Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cerita Bambang Pamungkas sebagai Ayah, Belajar dari Kesalahan Orang Tuanya

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Kamis, 12 Nov 2020 18:39 WIB

Bambang Pamungkas
[Hari Ayah] Cerita Bambang Pamungkas sebagai Ayah, Belajar dari Kesalahan Orang Tuanya/ Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Nama Bambang Pamungkas tentu sudah tak asing lagi. Ayah berusia 40 tahun ini dikenal sebagai salah satu pesepakbola terbaik di Indonesia.

Di balik perjalanan kariernya menjadi pesepakbola terkenal, ternyata ada andil sang ayah yang besar, Bunda. Diceritakan Bepe, sapaan Bambang Pamungkas ada perdebatan di awal karier.

Ia yang berasal dari Salatiga, Jawa Tengah mengalami tantangan di awal kariernya. Kala itu, Salatiga masih menjadi daerah yang bisa dikatakan jauh dari kata modern. Sehingga membuatnya hampir berhenti bermimpi menjadi pesepakbola profesional.

"Ketika impian orang kampung itu sederhana, anaknya pingin jadi pegawai negeri sipil (itu) cukup. Karena menurut mereka itu bisa menjadi investasi yang nantinya pensiun," kata Bepe, beberapa waktu lalu saat mengisi sebuah acara virtual.

"Nah, perdebatan awalnya itu tentu adalah bagaimana saya bisa membuktikan atau saya bisa meyakinkan orang tua saya bahwa pilihan saya ini tidak salah," ujarnya.

Untungnya, pada akhirnya orang tua Bepe memberi keleluasaan padanya untuk memilih, selama bisa membuktikan bahwa ia serius dan berani menjanjikan pada orang tuanya.

Bepe masih teringat cerita tentang andil Ayahnya dalam karier sepakbola, kalau orang tua biasanya mendukung, datang untuk melihat anaknya bertanding. Kebalikannya, Bepe malah tidak mau ditonton oleh Ayahnya.

"Ayah saya itu pelatih sepakbola, Ayah itu salah satu kritikus terbesar dalam karier saya. Jadi kalau saya main bola, Ayah datang, saya langsung hilang fokus, blank," kata Bepe.

"Karena tiap pulang main bola, Ayah saya kurang ini, kurang itu," ujarnya.

Dari situ, Bambang Pamungkas pun belajar bahwa ketika menjadi seorang ayah, ia tak mau memaksakan anaknya dan membiarkan anaknya mengobservasi, Bunda. Tapi berjalannya waktu akhirnya mulai bisa menerima ketika ayahnya menonton pertandingannya.

"Mungkin secara mental juga sudah dewasa. Nah, peran Ayah (dirinya sekarang) itu lebih kepada di samping mengarahkan, dan juga membentengi. Di mana yang boleh di-support, mana yang tidak (maka) dikasih tahu," kata Bepe.

"Mengoreksi sebetulnya benar, cuma di usia 6-8 tahun tadi belum pas. Biarkan dahulu, anak mengobservasi," tuturnya.

Lebih lanjut, Bepe menceritakan bahwa ia adalah tipe ayah yang paling senang ketika melihat anak datang, pulang ke rumah dengan membawa banyak cerita.

"Kalau saya begini, ini paling menyenangkan banget bagi saya melihat seorang anak pulang latihan, dia cerita berarti dia menikmati. Mau dia berantem, cedera berarti dia merasa nyaman (dengan kegiatan mereka sukai)," ucap Bambang Pamungkas.

Memang, sejatinya seorang ayah menjadi benteng dan pengarah anak-anaknya ya, Bunda. Selamat Hari Ayah Nasional untuk para ayah luar biasa di Indonesia.

Simak juga curhat para ayah di Hari Ayah:

[Gambas:Video Haibunda]



(aci/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda