Jakarta -
Bunda tentu sering mendengar istilah susu pasteurisasi maupun susu ultra-high-temperature processing (UHT). Namun, tahukah Bunda perbedaannya, serta mana yang lebih baik untuk dikonsumsi bayi?
Melansir dari Britannica, pasteurisasi adalah proses yang paling penting dalam semua pengolahan susu. Pasteurisasi berarti susu telah dipanaskan hingga minimum 72 derajat Celsius dengan minimal 15 detik, atau 62 derajat Celsius selama 30 menit. Tujuannya untuk membunuh bakteri yang ada dalam susu.
Sebagian besar susu saat ini dipasteurisasi dengan metode waktu singkat (HTST) dan suhu tinggi, 72 derajat Celsius selama 15 detik atau lebih. Metode HTST dilakukan dalam serangkaian pelat dan tabung stainless steel. Dalam praktik sebenarnya, suhu dan waktu ini terlampaui, sehingga tidak hanya memastikan keamanan tetapi juga memperpanjang usia simpan.
Meski sudah melalui proses pemanasan, susu yang dipasteurisasi tidak steril dan diperkirakan mengandung sejumlah kecil bakteri yang tidak berbahaya. Hal ini karena beberapa bakteri mampu bertahan dari pasteurisasi. Namun jumlahnya biasanya sangat rendah.
Meski demikian, mereka tidak dianggap berbahaya dan umumnya tidak akan merusak susu di dalam lemari pendingin, tapi itu pun tergantung kondisi dan waktu. Kerusakan susu pasteurisasi sebelum waktunya paling sering disebabkan oleh bakteri, yang mencemari susu setelah proses pasteurisasi dan atau dari pendinginan yang tidak tepat.
Karena itu, susu harus segera didinginkan hingga di bawah 4,4 derajat Celsius dan dilindungi dari kontaminasi dari luar. Umur simpan untuk susu pasteurisasi berkualitas tinggi adalah sekitar 14 hari ketika didinginkan dengan benar.
Sedangkan susu
ultra-high-temperature processing (UHT) lebih steril dari pasteurisasi, karena melalui proses pemanasan yang lebih tinggi yakni 138 derajat Celsius selama dua detik, lalu didinginkan dengan cepat. Kemudian, susu dimasukkan dalam wadah yang sangat steril.
Manfaat Susu Pasteurisasi Vs Susu UHT, Mana Lebih Baik untuk Bayi?/ Foto: iStock |
Susu UHT dapat disimpan tanpa lemari pendingin dan memiliki umur simpan enam bulan hingga satu tahun. Meski begitu, susu UHT mungkin tidak terasa lebih segar daripada susu pasteurisasi, tetapi lebih fleksibel karena umur simpannya lebih lama dan tidak harus disimpan di lemari pendingin.
Sementara itu, menurut ahli nutrisi Emilia E. Achmadi, MS, RD, susu pasteurisasi berada di urutan lebih atas daripada
susu UHT. Namun dari keduanya, ASI tetap pada urutan pertama.
"ASI berada di urutan pertama, selanjutnya pilihan susu tergantung pada kesiapan pencernaan anak," ujar Emilia, dikutip dari
detikcom.Berikut ini beberapa klasifikasi susu yang baik menurut Emilia:
1. ASIAir susu ibu (ASI) adalah susu terbaik untuk bayi. Hal ini karena ASI tanpa proses kimiawi dan sangat murni karena berasal dari tubuh ibu.
2. Susu murni pasteurisasiProses pasteurisasi sangat cepat, ini membuat zat gizi yang rusak jadi lebih sedikit. Selain itu, komposisinya juga sangat dekat dengan susu yang diproduksi sapi.
3. Ultra High Temperature (UHT)Susu UHT tidak ada pengawet, namun mampu bertahan di suhu ruang dalam waktu cukup lama. Meski begitu, baik pasteurisasi maupun UHT disarankan untuk dikonsumsi anak di atas 5 tahun.
Anak di bawah satu tahun tidak disarankan mengonsumsi susu murni. Ada perbedaan bentuk protein dalam ASI dengan protein dalam susu murni. Dikhawatirkan kesiapan pencernaan anak belum bisa menerima.
"Cobalah sedikit-sedikit, kalau reaksinya enggak baik seperti perut kembung, pup-nya cair, ini tanda pencernaan anak enggak siap untuk konsumsi susu pasteurisasi. Tapi kalau anak kelihatan baik-baik saja, maka pencernaannya baik dan bisa dilanjutkan. Jadi harus secara individu perhatikan reaksi anak," ungkap Emilia.
4. Susu bubukAkibat proses pengeringan, susu bubuk mesti mengalami fortifikasi untuk melengkapi kandungan nutrisi yang hilang. Itu sebabnya, susu bubuk sebaiknya dikonsumsi bila tidak ada susu segar yang bisa didapatkan.
5. Kental manisSebenarnya ini tidak masuk dalam kategori susu karena susu kental manis memiliki kandungan lemak dan juga gula yang tinggi. Ia juga rendah protein dan kalsium.
"Mending enggak usah minum susu daripada harus minum kental manis, dan lebih baik ganti dengan sumber protein lain seperti dari tahu dan juga tempe. Untuk susu bubuk yang diencerkan itu enggak oke, tapi lebih baik daripada tidak minum susu sama sekali," ujar Emilia.
Simak juga manfaat masker susu sapi dalam video ini:
(yun/muf)