PARENTING
4 Jenis Gangguan Belajar pada Anak, Ketahui Gejala dan Cara Mengatasinya
Kinan | HaiBunda
Senin, 19 Jun 2023 08:16 WIBAnak tampak terus-menerus kesulitan untuk melakukan proses belajar seperti membaca, menulis, atau mengerjakan hitungan sederhana? Bisa jadi mereka punya masalah gangguan belajar, Bunda.
Pada awalnya mungkin sulit untuk mengetahui bahwa seorang anak benar-benar memiliki gangguan belajar atau sekadar butuh waktu lebih banyak. Namun secara khas, anak dengan gangguan belajar biasanya memiliki keluhan ini sudah dalam waktu yang lama sebelum terdiagnosis.
Orang tua pun perlu tahu apa saja jenis gangguan belajar pada anak, termasuk gejala dan cara mengatasinya. Lakukan konsultasi segera dengan ahlinya untuk mendiagnosis dan menentukan terapi yang tepat guna mendukung proses belajar anak.
Apa itu gangguan belajar pada anak?
Dikutip dari Mayo Clinic, gangguan belajar terjadi ketika otak menerima dan bekerja mengolah informasi dengan cara yang tidak biasa. Hal ini membuat seseorang tidak mempelajari keterampilan dan menggunakannya dengan baik.
Secara umum, gangguan belajar memengaruhi kemampuan anak untuk membaca, menulis, berhitung, menggunakan atau memahami bahasa, bersosialisasi, atau juga dalam mempelajari keterampilan lain yang tidak melibatkan kata-kata.
Apa penyebab gangguan belajar?
Hal-hal yang mungkin berperan dalam gangguan belajar meliputi:
1. Riwayat keluarga
Memiliki saudara sedarah, seperti orang tua, dengan gangguan belajar meningkatkan risiko anak mengalami gangguan serupa.
2. Masalah pada masa kehamilan
Gangguan belajar kerap dikaitkan dengan pertumbuhan rahim yang buruk pada masa kehamilan, termasuk karena paparan minuman beralkohol atau obat-obatan keras lainnya. Selain itu, gangguan belajar juga dianggap berhubungan dengan lahir prematur dan/atau memiliki berat badan yang sangat rendah saat lahir.
3. Trauma emosional
Trauma emosional biasanya melibatkan pengalaman yang sangat menegangkan yang mengganggu psikis anak. Jika salah satunya terjadi pada anak usia dini, hal itu dapat memengaruhi perkembangan otak dan meningkatkan risiko mereka memiliki gangguan belajar.
4. Trauma fisik
Cedera kepala atau penyakit sistem saraf mungkin juga dapat berpengaruh dalam perkembangan gangguan belajar.
Apa saja jenis-jenis gangguan belajar pada anak?
Secara umum, ada beberapa jenis gangguan belajar pada anak yang banyak terjadi. Di antaranya yakni:
1. Disleksia
Disleksia adalah salah satu ketidakmampuan belajar yang paling banyak memengaruhi orang-orang dari segala usia, termasuk anak-anak. Gangguan ini memengaruhi keterampilan membaca dan memproses bahasa. Beberapa gejala disleksia antara lain:
- Sering terbalik membaca posisi huruf
- Kesulitan dengan kesadaran fonologis (kemampuan untuk memecah kata menjadi bunyi penyusunnya)
- Sulit memahami bacaan
- Terlambat bicara
- Kesulitan mempelajari gangguan pemrosesan pendengaran kosakata baru
- Memiliki gangguan dalam pemrosesan visual
- Kesulitan mengeja, menyalin teks, dan memahami bacaan
2. ADHD
ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan anak untuk memperhatikan, mengendalikan impulsif, dan mengatur tingkat hiperaktivitasnya.
Kondisi ini cukup banyak terjadi dan bahkan juga pada orang dewasa. Kendati demikian, ADHD biasanya paling sering didiagnosis pada usia anak-anak.
ADHD membuat anak sulit untuk berkonsentrasi, yang dapat menyebabkan perhatian mereka mudah beralih dari satu hal ke hal lainnya, termasuk saat belajar ruang kelas. Tak sedikit anak dengan ADHD yang kena sanksi disiplin karena dianggap berperilaku buruk, tetapi ini sebenarnya karena mereka tidak dapat mengontrol tindakannya sendiri.
Gejala ADHD termasuk kesulitan memperhatikan, impulsif, dan hiperaktif, dan lain-lainnya seperti:
- Ketidakmampuan untuk duduk diam
- Menjadi tidak teratur atau pelupa
- Sulit untuk fokus pada satu hal
- Kurang motivasi
- Mood mudah berubah-ubah dan rentan terjadi ledakan emosi
3. Diskalkulia
Diskalkulia adalah ketidakmampuan belajar yang memengaruhi keterampilan matematika atau berhitung. Hal tersebut dapat mempersulit anak untuk memahami konsep matematika, termasuk melakukan perhitungan aritmatika dan mengerjakan soal berhitung lainnya.
Banyak orang tidak menyukai matematika, tetapi mereka akhirnya dapat memahaminya dengan latihan yang cukup. Seseorang dengan diskalkulia sulit untuk memahami konsep matematika yang paling dasar sekalipun.
Gejala diskalkulia lainnya termasuk seperti:
- Kesulitan dengan operasi aritmatika dasar (seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian)
- Kesulitan dengan keterampilan matematika yang lebih kompleks (seperti aljabar dan geometri)
4. Disgrafia
Disgrafia adalah ketidakmampuan belajar yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk menulis. Termasuk kesulitan mengeja, sulit menulis dengan baik, atau juga kesulitan menuangkan pemikirannya di atas kertas dalam bentuk tulisan.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi neurologis, keterlambatan perkembangan, atau kesulitan dalam keterampilan motorik halus. Gejala disgrafia dapat meliputi:
- Kesulitan dengan ekspresi tertulis
- Tulisan tangan tidak dapat terbaca
- Butuh waktu lama untuk menulis
- Berjuang untuk mengungkapkan pikiran dalam struktur kalimat yang jelas
- Tata bahasa yang buruk
- Masalah pengorganisasian pikiran dan gagasan secara tertulis
- Kesulitan mengatur halaman, bab, dan buku
Bagaimana cara mengatasi gangguan belajar pada anak?
Dikutip dari Healthy Children, masalah gangguan belajar tidak bisa diatasi secara instan. Namun, ada banyak cara untuk membantu anak-anak dan orang tua untuk mengelola masalah tersebut. Termasuk untuk belajar dan berkembang dalam aspek kehidupannya.
Beberapa cara 'instan' seperti suplemen vitamin tertentu sampai saat ini juga belum terbukti secara ilmiah. Maka dari itu, jika curiga anak mengalami gangguan belajar segera lakukan konsultasi dengan dokter.
Dokter anak dapat mengevaluasi keterlambatan perkembangan dan kondisi lain yang mungkin berkontribusi terhadap gangguan belajar pada anak.
Jika perlu, dokter anak juga dapat merujuk ke dokter spesialis perkembangan saraf, dokter tumbuh kembang, neurologi anak, atau psikologi anak. Semua disesuaikan dengan gejala, kondisi dan kebutuhan masing-masing anak.
Selain bekerja sama dengan guru dan dokter anak, orang tua juga dapat membantu mendukung proses belajar anak, seperti dengan:
1. Fokus pada kelebihan anak
Semua anak memiliki hal-hal yang mereka lakukan dengan baik dan hal-hal lainnya yang dianggap sulit. Temukan kelebihan anak dan bantu mereka belajar menggunakannya.
Misalnya, anak sulit menulis tetapi punya kelebihan dalam bidang musik atau olahraga. Pastikan untuk tetap memberi dukungan pada anak saat mereka melakukan tugasnya dengan baik agar semangat belajarnya tetap stabil.
2. Mengembangkan keterampilan sosial dan emosional
Perbedaan proses belajar dengan teman sebaya rentan membuat anak merasa sedih, marah, atau menarik diri dari pergaulan. Bantu anak dengan memberikan cinta dan dukungan.
Sampaikan bahwa masa-masa ini perlu dihadapi karena otak mereka memiliki proses bekerja yang mungkin sedikit berbeda. Cobalah untuk mencari aktivitas lain yang berfokus pada pengembangan diri. Tujuannya yakni untuk membangun rasa percaya diri anak.
3. Bicarakan tentang masa depan
Bantu anak merencanakan masa dewasa dengan mendorong mereka mempertimbangkan kekuatan dan minatnya. Termasuk mendukung hobi dan kegiatan lain yang lebih mampu diterima oleh anak dalam kondisi tersebut.
Ingat, pada dasarnya setiap anak belajar dan berpikir secara berbeda-beda. Maka dari itu, dukung perbedaan perkembangan ini dengan respons yang tepat. Semakin cepat Bunda mengetahui apa yang terjadi dengan anak, semakin cepat diagnosis dan tindakan yang tepat bisa diterapkan. Semoga bermanfaat, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)Simak video di bawah ini, Bun:
5 Hal yang Bisa Membantu Anak Lebih Cepat Membaca, Bunda Punya Peran Penting
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Simak 5 Cara Mengatasi Anak Hiperaktif, Apa Bedanya dengan ADHD?
Kenali 5 Gejala Awal Disleksia pada Anak Balita dan Usia Sekolah
Ragam Aktivitas Terapi Okupasi untuk Atasi Gangguan Proses Belajar Anak
Bunda, Yuk Kenali Gangguan Belajar Disleksia, Disgrafia, Diskalkulia, dan Dispraksia
TERPOPULER
250 Nama Skandinavia Aesthetic untuk Anak Perempuan dan Artinya, Modern & Unik
7 Manfaat Tidur Siang untuk Si Kecil, Salah Satunya Meningkatkan Konsentrasi
Ingin Dapat Tambahan Uang Belanja? Yuk Ikut Voting Pilihan Bunda Awards 2025 Sekarang
Mengenal Latte Dad, Gaya Baru Ayah Swedia dalam Mengasuh Anak yang Curi Perhatian Dunia
Aktivitas Janin dalam Kandungan di Trimester 1, 2, dan 3
REKOMENDASI PRODUK
7 Merek Pelumas Vagina yang Aman untuk Berhubungan Intim & Cara Memilihya
Dwi Indah NurcahyaniREKOMENDASI PRODUK
9 Rekomendasi Susu UHT untuk Anak & Panduan Memilih yang Terbaik
KinanREKOMENDASI PRODUK
Review Professional Air Fryer Oxone vs Glasstop Smart Fryer, Mana Pilihan Bunda?
Tim HaiBundaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Lipstik Glossy Tahan Lama, Cocok Dipakai Seharian
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
3 Pilihan Cooler Bag untuk ASI, Mana yang Paling Praktis & Tahan Lama?
Ratih Wulan PinanduTERBARU DARI HAIBUNDA
Semua Dirayakan, Intip 7 Potret Resepsi Nikah Nadin Amizah & Faishal Tanjung Bak Negeri Dongeng
Aktivitas Janin dalam Kandungan di Trimester 1, 2, dan 3
250 Nama Skandinavia Aesthetic untuk Anak Perempuan dan Artinya, Modern & Unik
7 Manfaat Tidur Siang untuk Si Kecil, Salah Satunya Meningkatkan Konsentrasi
Ingin Dapat Tambahan Uang Belanja? Yuk Ikut Voting Pilihan Bunda Awards 2025 Sekarang
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Menteri Hukum Sebut Royalti Musik Bukan Pajak, Negara Tak Dapat...
-
Beautynesia
Turun 10 kg dalam 50 Hari? Intip 7 Trik Sederhana Turunkan BB Tanpa Diet dan Gym ala Fitness Coach
-
Female Daily
Guardian Run 2025 Siap Ajak Kamu Bergerak Aktif dan Tampil Percaya Diri!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
6 Zodiak yang Mencintai Paling Dalam, Bikin Pasangan Merasa Paling Spesial
-
Mommies Daily
5 Cara agar Anak Nyaman di Sekolah Baru, Ini Kata Psikolog