Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

3 Cerita Unik Murid Indonesia Sekolah Online, dari Atas Bukit hingga Sungai

anm   |   HaiBunda

Minggu, 28 Mar 2021 13:47 WIB

Portrait of little Asian boy sitting at his desk doing homework against white background.
Ilustrasi anak belajar/ Foto: Getty Images/iStockphoto/tylim

Pandemi COVID-19 banyak mengubah tatanan hidup masyarakat. Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar. Para siswa kini harus menimba ilmu di rumah masing-masing.

Belajar online memang menjadi peluang bagi anak untuk lebih dekat bersama keluarga. Namun belajar online tak selalu menyenangkan.

Tak sedikit anak yang mengeluh karena tidak bisa bertemu dengan teman-teman sekelas. Selain jenuh, mereka juga kesulitan menangkap materi yang diajarkan lewat layar ponsel atau komputer.

Bahkan tak sedikit pula yang tidak memiliki akses untuk belajar online. Keterbatasan biaya dan kondisi rumah membuat mereka harus berjuang lebih keras untuk belajar. Namun mereka tidak pantang menyerah dan tetap haus ilmu, Bunda.

Banner Susuk Suami


Berikut ini kisah unik para siswa Indonesia yang belajar di tengah pandemi COVID-19.

1. Kisah Murid di Desa Sattoko

Perjalanan jauh harus ditempuh oleh para siswa di Desa Sattoko, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat untuk menimba ilmu. Mereka berbondong-bondong menuju bukit setiap paginya untuk mencari sinyal.

Metode belajar online membuat mereka harus menemukan lokasi strategis untuk mengakses internet. Sayangnya, Desa Sattoko belum disertai dengan jaringan internet sehingga mereka harus menempuh jarak 1 kilometer.

Para siswa duduk di antara akar pepohonan dan semak belukar. Hanya beralaskan tanah, mereka mengikuti pelajaran di atas ketinggian 90 Mdpl. Mereka bahkan juga mendaki bukit di akhir pekan demi menyelesaikan PR.

"Dalam sehari biasanya enam jam di sini, pagi daring sampai sore, karena ada tiga pelajaran. Jadi habiskan waktu di sini, karena di kampung susah dapat jaringan," salah seorang pelajar Hasna, dikutip dari detikcom, Minggu (30/8/2020).

Tak cuma harus menempuh jarak jauh menuju puncak bukit setiap harinya. Para siswa membutuhkan biaya ekstra untuk membeli kuota agar dapat mengikuti kegiatan belajar daring.

"Semenjak ada corona banyak pengeluaran untuk beli kuota, apalagi kita biasa ada kegiatan ekstra diskusi melalui daring, cukup mempengaruhi nilai perkuliahan, mau tidak mau harus diikuti," kata Maaruf, seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Desa Sattoko.

Bunda, simak juga cerita dari siswa yang belajar seorang diri di sekolah. Lihat di halaman selanjutnya, ya.

Saksikan juga tips belajar online secara efektif selama pandemi, di video berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]


BELAJAR SENDIRI DI SEKOLAH

Portrait of little Asian boy sitting at his desk doing homework against white background.

Ilustrasi anak sekolah/ Foto: Getty Images/iStockphoto/tylim

2. Kisah Dimas di Sekolah

Keterbatasan kegiatan belajar karena minimnya fasilitas juga dirasakan oleh Dimas Ibnu Alias. Remaja 13 tahun itu menjadi satu-satunya murid yang berangkat sekolah saat pandemi COVID-19 karena tidak punya smartphone.

Dimas harus belajar hanya berdua dengan guru bak di kelas VIP. Kepala Sekolah SMPN 1 Rembang, Isti Chomawati, menyebut Dimas telah melakukan hal tersebut sejak bulan Juli 2020.

"Daring biasa kita mulai pukul 07.30 WIB, Mas Dimas ini datang ke sekolah jam 07.00 WIB biasa diantar orang tuanya naik sepeda onthel itu. Ya memang Mas Dimas sendirian di sini, jadi ada tiga mata pelajaran selama sehari, ada tiga guru yang mengajar Mas Dimas langsung, lainnya kan via daring," jelas Isti kepada detikcom, Jumat (24/7/2020).

Selain Dimas, sebenarnya masih ada murid lain yang juga tidak memiliki smartphone. Namun mereka dapat meminjam gawai milik saudara dan mampu membeli kuota. Pihak sekolah tengah mengajukan pengusulan beasiswa ke Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang agar Dimas bisa belajar dari rumah.

BELAJAR DI SUNGAI

Portrait of little Asian boy sitting at his desk doing homework against white background.

Ilustrasi anak-anak/ Foto: Getty Images/iStockphoto/tylim

3. Kisah Wanda, Siswi di Lereng Merapi

Nasib serupa juga dialami oleh Wanda Hera Kurniawati. Gadis 10 tahun itu menduduki bangku kelas 5 SDN Kepuharjo yang berlokasi di lereng Gunung Merapi.

Sejak pandemi, ia harus belajar di tempat sang Bunda bekerja yaitu di aliran sungai Gendol, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman. Ia harus melalui jalanan terjal demi belajar di tepi sungai karena tidak ada orang yang bisa menemaninya belajar di rumah.

Sang Bunda, Sri Sutarti (27) merupakan penambang yang bekerja di daerah tersebut. Ia dengan sabar mendampingi putrinya belajar di sela-sela pekerjaan menambang.

Mereka belajar di tengah bisingnya suara kenalpot truk dan para penambang yang bersahut-sahutan. Ditambah lagi dengan debu yang beterbangan. Tak hanya itu, lokasi tersebut juga sangat berisiko.

Sungai Gendol merupakan jalur bukaan kawah Merapi dengan potensi bahaya utama. Apalagi Sutarti sempat mengalami pengalaman buruk di Sungai Gendol, yakni saat erupsi Merai tahun 2006 dan 2010.

"Trauma, ada. Apalagi kalau hujan deras. Tapi di sini sopir-sopir (truk tambang) yang bawa HT buat peringatan," ungkapnya.


(anm/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda