banyak, Nak, supaya pintar seperti
Habibie."
Sangaji adalah seorang anak pendatang di Kampung Cibereum, pindah mengikuti ibunya yang orang tua tunggal. Dalam sebuah lomba Cerdas Cermat, Sangaji mengalahkan Bayu yang sebelumnya tersohor paling pandai di Cibereum. Itulah salah satu adegan paling ikonik di sinetron Rumah Masa Depan yang tayang di TVRI tahun 80-an. Sangaji memang hanya tokoh fiktif, sedangkan Habibie adalah ril. Nyata secara darah dan daging.
Bacharuddin Jusuf Habibie nama lengkapnya, biasa disingkat BJ Habibie atau Habibie saja. Lahir di Parepare 25 Juni 1936, Habibie adalah seorang jenius, ahli pesawat terbang. Di usia 32 tahun, ia menemukan Teori Propagasi Retakan, yang membantu memprediksi letak awal retakan pada pesawat (crack propagation point). Berkat temuannya itu, pesawat jadi lebih aman dan irit bahan bakar. Seluruh dunia mengakuinya, dan karena itulah ia dijuluki Mr.Crack.
Presiden Soeharto yang berkuasa saat itu mendengar kiprah Habibie dan kemudian memanggilnya pulang ke Indonesia. Soeharto punya cita-cita ambisius untuk mengembangkan teknologi dan membawa negara ini ke sebuah era yang ia sebut dengan 'era tinggal landas'. Dan Habibie adalah andalannya untuk mewujudkan itu.
Pada 28 Januari 1974, Habibie diundang Soeharto ke rumahnya di Jalan Cendana. Habibie pulang dengan meninggalkan pekerjaannya di Messerchmitt-Bolkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Begitulah awalnya sehingga kita semua mengenal Habibie sebagai Bapak Teknologi dan dikaitkan dengan segala hal tentang menjadi pintar.
 BJ Habibie/ Foto: Odd ANDERSEN / AFP |
Pada 10 Agustus 1995, saya lupa entah memang sekolah diliburkan atau saya yang bolos, yang pasti ketika itu saya di rumah duduk di depan layar TV, menonton salah satu karya besar Habibie diluncurkan. N-250 Gatotkaca. Pesawat baling-baling berkapasitas 50 penumpang itu terbang perdana dari Pangkalan Udara Husein Sastranegara Bandung. Semua orang bertepuk tangan, dada rakyat Indonesia dipenuhi kebanggaan.
Saya kelas dua SMA ketika itu, dan citra Habibie tiba-tiba jadi intimidatif bagiku. Sebagai pemegang rangking 39 dari 42 siswa di kelas, sepertinya tidak ada bayangan saya akan seperti Habibie. Rasanya sia-sialah segala vitamin dan protein itu. Meski begitu, saya ikut bangga. Bangsa kita telah memasuki fase sebagai pemain di teknologi dirgantara menyusul negara Asia lain yang sudah duluan seperti Tiongkok dan Korea. Kita adalah bangsa maju, bukan lagi 'bangsa tempe yang cuma bisa bikin anak'.
Sayangnya, kegembiraan itu tidak lama. Tahun 1998, krisis ekonomi dan sosial politik melanda. Negara kita kehabisan uang. Impian Habibie untuk membuat pabrik pesawat seperti Boeing pun kandas.
N-250 Gatotkaca masuk hanggar dan tertidur di situ lama sekali.
Hikmahnya, krisis itu juga mengantarkan Habibie ke tampuk pimpinan negara ini. Ia adalah presiden kita yang ketiga. Naik menggantikan Soeharto yang dilengserkan oleh demonstrasi mahasiswa. Habibie memimpin tidak lama, hanya sekitar 17 bulan. Tapi, boleh dibilang ia telah menyelamatkan Indonesia.
Ia menurunkan inflasi dari 80 persen menjadi 2 persen. Nilai tukar rupiah pun ia kerek dari Rp16 ribu per dolar menjadi Rp8 ribu per dolar. Bahkan, pernah mencapai Rp6.500 per dolar, prestasi yang tak pernah lagi ada bahkan hingga di pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini.
Di bidang lain, ia juga meninggalkan jejak membanggakan. Ia membebaskan tahanan politik dan menghadiahi kemerdekaan kepada pers yang sudah lama terkungkung di bawah rezim Orde Baru. Ia juga membuka saluran demokrasi. Untuk pertama kalinya, orang bisa mengkritik presiden. Ia tak marah ketika pecinya yang miring dihina-hina, atau diteriaki 'huuu' oleh anggota dewan saat ia menyampaikan pidato pertanggungjawaban sebagai presiden di akhir masa jabatannya.
Saya ceritakan ini padamu karena saya khawatir generasimu nyaris kehilangan jejak tentangnya. Ada saatnya nanti, kamu mungkin akan lebih mengenal Elon Musk ketimbang Habibie. Kalaupun kini ada yang tertinggal di kepala milenial, itu adalah kisah cintanya yang mengharu biru. Beruntung kisah itu sempat difilmkan. Setidaknya ada dua film tentang Habibie yang sudah dibuat, diperankan oleh Reza Rahadian.
 BJ Habibie dan Ainun/ Foto: Dok. Instagram/@b.jhabibie |
Habibie sangat mencintai istrinya, Ainun. Sampai bertahun-tahun setelah Ainun wafat, Habibie punya ritual setiap bangun di pagi hari. Ia selalu mengusap bantal di sampingnya, bantal yang pernah dipakai
Ainun, dan berbicara seolah masih ada Ainun di situ sambil menghitung sudah berapa hari mereka tidak lagi bersama.
Kamis (12/9/2019) lalu, ribuan pesawat kertas diterbangkan ke udara hampir bersamaan. Dilontarkan oleh 950 siswa di Bojonegoro, 500 siswa di Ponorogo, 500 siswa di Mamuju, dan ratusan lagi lainnya di seluruh Indonesia. Pesawat kertas itu dilangitkan bersama doa untuk satu orang. Rabu petang, 11 September 2019, Bacharuddin Jusuf Habibie menyusul Ainun, pulang ke haribaan-Nya.
Sejak minggu lalu, ibumu memintaku untuk menurunkan bendera yang kita naikkan sejak perayaan 17 Agustus lalu. Sudah September, katanya. Menurut aturan, sudah seharusnya diturunkan. Saya bilang nanti saja, sekalian tunggu ulang tahun kemerdekaan Polandia. Biar kita rayakan sekalian. Saya menduga perintahnya itu karena yang saya jadikan tiang bendera adalah besi tiang jemurannya.
Dan bendera itu masih di situ, sampai kemudian datang imbauan dari negara. Melalui Surat Mensesneg Nomor B-1010/M.Sesneg/Set/TU.00/09/2019, masyarakat Indonesia diminta mengibarkan bendera setengah tiang selama 3 hari sebagai tanda berkabung. Bendera di depan rumah kita itu sudah saya turunkan, Nak, kemudian saya naikkan lagi setengah tiang.
Kita ikut berduka, tentu saja.
 Bendera setengah tiang sebagai lambang dukacita atas kepergian BJ Habibie/ Foto: Fauzan Mukrim |
Pak
Habibie seorang negarawan sejati, sosok selfless yang telah mengajari kita banyak hal. Sepeninggalnya kini, saya tidak tahu nama siapa lagi yang bisa disebut supaya kalian rajin makan sayur dan minum susu.
Fauzan MukrimA
yah River dan Rain. Menulis seri buku #DearRiver
dan Berjalan Jauh
, juga sebuah novel Mencari Tepi Langit.
Jurnalis di CNN Indonesia TV
, dan sedang belajar membuat kue. IG: @mukrimfauzan. Buku terbarunya, #DearRain,
juga akan segera terbit.Â
[Gambas:Video 20detik]
(rdn/rdn)