Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

6 Dampak Father Hunger, Sebabkan Kenakalan Remaja hingga Sulit Identifikasi Gender

Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog   |   HaiBunda

Sabtu, 12 Nov 2022 18:45 WIB

Dokter Sisipan
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog (@danangpsikolog) adalah psikolog klinis di RSJ Menur Surabaya. Menulis lebih 10 buku psikologi populer, aktif memberi seminar, training parenting, self healing, dan kesehatan. Danang adalah founder Brilian Psikologi.
Father Hungry
Father Hunger sebabkan kenakalan remaja hingga picu anak sulit identifikasi gender/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Kiwis
Jakarta -

Peran ayah dalam tumbuh dan kembang anak sangatlah penting. Kedekatan ayah dengan anak-anaknya berpengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan Si Kecil.

Namun sayangnya, peranan ayah dalam pengasuhan anak belum bisa dirasakan semua keluarga. Bahkan, ada beberapa negara yang masuk dalam kategori fatherless country. Termasuk Indonesia, menjadi negara yang masuk dalam jajaran fatherless country.

Fatherless country merupakan negara-negara yang sosok ayahnya tidak berperan dan berfungsi di dalam keluarga. Hal ini yang kemudian mengakibatkan anak-anak kerap mengalami berbagai macam masalah di sepanjang hidup mereka.

Sekitar lebih dari 50 persen anak-anak remaja yang berada di penjara Amerika dan Eropa diketahui mengalami fatherless atau merasa kurangnya kehadiran peran ayah dalam hidup mereka. Ada banyak faktor pendorong terjadinya fatherless dalam keluarganya. Mulai dari mereka hanya tinggal bersama sang Bunda hingga sosok ayah tidak berfungsi di dalam keluarga.

Indonesia sebagai fatherless country

Negara Indonesia berada di peringkat ketiga sebagai fatherless country. Ada berbagai alasan yang bisa menyebabkan hal ini. Namun, kurangnya figur ayah tidak bisa dijadikan alasan utama karena perlu penelitian lebih lanjut.

Indonesia memiliki beragam kultur dan budaya. Ada kultur patriarki dan matriarki yang menghiasi negara kepulauan ini.

Beberapa budaya menyerahkan seluruh pengasuhan anak kepada sang Bunda dan menanamkan nilai bahwa seorang ayah adalah seorang pencari nafkah. Hal ini membuat anak mengalami fatherless.

Meski begitu, ada pula budaya-budaya yang tidak mengamalkan nilai ini, Bunda. Jadi, hal ini bisa dipengaruhi oleh kultur atau subkultur yakni budaya dalam keluarganya.

Usia anak butuh sosok ayah

Anak membutuhkan sosok ayah di setiap usianya. Namun, usia yang paling dibutuhkan adalah ketika mereka remaja. Berikut ini ulasannya:

1. Anak usia nol sampai 2 tahun

Sebenarnya, kerentanan kekurangan sosok ayah bisa dimulai dari usia berapa saja. Namun, biasanya anak-anak dengan usia dini hingga dua tahun lebih, diasuh dengan sang Bunda.

Keputusan ini biasanya diambil karena kebutuhan Si Kecil yang masih bersifat fundamental seperti makan, menyusui, mengganti popok, dan sebagainya. Sehingga kebanyakan dianggap lebih tepat dilakukan oleh sang Bunda.

Sementara itu, peran ayah di sini lebih kepada hubungan psikologis dan hubungan material, sehingga Bunda bisa melakukan tanggung jawab dengan baik.

2. Anak usia 3 sampai 6 tahun

Saat anak berusia 3 sampai 6 tahun, peran ayah mulai dibutuhkan, namun belum sepenuhnya. Di sini, ayah perlu memberikan keamanan dan rasa nyaman.

Pada usia ini, anak mulai belajar mengidentifikasi gender. Karena itu, ia mulai bisa menilai mana yang bisa disebut Bunda dan mana yang bisa disebut ayah.

Ketika anak tidak bisa membedakan gender dan pembagian tugas, ia akan mendapatkan masalah mengidentifikasi gender. Hal ini dapat menyebabkan permasalahan di masa depannya.

3. Anak usia remaja

Ayah mulai mendapatkan banyak peran ketika anak mulai memasuki usia remaja. Di usia ini, ayah akan mengarahkan norma-norma sosial, dan sebagainya.

Meski begitu, bukan berarti sosok ayah tidak penting di setiap tahapan usia anak ya, Bunda. Hanya saja, peran ayah yang paling penting adalah ketika anak beranjak remaja.

Dampak father hunger

Ketika anak tak memiliki sosok ayah, anak akan mengalami father hunger. Ini merupakan trauma psikologis, di mana anak akan membandingkan dirinya dengan temannya yang memiliki sosok ayah.

Ada beberapa dampak yang terjadi ketika anak mengalami father hungere. Berikut ini ulasannya:

1. Kurangnya kemampuan beradaptasi

Sosok ayah sangat memengaruhi bagaimana anak memiliki ketenangan dan kemampuan untuk membaca situasi. Ketika sesuatu ditempatkan dengan benar, anak akan membuat dirinya beradaptasi dengan baik.

Ketika anak tidak mendapatkan sosok ayah, maka sisi-sisi ketegasannya dalam menentukan suatu tujuan akan menghilang. Rasa aman dalam situasi sosial anak juga akan berkurang.

2. Terjadinya kenakalan remaja

Ayah berfungsi untuk menegaskan aturan di dalam keluarga. Jika tidak, anak akan terlibat dalam kenakalan remaja atau bahkan kriminalitas.

Anak-anak yang kehilangan sosok ayah berisiko tumbuh menjadi anak dengan kepribadian tidak matang, Bunda. Biasanya, hal ini disebut juga sebagai kepribadian ambang atau labil, di mana mereka tidak memiliki kejelasan sikap dan kemampuan mengelola emosi serta pikiran yang seharusnya dilatih oleh ayah.

3. Tidak bisa mengidentifikasikan gender dengan baik

Father hunger juga bisa dihubungkan dalam kemampuan anak dalam mengidentifikasikan gendernya, Bunda. Hal ini nantinya akan berkaitan langsung dengan orientasi seksualnya.

Father hunger banyak membuat anak menjadi salah pergaulan. Akhirnya, mereka mengalami disorientasi seksual.

4. Kurangnya kemampuan mengambil keputusan

Pengambilan keputusan juga berpengaruh pada hadirnya sosok ayah dalam keluarga. Meski begitu, bukan berarti anak tanpa ayah tidak bisa mengambil keputusan.

Seorang Bunda bisa menggantikan posisi ayah sehingga bisa membantu anak mengambil keputusan. Tak hanya itu, anggota keluarga lain seperti paman dan kakek juga bisa membantu anak.

5. Tak bisa lepas dari laki-laki

Anak perempuan yang mengalami father hunger biasanya tumbuh menjadi anak yang butuh perhatian dari laki-laki. Ia akan menuruti seluruh perkataan laki-laki yang dianggap sebagai pasangannya, sehingga dia akan melakukan apapun demi tidak kehilangan laki-laki tersebut.

Ini adalah bentuk proyeksi kerinduan sosok ayah dan ingin diterima oleh sosok laki-laki.

6. Tidak membutuhkan laki-laki

Selain tidak bisa lepas dari laki-laki, anak perempuan yang mengalami father hunger juga mungkin menganggap bahwa dirinya bisa hidup tanpa laki-laki, Bunda. Ia akan menjauhi laki-laki dan lebih sensitif dengan keberadaan laki-laki.

Cara Bunda dan ayah atasi father hunger

Meski sudah menikah, Bunda dan ayah tetap bisa mengatasi father hunger ini. Caranya adalah sebagai berikut:

  • Bicarakan dengan suami.
  • Lihat dan perbaiki cara berkomunikasi.
  • Minta bantuan orang ketiga yang dipercaya suami.
  • Minta bantuan psikolog atau ahli.

Cara mengisi kekosongan anak yang ayahnya meninggal

Kekosongan atau father hunger pada anak yang ayahnya telah meninggal sejak kecil bisa diisi dengan beberapa cara, Bunda. Berikut ini ulasannya:

1. Ganti dengan sosok lain

Bagi anak yang sejak kecil sudah ditinggal oleh sang ayah, mereka tetap membutuhkan sosok yang bisa menjelaskan tentang peran berdasarkan jenis kelamin dan gendernya, Bunda. Ketika mereka tidak memiliki sosok ayah, maka perlu digantikan dengan sosok lain seperti paman, kakek, atau guru, yang bisa membuatnya belajar.

2. Titipkan dengan keluarga

Bunda bisa menitipkan anak selama beberapa hari di rumah sang paman atau kakek untuk melihat bagaimana mestinya keluarga berfungsi. Meskipun anak masih kecil, mereka perlu mengerti bagaimana keluarga berjalan semestinya.

3. Beritahu anak

Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri untuk Bunda. Anak perlu dijelaskan bahwa ia memang berbeda karena tidak memiliki sosok ayah seperti teman-teman yang lainnya. Meski begitu, hal ini tak menandakan bahwa ia adalah orang yang berbeda.

Terkadang ketika anak merasa berbeda, mereka menganggap dirinya sebagai anak yang aneh atau unik. Mereka juga akan berpikir bahwa Tuhan memberikan takdir yang buruk.

4. Kunjungi panti asuhan

Membawa anak ke panti asuhan bisa memberikannya pandangan bahwa ia tidak sendirian. Anak perlu menyadari bahwa hal yang terjadi pada dirinya adalah hal yang sangat mungkin terjadi dalam kehidupan.

Wacana cuti 40 hari untuk cegah fatherless

Belum lama ini pemerintah tengah membuat wacana RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) yakni cuti ayah selama 40 hari. Hal ini merupakan kesempatan dan wadah bentuk kepedulian pemerintah terhadap kedekatan orang tua dengan anaknya.

Meski begitu, calon ayah juga perlu diberikan edukasi dari sisi psikologi, kesehatan, atau yang berhubungan dengan anak. Dengan begitu, mereka akan menyadari pentingnya pendidikan anak usia dini. Selain cuti dan edukasi, perlu juga diberikan training yang berkaitan dengan skill, kompetensi, dan kemampuan secara konkrit.

Simak yuk inspirasi kado ayah dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda