Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

5 Cara Menghadapi Trauma pada Anak Usai Dimarahi dan Dipukul

Kinan   |   HaiBunda

Rabu, 28 Jun 2023 19:50 WIB

5 Cara Menghadapi Trauma pada Anak Usai Dimarahi dan Dipukul
Ilustrasi 5 Cara Menghadapi Trauma pada Anak Usai Dimarahi dan Dipukul. Foto: Getty Images/iStockphoto/Stock photo and footage
Jakarta -

Mengasuh anak sering kali tanpa sadar dapat 'menguras' fisik dan emosional orang tua. Saat sudah kewalahan, anak pun jadi sering dimarahi atau bahkan dipukul. Kalau terlanjur begini, apa yang perlu dilakukan orang tua?

Dikutip dari Parenting for Brain, orang tua rentan kelepasan memarahi anak ketika sudah merasa kelelahan. Kondisi ini dapat membuat kesabaran dan kemampuan mereka untuk tenang mengatasi situasi jadi berkurang. 

Bentuk hukuman seperti teriakan atau pukulan pun rentan terjadi, bahkan bisa membuat anak trauma. Dalam bentuk kekerasan verbal, memarahi dengan cara membentak merupakan agresi psikologis yang dapat menimbulkan rasa sakit emosional pada anak. 

Banner Obesitas Ibu Hamil

Apa yang perlu dilakukan orang tua setelah memarahi anak?

Jika dilakukan terus-menerus, dampaknya bisa memengaruhi psikologis jangka panjang yang parah. Nah, untuk memperbaiki komunikasi dan menjalin kembali bonding dengan anak, ada beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua yakni:

1. Segera menjauh dan menenangkan diri

Dikutip dari Motherly, sebisa mungkin hindari amarah yang semakin meledak-ledak dengan menjauh sementara dari anak. Saat marah, otak cenderung sulit bekerja secara bijaksana dan rasional. 

Jika memungkinkan, mintalah suami atau anggota keluarga lain untuk mengambil alih situasi yang ada supaya Bunda dapat beristirahat sejenak.

Kadang-kadang yang Bunda perlukan adalah istirahat mental untuk sementara waktu. Misalnya dengan keluar rumah menghirup udara segar atau sekadar membasuh wajah.

2. Ajak anak mengobrol

Ketika Bunda dan Si Kecil sudah sama-sama tenang, cobalah untuk mendekati anak dan ajak ia mengobrol. Hormati keputusan anak jika mungkin saat itu ia belum siap. Bisa jadi anak masih perlu waktu menenangkan diri. 

Apabila anak sudah bersedia, maka upayakan untuk hadir untuknya secara utuh. Hindari distraksi saat mengobrol, termasuk dari ponsel ya, Bunda.

3. Berikan perhatian tulus

Rasa aman dan nyaman merupakan hal penting yang dibutuhkan anak dari orang tua. Perhatian yang tulus pun diharapkan mampu mencairkan perasaan negatif yang tersisa. 

Bunda bisa memberi tahu secara baik-baik pada anak tentang kesalahan yang saat itu ia lakukan. Jangan lupa berikan pelukan hangat dan tunjukkan perhatian. 

4. Minta maaf

13 Dampak Psikologis Anak yang Jauh dari Orang TuaIlustrasi Bunda dan anak/Foto: Getty Images/iStockphoto/Prostock-Studio

Siapa bilang orang tua tidak bisa meminta maaf dari anak? Ini justru menjadi langkah yang paling penting lho, Bunda.

Sayangnya tak sedikit orang tua berpikir bahwa meminta maaf dapat melemahkan otoritas mereka, tetapi ingatlah bahwa konflik orang tua-anak berkepanjangan dapat membentuk pengalaman anak dengan konflik di masa mendatang.

Jika Bunda ingin Si Kecil kelak tumbuh jadi sosok yang bertanggung jawab, mulailah dengan menunjukkan perilaku yang perlu mereka pelajari. Termasuk salah satunya dengan meminta maaf ketika berbuat salah. 

5. Validasi emosi anak

Untuk sepenuhnya melewati masalah traumatis ini, berikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaan mereka. Meski terkesan sepele, ini akan membantunya melepaskan emosi negatif yang tersisa di dalam dan memastikan bahwa mereka tidak memendamnya. 

Emosi apa pun yang dimunculkan oleh anak, pastikan Bunda mengomunikasikan bahwa perasaan mereka dapat dimengerti. Tidak masalah jika orang tua dan anak tidak merasakan hal yang sama, kok.

Hal yang terpenting, memvalidasi perasaannya akan membuat mereka belajar untuk menerima dan menghadapi emosi tersebut.

Guna bisa membantu menghilangkan trauma pada anak dengan segera, pastikan Bunda selalu memperhatikan perubahan perilaku dan gejala-gejala trauma pada anak. Termasuk di antaranya seperti:

  • Menjadi sangat sensitif, misalnya mudah marah atau mudah menangis
  • Sulit tidur nyenyak, sering bermimpi buruk, atau mengompol
  • Sakit perut atau sakit kepala tanpa alasan jelas
  • Enggan bersosialisasi 
  • Sulit konsentrasi saat belajar
  • Terlihat jadi tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas yang sebelumnya ia sukai

Proses berbaikan setelah ada peristiwa traumatis mungkin akan terasa tidak nyaman pada awalnya. Namun, ingatlah bahwa manfaat yang didapat dari proses ini kelak akan mengarah pada perubahan positif. Semoga bermanfaat, Bunda.

Bunda ingin membeli produk kesehatan dan kebutuhan untuk anak. Langsung aja yuk, Bun klik di sini.

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda