
parenting
10 Dongeng Anak Sebelum Tidur Paling Populer
HaiBunda
Kamis, 23 Jun 2022 19:40 WIB

Mendongeng merupakan salah satu aktivitas yang menyenangkan apalagi kalau dikemas dengan cara menarik dan kreatif. Tak hanya menyenangkan, dongeng juga bisa menambah pemahaman anak tentang banyak hal. Biasanya dongeng cocok dibacakan kepada anak sebelum mereka tidur.
Dongeng punya pilihan yang beragam, mulai dari dongeng fabel, legenda, cerita rakyat, dan masih banyak lagi. Di balik ceritanya, biasanya dongeng punya pesan moral yang bisa dijadikan pembelajaran.
Misalnya, cerita bawang merah dan bawang putih yang sangat populer. Kisah tersebut menyiratkan pesan moral agar berperilaku baik terhadap orang lain dan tidak boleh serakah.
Sudahkah Bunda menceritakan dongeng itu kepada Si Kecil? Kalau belum, simak beberapa dongeng terpopuler berikut yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Cerita dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih
Dahulu kala, hiduplah Bawang Putih dan saudara tirinya, Bawang Merah. Ibu Bawang Putih meninggal ketika ia masih bayi. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan memiliki anak bernama Bawang Merah.
Tak berselang lama, ayahnya pun meninggal. Setelah itu, kehidupan Bawang Putih amat menyedihkan. Kesehariannya, Bawang Putih selalu diminta untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah termasuk mencuci baju.
Suatu hari ketika sedang mencuci, baju ibu tiri Bawang Putih hanyut. Bawang Putih pun bingung sampai akhirnya bertemu dengan seorang nenek yang mengatakan kalau ia menyimpan baju yang hanyut itu dan akan mengembalikannya dengan satu syarat. Bawang Putih harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bawang Putih pun menuruti.
Setelah selesai, nenek itu mengembalikan baju ibu tirinya. Nenek itu juga memberinya hadiah. Bawang Putih harus memilih salah satu labu untuk dibawa pulang, ada labu besar dan labu kecil. Bawang Putih memilih yang kecil. Sesampainya di rumah alangkah terkejutnya ia beserta ibu dan saudara tirinya, ternyata labu itu berisi banyak perhiasan.
Keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang sama seperti Bawang Putih. Ia pura-pura menghanyutkan pakaiannya. Kemudian, memilih labu yang besar. Ketika dibuka labu itu malah berisi ular.
Bawang Merah dan ibunya pun merasa itu adalah bentuk teguran dari Tuhan untuk mereka karena sudah memperlakukan Bawang Putih layaknya seorang pembantu. Mereka menyadari semua kesalahannya selama ini pada Bawang Putih dan meminta maaf.
Dari dongeng tersebut, pesan moralnya yaitu tidak boleh berperilaku buruk terhadap orang lain dan memiliki sifat serakah.
2. Cerita dongeng Timun Emas
Mbok Sirni tinggal sebatang kara. Suaminya sudah lama meninggal dan ia tidak dikarunia seorang anak pun. Kesehariannya, Mbok Sirni bertani sayur-sayuran di sekitar rumah. Kemudian menjualnya ke pasar.
Setiap hari Mbok Sirni selalu memohon kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak. Suatu hari, saat sedang berdo’a tiba-tiba datang raksasa bermuka hijau bernama Buto Ijo.
“Aku bisa memberimu anak, tapi dengan satu syarat. Setelah berusia enam tahun, anak itu harus kamu berikan lagi kepadaku,” kata Buto Ijo.
Tanpa pikir panjang, Mbok Sirni pun menyetujuinya. Buto Ijo memberikan bibit timun untuk ditanam. Katanya salah satu dari timun itu nanti ada timun paling besar berwarna emas. Timun itulah yang berisi bayi.
Benar saja, dua minggu setelah bibit timun ditanam, Mbok Sirni menemukan timun yang paling besar diantara timun lainnya dan berwarna emas. Ketika dibelah, berisi bayi perempuan yang kemudian diberi nama Timun Emas oleh Mbok Sirni.
Beberapa tahun berlalu, Timun Emas dan Mbok Sirni selalu bersama sampai tiba saatnya Buto Ijo datang untuk mengambil Timun Emas. Mbok Sirni sangat menyayangi Timun Emas lalu ia berdo’a agar selalu bersama. Kemudian datanglah seorang petapa yang memberinya bungkusan kecil berisi biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.
Ketika Buto Ijo mengejar Timun Emas, satu persatu bungkusan tersebut ditabur hingga menghalangi langkah Buto Ijo. Bungkusan terakhir berisi terasi yang ditabur ke arah Buto Ijo berubah menjadi lumpur panas hingga Buto Ijo meninggal.
Timun Emas pun terbebas dari Buto Ijo. Ia kembali ke rumah dan hidup bahagia kembali bersama Mbok Sirni.
Cerita ini dikutip dari buku berjudul Kumpulan Cerita Rakyat #1 oleh Ali Muakhir. Dari cerita Timun Emas pembelajaran yang bisa diambil adalah tidak boleh berniat jahat terhadap orang lain karena hal itu akan berbalik kepada diri sendiri.
3. Batu Menangis
Alkisah, di sebuah desa terpencil hiduplah seorang janda tua dengan seorang putrinya yang cantik jelita bernama Darmi. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang terletak di ujung desa.
Darmi memang cantik, parasnya indah menawan. Namun, tingkah lakunya sangatlah tidak cantik dan sifatnya sangatlah tidak menarik.
Setiap hari Darmi selalu bersolek di kamarnya. Ia tidak pernah mau membantu ibunya sedikit pun membereskan isi rumah. Kamarnya selalu berantakan. Darmi tidak peduli akan hal itu, ia hanya peduli pada wajahnya yang cantik jelita tiada terkira haruslah selalu tampil sempurna.
Ibunya Darmi yang sudah tua, setiap hari selalu bekerja keras demi mendapatkan uang. Apapun jenis pekerjaannya, selama itu halal, akan ia kerjakan. Semua itu ia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Darmi, anak semata wayangnya.
Ibunya Darmi juga kerap diperlakukan seperti pembantu. Setiap ditanya siapa yang berjalan di belakangmu, ia selalu menjawab bahwa ibunya adalah budaknya.
Mendengar hal itu terus menerus, Ibu Darmi merasa sakit hati hingga berdo’a. Secara perlahan Darmi berubah menjadi batu. Ia terus menangis dan memohon kepada ibunya. Namun, semua sudah terlambat. Kini tubuhnya berubah menjadi batu yang terus mengeluarkan air mata.
Dongeng Batu Menangis menyiratkan nasihat agar senantiasa hormat dan berbakti kepada orang tua. Dongeng tersebut dikutip dari buku yang berjudul Batu Menangis oleh Noor H. Dee.
4. Cerita dongeng Keong Emas
Dahulu kala, hiduplah seorang raja bernama Kertamarta. Ia memiliki dua orang putri bernama Dewi Candra Kirana dan Dewi Galuh. Candra Kirana akan dijadikan pendamping hidup oleh Pangeran Inu Kertapati. Dewi Galuh pun merasa iri. Ia mencari berbagai cara agar Dewi Candra Kirana tidak menikah dengan Pangeran Inu Kertapati.
Kemudian Dewi Galuh memfitnah Dewi Candra Kirana sampai Candra Kirana diusir dari kerajaan. Tiba-tiba di perjalanan, Candra Kirana dikutuk menjadi seekor keong emas oleh nenek sihir suruhan Dewi Galuh.
Keong emas itu pun terombang-ambing di lautan. Tak berselang lama keong mas tersangkut jaring nenek nelayan yang sedang menjaring ikan. Dibawalah pulang oleh nenek itu. Candra Kirana sangat senang karena tak lagi terombang-ambing di laut.
Sebagai ungkapan terima kasih Candra Kirana kepada nenek nelayan, ia memasakkan makanan setiap nenek nelayan sedang mencari ikan di laut. Ternyata pada siang hari Candra Kirana bisa berubah wujud menjadi manusia.
Awalnya, nenek nelayan tidak tahu siapa yang membuat banyak makanan untuknya. Sampai suatu hari ia mendapati Candra Kirana yang sedang memasak. Lalu Candra Kirana menceritakan apa yang terjadi pada dirinya.
Pangeran Inu Kertapati terus mencarinya. Suatu hari mereka berhasil bertemu dan kutukan Candra Kirana pun hilang. Ia tidak lagi menjelma sebagai keong emas. Lalu mereka menikah dan hidup bahagia.
Pesan moral dongeng keong emas ialah tidak boleh memiliki sifat iri dan dengki terhadap apapun yang dimiliki orang lain. Dongeng ini dikutip dari buku Kumpulan Cerita Rakyat #2 oleh Ali Muakhir.
Baca dongeng lainnya di halaman berikutnya ya, Bunda.
Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.
Simak juga video keistimewaan bayi lahir di bulan Juni berikut ini:
DONGENG TERPOPULER LAINNYA: KANCIL DAN BUAYA
Ilustrasi membacakan dongeng anak sebelum tidur. Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph
5. Cerita dongeng Kancil dan Buaya
Suatu hari, ada seekor kancil yang sedang berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena makanan di sekitar kediamannya telah berkurang, Kancil pun pergi untuk mencari di luar kawasannya.
Di tengah jalan, ia harus menyeberang sungai yang dihuni banyak sekali buaya besar yang sangat lapar. Kancil pun berpikir sejenak, lalu ia mendekat ke tepi sungai.
"Hai buaya, apakah kau sudah makan siang?" tanya Kancil dengan suara yang dikeraskan.
Tak lama kemudian, muncul seekor buaya dari permukaan air, "Siapa yang berteriak siang-siang begini? Mengganggu tidur saja."
"Hai Kancil, diam kau! Kalau tidak, aku makan nanti kamu," timpal buaya yang lain.
"Aku datang ke sini untuk menyampaikan pesan dari Raja Hutan, jadi janganlah kau makan aku dulu," jawab kancil. "Ada apa sebenarnya, ayo cepat katakan," kata buaya.
"Baiklah. Raja Hutan memintaku untuk menghitung jumlah buaya yang ada di sini. Raja hutan hendak memberikan hadiah untuk kalian," ujar Kancil.
"Jadi sekarang, panggil semua temanmu," lanjutnya.
Mendengar hal itu, buaya sangat senang dan langsung memanggil semua kawannya untuk berbaris berjajar di permukaan sungai. Namun, mereka semua ternyata hanya diperdaya oleh si Kancil.
Dengan cerdik, Kancil langsung pergi setelah menghitung buaya terakhir di ujung sungai dan lolos dari cengekraman buaya yang lapar.
Dongeng tersebut menceritakan kalau kancil memang cerdik, namun alangkah baiknya kalau kecerdikan itu digunakan hanya untuk hal-hal baik saja.
6. Malin Kundang
Dahulu kala di Sumatra Barat, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Ia tinggal bersama ibundanya Mande Rubayah. Sang ayah telah lama pergi meninggalkan ibu dan anak semata wayangnya itu.
Malin tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pemberani, tetapi sedikit nakal. Mereka hidup sangat miskin. Hingga suatu ketika saat Malin beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari peruntungan di negeri seberang. Ia ingin menjadi saudagar kaya raya.
Tekadnya semakin kuat, Malin meminta izin kepada ibundanya. Mande Rubayah sempat tidak setuju dengan keinginan anaknya, karena Malin terus mendesak akhirnya ia mengizinkan.
Ternyata keberadaan Malin di kapal itu sangat disukai. Selain karena ia sangat rajin dan selalu siap menolong, ia juga seorang pekerja keras.
Beberapa tahun berlalu, kini Malin telah menjadi seorang nahkoda yang mengepalai banyak kapal dagang. Ia pun berhasil memperistri salah seorang putri raja yang cantik jelita. Kabar kesuksesannya sampai kepada ibunda Malin.
Suatu ketika, sampailah kapal mereka di kampung tempat Malin dulu dibesarkan. Malin Kundang pun turun dari kapal. Kemudian disambut oleh ibundanya. Malin Kundang justru malah segera melepaskan pelukan Mande Rubayah dan mendorong ibundanya hingga terjatuh.
Melihat tingkah Malin yang congkak di depan istrinya, Mande Rubayah sangat sakit hati. Ia melihat kapal anaknya yang bertolak dari pantai, sambil berdo’a dalam hatinya agar Tuhan menghukum anaknya. Tidak lama setelah kapal itu bertolak, badai pun datang. Air laut yang bergelora menerjang dan membanting kapal besar yang sangat megah tersebut. bangkai kapal berhamburan beserta segala isinya.
Setelah kapal itu hancur, badai pun reda. Selain serpihan pecahan kapal, di pantai itu terlihat ada sebuah batu karang yang mirip dengan sosok Malin yang sedang bersimpuh.
Dongeng Malin Kundang yang sangat populer ini mengandung pesan moral yaitu orang tua sudah sepatutnya dihormati dan diperlakukan dengan baik. Meski anak sudah meraih kesuksesan, tetap tidak boleh melupakan jasa orang tua apalagi melukai hatinya. Dongeng tersebut dikutip dari buku Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler Sepanjang Masa oleh Faulia Rahma.
7. Cerita dongeng Sangkuriang
Dayang Sumbi merupakan putri raja yang terkemuka di Jawa Barat. Dayang Sumbi memiliki anak laki-laki bernama Sangkuriang. Suatu ketika, Sangkuriang pergi berburu ke hutan. Sangkuriang memerintah Tumang, anjing saktinya untuk mengejar binatang buruannya. Namun, Tumang tidak mengikuti perintahnya. Hal tersebut membuat Sangkuriang mengusir Tumang. Sangkuriang tidak mengizinkan Tumang pulang bersamanya.
Sepulang dari berburu, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada Dayang Sumbi, ibundanya. Dayang Sumbi sangat marah mendengar cerita itu. Dayang Sumbi memukul kepala Sangkuriang menggunakan sendok nasi sebagai hukuman. Sangkuriang merasa kecewa atas apa yang dilakukan ibunya, kemudian ia memutuskan pergi mengembara dan meninggalkan rumahnya.
Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya dan berharap Sangkuriang kembali. Dari ketulusan do’anya, Dewa memberi Dayang Sumbi sebuah hadiah berupa kecantikan dan awet muda selamanya. Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Sangkuriang pulang dari pengembaraanya.
Sangkuriang bertemu dengan wanita cantik yang tak lain ialah Dayang Sumbi, ibundanya sendiri. Sangkuriang terpesona dengan Dayang Sumbi dan berniat untuk menikahinya. Dayang Sumbi tahu kalau Sangkuriang adalah anaknya. Ia memberikan dua syarat kepada Sangkuriang yang harus diselesaikan sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang pun menyanggupinya. Dayang Sumbi membuat seolah-olah hari itu sudah menjelang pagi. Sangkuriang kesal lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Akibatnya terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Ia juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu jatuh telungkup, lalu menjadi sebuah gunung bernama Tangkuban Perahu.
Dongeng tersebut dikutip dari buku berjudul Cerita Rakyat Nusantara oleh Nung. Pesan moralnya yaitu harus berperilaku baik kepada siapa pun termasuk kepada hewan. Selain itu, ketika sedang marah harus tetap bisa mengendalikan emosi agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
8. Roro Jonggrang
Dahulu kala ada sebuah kerajaan besar bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tentram dan damai. Akan tetapi, kedamaian itu tidak berangsur lama karena Kerajaan Prambanan diserang oleh Negeri Pengging. Akhirnya, Prambanan dikuasai oleh Pengging dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso adalah seorang yang suka memerintah dengan kejam. Siapa pun yang tidak menuruti perintahnya akan dijatuhi hukuman. Ia juga orang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Selain itu, ia suka mengamati gerak-gerik Roro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita.
Bondowoso mendekati Roro Jonggrang lalu mengatakan ingin menikahinya. Mendengar keinginan Bondowoso, Roro Jonggrang tersentak kaget. Ia merasa Bondowoso sangat lancang dengan pernyataan itu. Akan tetapi, Roro Jonggrang tidak langsung menolaknya karena Bondowoso dan keluarganya akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan.
Jika mengiyakannya pun tidak mungkin akhirnya Roro Jonggrang mencari cara lain. “Saya bersedia menjadi istri Tuan, tapi ada syaratnya, yaitu saya ingin dibuatkan candi yang jumlahnya harus seribu buah. Candi itu harus selesai dalam waktu semalam,” kata Roro Jonggrang.
Bandung Bondowoso pun langsung menyanggupi persyaratan tersebut, tentunya dengan bantuan para jin. Dalam waktu singkat bangunan candi hampir tersusun sampai seribu.
Diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia menyuruh anak buahnya berkumpul untuk mengumpulkan jerami lalu membakarnya. Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. Mereka pun segera pergi.
Pagi harinya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke candi. Setelah dihitung jumlah candi itu hanya 999 buah. Lalu, Roro Jonggrang menyatakan kalau Bandung Bondowoso gagal memenuhi persyaratan. Bondowoso murka kepada Roro Jonggrang.
“Kalau begitu kau saja yang melengkapinya,” kata Bondowoso.
Roro Jonggrang berubah menjadi batu, sampai kini candi-candi tersebut ada di wilayah Prambanan, Jawa Tengah.
Kisah tersebut dikutip dari buku Koleksi Terbaik Cerita Rakyat Nusantara oleh Putri Khumairah.
9. Cerita dongeng Lutung Kasarung
Alkisah, ada kerajaan bernama Kerajaan Pasir Batang. Prabu Tapa Agung yang sudah tua memutuskan untuk mewariskan tahtanya kepada putri bungsunya, Putri Purbasari.
Sebenarnya Putri Purbasari memiliki kakak perempuan bernama Purbalarang. Purbalarang merasa geram karena bukan ia yang akan mendapat tahta.
Purbalarang meminta nenek sisir untuk mencelakai Putri Purbasari. Karena mantra si nenek sihir, kulit Purbasar tiba-tiba dipenuhi totol-totol hitam. Akibatnya Putri Purbasari diasingkan ke hutan. Maka Putri Purbasari hidup seorang diri di hutan. Namun Purbasari tidak merasa kesepian. Ia bertemu dengan hewan-hewan hutan. Salah satunya ada seekor lutung atau kera berwarna hitam.
Sesampainya di hutan, Purbalarang kaget melihat Purbasari telah terbebas dari mantra. Kini Purbasari bisa kembali menjadi ratu. Purbalarang tidak terima, ia menantang Purbasari.
“Siapa yang rambutnya lebih panjang, dialah yang menjadi ratu,” kata Purbalarang sembari menguraikan rambutnya. Ternyata setelah diukur, rambut Purbasari lebih panjang.
Tidak puas sampai disitu, Purbalarang kembali menantang Purbasari. “Sekarang kita adu ketampanan tunangan kita, ini tunanganku, Indrajaya yang tampan,” kata Purbalarang.
Sontak, Purbasari menarik Lutung Kasarung ke sampingnya. Ia menganggap Lutung Kasarung sebagai kekasihnya. Tak berselang lama, Lutung Kasarung berubah menjadi wujud sebenarnya yaitu Sanghyang Guruminda yang sangat tampan. Sanghyang selama itu terkena hukuman sehingga ia menjadi lutung.
Dongeng Lutung Kasarung tersebut dikutip dari buku berjudul Cerita Rakyat Nusantara oleh Faza.
10. Ande-Ande Lumut
Pada suatu hari, tinggalah seorang wanita cantik bernama Dewi Candra Kirana dan suaminya, Raden Putra. Raden Putra diusir oleh ayahnya karena tidak mau menggantikan ayahnya sebagai raja. Ia pergi tanpa mengajak istrinya.
Dewi Candra Kirana mencari keberadaan Raden Putra. Ia menyamar menjadi perempuan desa biasa. Dalam perjalanannya, Dewi Candra Kirana bertemu seorang janda kata bernama Mbok Randa Karangwulusan. Kemudian, mengankat Dewi menjadi anak dan mengganti nama Dewi menjadi Kleting Kuning. Mbok Randa sudah memiliki tiga anak perempuan, Kleting Abang, Kleting Wungu, dan Kleting Biru. Dewi Candra Kirana atau Kleting Kuning dianggap anak bungsu.
Ketiga anak Mbok Randa tidak menyukai Kleting Kuning sehingga mereka selalu berperilaku jahat terhadapnya. Mereka bahkan memaksa Kleting Kuning untuk selalu mengenakan pakaian jelek agar terlihat seperti pembantu.
Suatu hari ada kabar dari Desa Dadapan bahwa ada seorang pria tampan yang sedang mencari istri. Mbok Randa memerintahkan ketiga anaknya untuk pergi menemui pria itu sedangkan Kleting Kuning diminta untuk tetap tinggal di rumah.
Ketiga anak Mbok Randa pun pergi menuju Desa Dadapan. Menuju desa itu tidaklah mudah, mereka harus melewati sungai luas. Tiba-tiba muncullah seekor kepiting raksasa bernama Yuyu Kangkang yang menawarkan bantuan tapi dengan syarat ketiga putri Mbok Randa harus bersedia dicium Yuyu Kangkang.
Kleting Kuning bersikeras untuk menemui pria tersebut juga. Meskipun Mbok Randa sudah melarangnya.
Sama seperti anak Mbok Randa yang lainnya, ia juga harus melewati sungai dengan menaiki Yuyu Kangkang. Kleting Kuning tak kehabisan akal, ia menempelkan kotoran ayam yang dibawanya ke pipinya dan berhasil membuat Yuyu Kangkang tidak mau menciumnya.
Sesampainya di Desa Dadapan Kleting Kuning mendapati ketiga kakaknya ditolak Ande-Ande Lumut. Tak disangka Kleting Kuning yang dipilih oleh Ande-Ande Lumut. Rupanya Ande-Ande Lumut ialah Raden Putra.
Dongeng tersebut dikutip dari buku Cerita Rakyat Nusantara oleh Rara.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Cerita Dongeng Fabel Anak Semut dan Belalang, Bagus Kaya Pesan Moral

Parenting
6 Dongeng Anak Sebelum Tidur yang Mendidik

Parenting
3 Cerita Fabel Populer untuk Anak Beserta Pesan Moralnya

Parenting
5 Jenis Dongeng Anak Indonesia Terfavorit, Yuk Kenali Apa Saja

Parenting
Bunda Ngantuk Berat tapi Anak Minta Dibacakan Dongeng, Harus Bagaimana?

9 Foto
Parenting
9 Potret Keseruan Anak-anak Lombok saat Mendengarkan Dongeng
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda