Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengenal Gangguan Spektrum Autisme ASD yang Dialami Park Eun Bin di Drakor Extradordinary Lawyer Woo

ANNISAAFANI   |   HaiBunda

Jumat, 08 Jul 2022 17:31 WIB

Drama Korea Extraordinary Attorney Woo
Apa Itu Gangguan Spektrum Autisme ASD yang Dialami Park Eun Bin di Drama Korea Extradordinary Lawyer Woo/Foto: Dok. ENA & Netflix

Bunda termasuk salah satu penggemar drama Korea berjudul Extraordinary Attorney Woo? Drakor ini memang menarik ya, Bunda. Terlebih lagi, serial ini menghadirkan kisah inspiratif tentang pengacara autisme pertama di Korea.

Tokoh pengacara di drama Korea ini diperankan oleh aktris Park Eun Bin. Ia memainkan peran Woo Young Woo, pengacara jenius yang memiliki gangguan spektrum autisme (ASD).

Beberapa dari Bunda mungkin ada yang menaruh rasa penasaran. Sebetulnya, kondisi yang dialami oleh Woo Young Woo itu seperti apa?

Perlu Bunda ketahui, autis atau autism spectrum disorder (ASD) ini merupakan gangguan yang menyerang perkembangan saraf. Gangguan ini dapat memengaruhi seseorang dalam berkomunikasi dan berhubungan secara emosional dengan orang lain.

Autisme bisa berkembang pada berbagai usia. Beberapa bayi mungkin menunjukkan tanda-tanda awal autisme dan gejala peringatan dini untuk dikenali lebih cepat.

Mengutip MedicineNet, ciri-ciri autisme biasanya muncul saat bayi berusia di antar 12-18 bulan atau bahkan bisa terdeteksi lebih awal. Akan tetapi, beberapa anak mungkin baru dapat terdiagnosis autis saat ia sudah memasuki usia 3 tahun karena anak terkadang sulit untuk dikenali sejak dini.

Ciri-ciri anak autis

Ciri-ciri autis pada anak dapat dilihat dari ketidakmampuannya untuk fokus pada sesuatu, Bunda. Selain itu, anak autis juga tidak responsif, kurang memahami isyarat sosial, melakukan gerakan berulang atau terbatas, hingga berperilaku melecehkan diri sendiri seperti membenturkan kepala dan menyakiti tubuhnya.

"Tingkat keparahan gejala sangat bervariasi di antara individu yang terkena," kata ahli patologi anatomi bersertifikat, Melissa Conrad Stoppler.

Ciri lain yang mungkin dimiliki anak autis ialah kelambatan mencapai kemampuan untuk berbicara, kurang memiliki rasa empati terhadap apapun, menarik diri dari pergaulan di sekitar, serta kerap menghindari kontak mata, Bunda.

"Pada bayi gejalanya bisa bervariasi, tetapi dapat berupa kurangnya atau menurunnya kemampuan untuk kontak mata dengan orang lain," ujar Stoppler.

Ciri lainnya yang bisa diamati dari anak yang mengidap autis adalah wajahnya, Bunda. Studi terbaru yang mengamati karakteristik wajah anak-anak menemukan bahwa anak autis memiliki perbedaan karakteristik wajah dibanding dengan anak tanpa autis.

Mengutip CBS News, studi yang diterbitkan dalam Molecular Autism, peneliti membandingkan fitur wajah pada 64 anak laki-laki penderita autis dengan wajah 41 anak laki-laki tanpa autis, menggunakan sistem kamera 3D. Setelah memetakan 17 titik pada wajah, para peneliti menemukan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.

Studi tersebut menemukan anak-anak autis memiliki mata dan wajah bagian atas yang lebih lebar dibanding dengan anak tanpa autis. Menurut penelitian, anak-anak autis juga memiliki bagian tengah wajah yang lebih pendek, termasuk hidung dan pipi serta mulut dan filtrum yang lebih lebar, divot atau lekuk kecil di tengah bibir atas dan di bawah hidung.

Studi ini juga menemukan anak-anak dengan ciri autis parah seperti masalah perilaku, kesulitan bahasa, dan perilaku berulang memiliki karakteristik wajah yang berbeda dari anak-anak dengan autis ringan.

Penulis studi sekaligus asisten profesor anatomi di Fakultas Kedokteran Universitas Missouri, Dr. Kristina Aldridge mengatakan, dengan mencari tahu kapan perubahan wajah itu terjadi akan memungkinkan para peneliti fokus menemukan penyebab yang mendasari gangguan tersebut, apakah genetika atau pengaruh lingkungan.

"Mengetahui waktu perubahan ini dapat mengarahkan kita untuk mengidentifikasi penyebab genetik, memberitahu kapan embrio mungkin rentan terhadap faktor lingkungan atau keduanya," ucapnya.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen. 

Simak juga 5 tanda awal autisme pada anak yang mudah dikenali dan cara mengatasinya dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

TAK PERLU MALU PUNYA ANAK AUTIS YA BUNDA

Autistic cute girl practicing connecting the color sticks at home while her mom kept watching nearby. Training for intelligence restoration for children with autism or aphasia kids.

Apa Itu Gangguan Spektrum Autisme ASD yang Dialami Park Eun Bin di Drama Korea Extradordinary Lawyer Woo/Foto: Getty Images/iStockphoto/Ju Photographer

Mendapati anak memiliki gangguan ASD memang enggak mudah ya, Bunda. Saat dokter mendiagnosis anak mengalami kondisi tersebut, orang tua biasanya akan mengalami penyangkalan.

Tapi, kenapa harus malu punya anak autis?

Menurut Putu Andani, M.Psi., Psikolog dari Tiga Generasi, memang kadang ada perasaan penyangkalan dari orang tua saat mengetahui anaknya berbeda dari anak lain. Namun, Putu percaya hal ini pasti ada titik baliknya.

"Kalau denial (menyangkal) atau enggak, itu masing-masing dari orang tua. Tapi pasti ada titik di mana akhirnya orang tua tidak bisa denial karena ada feedback dari lingkungan," ungkap Putu kepada HaiBunda.

Kata Putu, mungkin awalnya Bunda merasa berat karena tahu anaknya autis. Namun, seiring berjalannya waktu dan kondisi anak jauh lebih baik karena perhatian dari Ayah dan Bunda, pasti perasaan menerima pun muncul.

"Misalnya denial anaknya autis, tapi ternyata pas masuk sekolah, anaknya bisa mengikuti. Titik balik setiap orang tua pasti berbeda, dan butuh proses menyadarinya," terang Putu.

Senada dengan hal tersebut, daripada terus melakukan penyangkalan, mengutip Autism Speaks, berikut ini lima tips agar Bunda bisa belajar lebih menerima keadaan sang buah hati.

1. Meminta bantuan

Dalam situasi seperti ini, carilah informasi sebanyak-banyaknya untuk tahu cara mengatasinya. Temui praktisi atau penyedia jasa yang bisa membantu kita dan anak. Percayalah kita akan mengumpulkan kekuatan besar dari orang yang kita temui.

Simak tips lainnya di halaman berikut ya, Bunda.

TIPS BELAJAR MENERIMA KEADAAN ANAK AUTIS

Autistic korean girl on a swing and her mother supporting her

Apa Itu Gangguan Spektrum Autisme ASD yang Dialami Park Eun Bin di Drama Korea Extradordinary Lawyer Woo/Foto: Getty Images/Michele Pevide

2. Jangan menahan perasaan

Kita mungkin merasa kecewa dan marah. Itu adalah emosi yang wajar. Boleh-boleh saja merasakan emosi yang saling bertentangan. Tapi cobalah kontrol emosi, dan jangan pernah lepaskan pada orang yang dicintai.

Ketika kita berdebat dengan pasangan tentang masalah autisme, cobalah untuk tidak larut, karena topik tersebut hanya akan menyakiti kita. Serta berhati-hatilah untuk tidak marah satu sama lain.

3. Quality time

Habiskan waktu berkualitas dengan anak serta pasangan. Pergi liburan bersama dan jangan terus berbicara tentang autisme. Semua orang di keluarga membutuhkan dukungan, serta ingin merasa bahagia terlepas dari keadaan.

4. Hargai anak

Cintai anak dan bangga dalam setiap pencapaian kecilnya. Fokus pada apa yang bisa mereka lakukan daripada membuat perbandingan dengan anak yang sedang berkembang. Cintai mereka apa adanya dan bukan apa yang seharusnya.

5. Bergabunglah dengan komunitas autisme

Jangan meremehkan kekuatan komunitas. Kita tidak bisa melakukan semua sendirian. Maka bertemanlah dengan orang tua dari anak autisme lainnya. Kita akan dapat dukungan dari keluarga yang juga memahami tantangan yang kita hadapi.


(AFN/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda