Jakarta -
Kisah tragis baru saja terjadi di China. Seorang ABG berusia 14 tahun bunuh diri karena tak tahan dengan
verbal abuse atau
kekerasan verbal yang diterimanya.
Mengutip
World of Buzz, sebelum bunuh diri, remaja bernama Wang JiaLe tersebut bersikap normal. Bahkan ia sempat makan malam bersama keluarganya.
Namun malam itu, 24 Oktober 2019, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di kamar. Sebelum bunuh diri, ia sempat berteriak memanggil sang ibunda.
"Ibu aku menyayangimu!"
Sang ibu yang mendengar teriakan tersebut bergegas masuk ke kamar JiaLe. Namun sudah terlambat. Nyawa JiaLe tak dapat diselamatkan.
Di kamarnya, JiaLe meninggalkan dua catatan. Pertama, untuk sang ibunda. Kemudian yang kedua untuk seorang perempuan yang ditaksirnya di sekolah.
Dalam catatan yang ditinggalkan JiaLe untuk sang ibunda dan keluarga, ia menulis permintaan maaf karena melakukan tindakan bunuh diri. JiaLe pun berharap keluarga menghormati keputusan terakhirnya.
Selain itu, JiaLe juga mengungkapkan bahwa meski ia mempunyai banyak teman karena kepribadiannya yang kocak, nyatanya ia merasa sangat kesepian di sekolah.
Bahkan, tak terhitung lagi saat-saat JiaLe menangis hingga tertidur. Sementara itu dalam catatan yang ditinggalkan untuk perempuan yang ia taksir, JiaLe memintanya untuk menyampaikan pesan berikut.
"Kekerasan verbal sangat menyakitkan. Entah itu disengaja atau tidak. Saya berharap 'seseorang' bisa lebih baik."
Selain itu, JiaLe meminta gadis tersebut untuk log in akun media sosial miliknya dan
memposting pesan yang ia tinggalkan serta memberi tahu teman-temannya bahwa ia sudah tiada.
Ilustrasi korban verbal abuse. (Foto: iStock) |
Keluarga JiaLe pun berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada putra mereka. Beberapa saksi menyebutkan bahwa mereka melihat JiaLe berlari naik dan turun tangga sekolah dan bahkan beberapa melihatnya menangis.
Terlepas dari apakah hal ini adalah kasus
bullying, namun fakta bahwa JiaLe memilih bunuh diri memperlihatkan bahwa ia sangat terluka akibat
kekerasan verbal.
Perlu Bunda ketahui bahwa kekerasan verbal adalah salah satu kekerasan yang sering terjadi pada anak dan sering terabaikan. Seringnya, orang tua melakukan ini dengan alasan sayang atau disiplin.
Padahal, dikutip dari
Mom Junction, kekerasan verbal pada anak bisa menimbulkan efek negatif jangka pendek seperti berikut ini.
1. Depresi
Terlalu sering berteriak pada anak dapat membuat mereka menjauhkan diri dari orang lain. Kondisi ini mungkin akan muncul secara permanen kalau kekerasan verbal terus dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.
2. Mental dan fisik menurun
Anak akan menunjukkan mental dan fisik yang buruk ketika rasa percaya diri mereka rendah. Kalau orang tua memberi semangat dengan kalimat, 'Bunda tahu kamu pasti bisa menang', secara otomatis anak berpikir bahwa mereka mampu melakukannya. Lain halnya kalau Bunda meremehkan kemampuan anak, seperti 'Kamu nggak akan bisa. Kamu nggak cukup kuat', mungkin anak akan memutuskan kalah untuk membuktikan bahwa omongan orang tuanya benar.
3. Rendah diri
Kalau Bunda terus-terusan berkata kasar dan meneriaki anak, bisa jadi dia berpikir bahwa ada yang salah pada dirinya. Anak-anak mulai merasa rendah diri dan menganggap teman-temannya lebih superior. Karena berpikir enggak ada pada posisi sejajar dengan orang lain, anak merasa bahwa orang lain jauh lebih baik darinya.
Hubungi
hotline berikut ini apabila menemukan kasus bullying dan kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Tak perlu malu meminta bantuan layanan kesehatan jiwa, juga tak perlu takut melaporkan tindakan kekerasan maupun perundungan yang dialami orang-orang di sekitarmu.
Hubungi
hotline berikut ini untuk mendapatkan bantuan dan konseling.
KPAI
Jl. Teuku Umar No. 10 Gondangdia Menteng Jakarta Pusat DKI Jakarta, Indonesia
Telepon: (+62) 021-319 015 56
Fax: (+62) 021-390 0833
Email: info@kpai.go.id
humas@kpai.go.id
(som/som)