PARENTING
Napas Bayi Grok-Grok, Kapan Bunda Harus Khawatir?
Annisa Afani | HaiBunda
Kamis, 04 Jun 2020 13:47 WIBSegala hal yang berkaitan pada perubahan bayi, selalu bikin orang tua menjadi khawatir. Hal tersebut tentu juga berlaku bila bayi mengalami hal yang aneh saat bernapas, bunyi grok-grok misalnya.
Biasanya hal tersebut dialami oleh bayi berusia kurang dari 6 bulan, Bunda. Dengan tubuh dan sistemnya yang belum bekerja maksimal, keanehan ini pasti bikin orang tua penasaran karena merasa khawatir.
Namun Bunda perlu memahami bahwa bunyi grok-grok yang terdengar saat bayi bernapas itu normal, Bunda. Dokter spesialis anak, dr Darmawan B Setyanto, Sp.A(K) menjelaskan bahwa bayi yang bernapas dengan bunyi grok-grok disebabkan karena adanya lendir di saluran pernapasannya. Namun hal tersebut jangan terlalu dikhawatirkan ya Bunda jika hanya disebabkan masalah lendir dan tak disertai masalah lain.
Darmawan menjelaskan bahwa dinding saluran napas manusia menghasilkan cairan lendir secara alami dengan berbagai fungsi. Salah satunya fungsinya menyaring dan menahan zat asing seperti debu atau partikel lainnya yang berpotensi menimbulkan gangguan di saluran napas.
Saat gangguan tersebut terjadi, lendir bekerja menjalankan fungsinya sebagai mucociliary clearance untuk membersihkan saluran tersebut dari debu dan kotoran. Nah, saat proses pembersihan berjalan, lendir bersama kotoran berjalan ke tenggorokan. Setelah itu, tubuh akan terstimulasi untuk melakukan batuk atau bersin untuk mendorong gumpalan lendir keluar dari dalam tubuh.
Sayangnya pada bayi, mekanisme mucociliary clearance ini belum bisa bekerja dengan sempurna, Bunda. Inilah yang menyebabkan lendir menyumbat saluran pernapasannya, sehingga menimbulkan suara grok-grok ketika bayi bernapas.
"Udara yang melewati cairan lendir itulah yang menimbulkan suara grok-grok," ujar dia, dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Ketika Bunda mendengar suara tersebut, apalagi suaranya makin besar dan sering terutama di saat tidur, banyak yang khawatir. Padahal, hal tersebut bisa ditangani dengan langkah sederhana lho Bunda sebelum memutuskan ke dokter.
Misalnya, dengan menggunakan alat penyedot ingus atau uap hangat yang ditetesi minyak telon untuk membantu membersihkan dan melonggarkan lendir di saluran pernapasan. Namun ada kalanya kondisi bayi perlu mendapat perhatian lebih dan pemeriksaan dokter, jika bunyi napas bayi disertai dengan hal-hal berikut ini, seperti dikutip dari Medical News Today:
1. Tingkat pernapasan lebih dari 60 napas per menit sehingga mengganggunya saat makan atau tidur. Bayi secara alami memang bernapas lebih cepat daripada anak yang sedikit lebih tua. Namun normalnya dengan kecepatan 40 napas per menit atau 20-40 napas saat tidur.
2. Lubang hidung melebar. Ini menjadi tanda bahwa bayi sedang berjuang untuk menghirup udara.
3. Retraksi, terjadi ketika iga bayi ikut bergerak setiap bayi menghirup napas.
4. Erangan atau mendengus setelah melepaskan napas.
5. Rona biru pada kulit, terutama di sekitar bibir atau lubang hidung.
Penyakit lain
Bunda, selain lendir itu muncul secara alami sebagai bentuk pertahanan diri, lendir hingga membuat hidung bayi menjadi mampet juga dapat terjadi karena kondisi kesehatan lainnya. Sebagaimana dilansir dari Fit and Pregnancy, terdapat beberapa penyakit yang dapat menyebabkan bunyi napas bayi kencang, yakni:
1. Flu
Kebanyakan pada bayi usia 2 tahun ke bawah, mereka bisa terinfeksi 8-10 virus pernapasan, Bunda. Gejalanya, bisa berupa pilek, batuk, hingga demam rendah.
Gejala-gejala tersebut akan reda dalam dua minggu. Namun, jika bayi baru lahir yang mengalami napas dengan bunyi kencang, bersin atau batuk, maka segera bawa ke dokter ya Bunda. Karena pada bayi berusia di bawah 3 bulan, pilek bisa cepat berkembang menjadi pneumonia, RSV, atau kondisi serius lainnya.
2. Asma
Sebenarnya mendiagnosis asma pada bayi cukup sulit, Bunda. Asma sendiri merupakan penyakit yang menyerang organ pernapasan, alias paru secara kronis, sehingga saluran pernapasan membengkak dan menghasilkan lendir yang berlebih.
Untuk mengobatinya, bayi direkomendasikan menggunakan nebulizer atau inhaler. Selain itu, dokter juga akan melihat riwayat keluarga jika ada yang mengalami asma karena penyakit ini memiliki kaitan genetik yang kuat.
3. Bronkiolitis
Bronkitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus respiratory syncytial virus (RSV). Penyakit ini membuat saluran udara kecil yang disebut bronchioles, menjadi bengkak dan menyulitkan bayi bernapas.
Ini berbahaya lho Bunda karena dapat mengancam nyawa bayi yang mengalaminya. Untuk gejalanya sendiri, bayi akan mengalami napas yang berbunyi dan cepat, batuk hingga demam.
Baca Juga : 9 Cara Mengatasi Napas Grok-grok pada Bayi |
Kondisi ini dapat diobati dengan menjalani pola tidur bayi yang lebih baik. Namun pada kasus lebih parah, mungkin bayi harus dirawat di rumah sakit untuk diberi alat bantu pernapasan seperti oksigen.
Bunda, simak juga gejala sesak napas pada anak dalam video berikut: