Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Astaghfirullah! Mayat Balita Tanpa Kepala Ditemukan di Samarinda

Yuni Ayu Amida   |   HaiBunda

Minggu, 08 Dec 2019 18:01 WIB

Ada yang tega membunuh bayi dan membuang mayatnya, kenapa orang bisa berperilaku demikian?
Astaghfirullah! Mayat Balita Tanpa Kepala Ditemukan di Samarinda /Foto: thinkstock
Jakarta - Penemuan mayat bayi tanpa kepala pada Minggu (8/12/2019) menggegerkan warga Samarinda, Kalimantan Timur. Mayat tersebut ditemukan disebuah parit, di Jalan Antasari, Kecamatan Samarinda Ulu.

Mayat balita yang tidak utuh tersebut diduga berusia sekitar 3 sampai 4 tahun. Penemuan tersebut pun lansung dilaporkan ke Polsekta Samarinda Ulu.


Menurut kesaksian warga, Jumadi (50), jasad balita itu pertama kali ditemukan istrinya sekitar pukul 5.30 WITA. Mulanya sang istri mengira mayat tersebut adalah boneka.

"Seperti biasa istri buka jendela usai salat subuh dan ketika melihat ke parit terlihat ada sosok seperti boneka di parit, setelah itu saya dipanggil untuk memastikan sayapun kemudian memanggil tetangga untuk mematikan," kata Jumadi, dikutip dari detikcom.

Siapapun yang melakukan hal keji ini pada seorang balita tak berdosa tentunya bukan hal yang dibenarkan, Bunda. Terkait pembunuhan, melansir Psychology Today, menurut para profesional kesehatan mental, ada sejumlah alasan mengapa individu bisa sampai tega melakukan pembunuhan.

Astaghfirullah! Mayat Balita Tanpa Kepala Ditemukan di SamarindaIlustrasi bayi / Foto: ilustrasi/thinkstock


Beberapa motifnya di antaranya anarkisme, balas dendam pribadi seperti balas dendam atas pelecehan atau dirugikan, kebobrokan moral, hasutan iblis, bahkan kurang atau tidak adanya nurani. Yang lebih miris dari suatu pembunuhan adalah banyaknya pembunuh yang punya hubungan dekat dengan korban.

Terjadinya pembunuhan juga tak lepas dari kurangnya kontrol emosi. Menurut profesor Bobby Hoffman Ph.D. dari University of Central Florida, setiap orang sebenarnya dibekali kecerdasan emosional (EI). EI merupakan kemampuan untuk mengenali dan mengevaluasi emosi dalam diri dan orang lain untuk memecahkan masalah hidup. Individu yang memiliki EI tinggi pastinya punya strategi yang efektif untuk menghadapi berbagai emosi dan cenderung lebih sukses secara pribadi daripada individu yang kurang EI.

Lebih lanjut, dengan kemampuan EI inilah seharusnya kita bisa mengarahkan emosi pada hal positif. Karena emosi bisa reda setelah kita bisa mengendalikan sumber penyebabnya.

"Kita juga tahu bahwa emosi berlanjut dengan pembalasan sampai sumber frustrasi teridentifikasi dan respons diambil untuk mengurangi tekanan emosional," jelas Hoffman.

Dapat dikatakan orang yang melakukan pembunuhan, menjadikan hal tersebut sebagai jalan pintas atas masalah hidup yang dihadapi. Dengan maksud untuk mengurangi emosi. Ini juga artinya mereka tak bisa mengasah kecerdasan emosional yang mereka miliki.

"Dalam pikiran si pembunuh, pembunuhan mungkin merupakan strategi pilihan pengurangan emosi," tukasnya.

Simak juga cara merawat tali pusat bayi dalam video berikut,

[Gambas:Video Haibunda]

(yun/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda