parenting
Shalfa Avrila Tuntut Pelatih Minta Maaf karena Menuduh Tidak Perawan
Minggu, 01 Dec 2019 08:30 WIB
Jakarta -
Atlet senam SEA Games yang dipulangkan akibat isu tidak perawan, Shalfa Avrila Siani, meminta pelatih yang menuduhnya minta maaf. Ia juga ingin nama baiknya dibersihkan dari tuduhan tidak benar tersebut.
Bagi gadis 17 tahun ini, tuduhan yang diucapkan dua orang pelatih senam melalui telepon pada orang tuanya, telah membuat hati kedua orang tuanya sakit dan hancur. Hal ini pun membuat dia trauma dan tidak ingin jadi atlet senam lagi.
"Saya ingin kepada pihak-pihak yang merasa melakukan tuduhan dan isu bahwa saya tidak perawan, silakan meminta maaf kepada orang tua saya. Jangan bersembunyi dengan alasan ini alasan itu. Dan tolong bersihkan nama saya, meski saya tidak ingin jadi atlet senam lagi," ucap Shalfa, dilansir detikcom.
Selain itu, tuduhan tak perawan yang dilayangkan padanya benar-benar mengubah hidupnya. Ia merasa tidak bisa seperti dirinya yang dulu karena sedih, tertekan, dan stres.
"Saya sudah tidak bisa seperti dulu lagi, serba malu dan stres jika ketemu atau diajak omong soal senam, saya sudah tidak mau lagi ketemu sama orang-orang itu, saya sedih," kata Shalfa.
Bagi Shalfa, jika memang dirinya dianggap melakukan kesalahan karena tidak disiplin, dia terima. Namun jika alasan dikeluarkan dari tim atlet karena tuduhan tidak perawan, dia sangat tidak terima. Karena tuduhan tersebut adalah fitnah dan telah membuat orang tuanya sakit hati.
"Saya menerima jika memang saya salah dan dianggap indisipliner dalam keseharian saya, namun jangan seperti ini. Kasihan orang tua saya menerima kabar itu. Bahkan menurut hasil pemeriksaan, saya masih perawan, dan saya tidak pernah berbuat hal yang dilarang agama," ujar Shalfa.
Menanggapi ini, menurut aktivis perempuan dan konsultan gender Tunggal Pawestri, tes keperawanan dalam institusi baik olahraga maupun institusi lainnya adalah konsep yang absurd dan tidak masuk akal. Hal ini karena tidak ada hubungan antara keperawanan dengan kualitas maupun kinerja seseorang.
"Tidak ada gunanya sama sekali. Mereka secara vulgar mempertontonkan invasi wilayah privasi yang semestinya sudah enggak ada lagi. Primitif," kata Tunggal.
Itu sebabnya untuk menghilangkan stigma atau mitos soal keperawanan, Tunggal menilai perlu adanya pendidikan khusus tentang kesehatan reproduksi.
"Agar masyarakat luas tahu bahwa nilai seorang perempuan tidak bisa diukur dari hymen-nya. Dan tentu saja negara mesti hapuskan tes keperawanan yang masih dilakukan, karena tes itu tak dapat buktikan apapun," jelas Tunggal, dilansir CNN Indonesia.
Buat Bunda penggemar K-POP, klik banner di bawah ini yuk.
Simak pula gejala sesak napas pada anak, dalam video berikut:
(yun/muf)
Bagi gadis 17 tahun ini, tuduhan yang diucapkan dua orang pelatih senam melalui telepon pada orang tuanya, telah membuat hati kedua orang tuanya sakit dan hancur. Hal ini pun membuat dia trauma dan tidak ingin jadi atlet senam lagi.
"Saya ingin kepada pihak-pihak yang merasa melakukan tuduhan dan isu bahwa saya tidak perawan, silakan meminta maaf kepada orang tua saya. Jangan bersembunyi dengan alasan ini alasan itu. Dan tolong bersihkan nama saya, meski saya tidak ingin jadi atlet senam lagi," ucap Shalfa, dilansir detikcom.
Selain itu, tuduhan tak perawan yang dilayangkan padanya benar-benar mengubah hidupnya. Ia merasa tidak bisa seperti dirinya yang dulu karena sedih, tertekan, dan stres.
"Saya sudah tidak bisa seperti dulu lagi, serba malu dan stres jika ketemu atau diajak omong soal senam, saya sudah tidak mau lagi ketemu sama orang-orang itu, saya sedih," kata Shalfa.
![]() |
Bagi Shalfa, jika memang dirinya dianggap melakukan kesalahan karena tidak disiplin, dia terima. Namun jika alasan dikeluarkan dari tim atlet karena tuduhan tidak perawan, dia sangat tidak terima. Karena tuduhan tersebut adalah fitnah dan telah membuat orang tuanya sakit hati.
"Saya menerima jika memang saya salah dan dianggap indisipliner dalam keseharian saya, namun jangan seperti ini. Kasihan orang tua saya menerima kabar itu. Bahkan menurut hasil pemeriksaan, saya masih perawan, dan saya tidak pernah berbuat hal yang dilarang agama," ujar Shalfa.
Menanggapi ini, menurut aktivis perempuan dan konsultan gender Tunggal Pawestri, tes keperawanan dalam institusi baik olahraga maupun institusi lainnya adalah konsep yang absurd dan tidak masuk akal. Hal ini karena tidak ada hubungan antara keperawanan dengan kualitas maupun kinerja seseorang.
"Tidak ada gunanya sama sekali. Mereka secara vulgar mempertontonkan invasi wilayah privasi yang semestinya sudah enggak ada lagi. Primitif," kata Tunggal.
Itu sebabnya untuk menghilangkan stigma atau mitos soal keperawanan, Tunggal menilai perlu adanya pendidikan khusus tentang kesehatan reproduksi.
"Agar masyarakat luas tahu bahwa nilai seorang perempuan tidak bisa diukur dari hymen-nya. Dan tentu saja negara mesti hapuskan tes keperawanan yang masih dilakukan, karena tes itu tak dapat buktikan apapun," jelas Tunggal, dilansir CNN Indonesia.
Buat Bunda penggemar K-POP, klik banner di bawah ini yuk.
Simak pula gejala sesak napas pada anak, dalam video berikut:
(yun/muf)