Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengenal Impostor Syndrome, Gangguan pada Anak Akibat Pola Asuh Orang Tua

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Minggu, 09 Feb 2020 17:25 WIB

Impostor syndrome bisa terjadi pada anak dan biasanya terbentuk karena pola asuh orang tua, Bunda. Meski begitu, kondisi ini bisa dicegah sebelum terbentuk.
Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: iStock
Jakarta - Bunda pernah mendengar tentang impostor syndrome? Sindrom penyemu atau penipu ini bisa terjadi pada anak-anak dan terbentuk sejak kecil.

Penulis buku 7 Weeks to Reduce Anxiety, Arlin Cuncic menjelaskan, impostor syndrome merujuk pada pengalaman internal yang meyakini bahwa diri kita tidak kompeten seperti yang dirasakan orang lain. Sementara definisi ini biasanya diterapkan secara sempit pada kecerdasan dan pencapaian, yang memiliki hubungan dengan perfeksionisme dan konteks sosial.


"Sederhananya, ini adalah pengalaman merasa seperti palsu. Anda merasa seolah-olah setiap saat akan ditemukan sebagai penipu, seperti tidak berada di tempat yang seharusnya, dan mencapai sesuatu melalui kebodohan," kata Cuncic, dikutip dari Very Well Mind.

Pengidap sindrom ini hanya pura-pura meningkatkan kepercayaan diri agar dapat terlihat oleh semua orang, serta meyakinkan diri bahwa mereka adalah penipu yang kesuksesannya adalah sebuah keberuntungan atau ilusi.

Impostor syndrome bisa disebabkan beberapa faktor. Misalnya, seseorang yang berasal dari keluarga sukses atau memiliki orang tua yang sering membanggakan atau mengkritik.

Orang tua memiliki dampak besar pada pembentukan fenomena impostor syndrome pada anak-anak mereka. Dr. Pauline Rose Clance pernah bertemu dengan pengidap sindrom ini, Bun.

Ilustrasi ibu dan anakIlustrasi ibu dan anak/ Foto: iStock

Clance menjelaskan bahwa pesan yang dikirimkan orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor penyebabnya. Ada pesan yang dikirim orang tua yang menciptakan perasaan yang menipu pada anak, yaitu kritik. Ketika anak dikritik tidak sempurna, mereka belajar bahwa semua hal memang tidak penting.

Tetapi ada metode yang lebih lembut di mana keluarga menciptakan impostor syndrome pada anak-anak dengan pujian umum tak spesifik. Ketika orang tua mengatakan hal-hal berlebihan tetapi tidak fokus pada hal spesifik, mereka menciptakan standar yang mustahil pada anak.

Menurut Clance, penting untuk orang tua melihat apa yang dilakukan anak-anaknya dengan baik. Kemudian, kita juga harus mendengarkan kesulitan anak, Bun.

"Mulailah membantu anak-anak mendapatkan gambaran yang lebih realistis tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan dengan dorongan," ujar Clance, dilansir Psychology Today.

Orang tua juga dapat mengajarkan anak untuk melihat kesalahan sebagai pekerjaan dalam proses, bukannya sebagai hasil akhir. Hal ini bisa menghilangkan kecemasan.

Ketika seseorang memahami kesalahan mereka sendiri, ini bisa menjadi bukti bahwa mereka berusaha dan belajar. Selain menghadapi kesalahan secara langsung, memberikan pujian spesifik juga penting.


Clance juga menyarankan untuk sering mendengarkan anak. Luangkan sedikit waktu mendengarkan anak berbicara.

"Mendengarkan adalah cara kita membuat anak-anak merasa dilihat dan didengar. Itu kebalikan dari perasaan orang-orang dengan impostor syndrome, yang bersembunyi di balik topeng," tutur Clance.

"Initinya, perasaan yang didapat anak adalah, 'aku dicintai dan diperhatikan'," pungkasnya.

Simak juga cara membuat anak mau meninggalkan gadget, di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda