PARENTING
5 Cara Mengajarkan Empati pada Anak Sejak Usia 1 Tahun
Asri Ediyati | HaiBunda
Minggu, 29 Oct 2023 04:00 WIBEmpati merupakan kemampuan untuk memahami secara emosional apa yang orang lain rasakan dan bagaimana menanggapinya dengan hati-hati. Empati adalah keterampilan yang sangat kompleks untuk dikembangkan, Bunda.
Penelitian telah menunjukkan bahwa empati sangat penting bagi anak untuk membangun hubungan yang sehat dan bahagia dengan keluarga dan teman-teman. Empati juga dapat membantu Si Kecil untuk berprestasi di sekolah dan tempat kerja saat dewasa nanti.
Empati menjadi faktor penting dalam mengajari anak-anak apa itu bullying dan bagaimana cara untuk tidak terlibat dalam perilaku negatif tersebut. Oleh karena itu, mengajarkan empati merupakan landasan penting dalam mencegah intimidasi di sekolah.
Mengutip laman Zero to Three, seorang anak yang mampu berempati artinya dia mampu:
- Memahami bahwa dia adalah seorang individu yang berdiri sendiri.
- Memahami bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran dan perasaan yang berbeda dengan dirinya.
- Mengenali perasaan umum yang dialami kebanyakan orang, seperti kebahagiaan, kemarahan, kekecewaan, kesedihan, dan lainnya.
- Melihat situasi tertentu, seperti melihat seorang teman mengucapkan selamat tinggal kepada orang tua di tempat penitipan anak dan membayangkan bagaimana perasaannya dan juga temannya pada saat itu;.
- Membayangkan respons apa yang mungkin tepat atau menenangkan dalam situasi tertentu, seperti menawarkan mainan favorit atau boneka beruang kepada seorang teman untuk menghiburnya.
Cara mengajarkan anak empati sejak usia 1 tahun
Berikut 5 cara yang dapat Ayah dan Bunda lakukan untuk mengajarkan empati pada anak sejak usia 1 tahun:
1. Validasi emosi anak
Terkadang, saat anak sedih, marah, atau kecewa, kita buru-buru berusaha memperbaikinya agar perasaan itu hilang. Kita ingin melindunginya dari segala rasa sakit. Namun, perasaan-perasaan ini sebenarnya adalah bagian dari kehidupan dan anak-anak perlu belajar mengatasinya, Bunda.
Faktanya, memberi label dan memvalidasi perasaan yang sulit sebenarnya dapat membantu anak-anak belajar menanganinya. Misalnya, "Kakak marah karena Bunda mematikan TV. Bunda mengerti. Bunda tahu, Kakak suka menonton acara favorit Kakak. Tidak apa-apa untuk merasa marah. Kalau Kakak sudah selesai marah, Kakak bisa memilih untuk membantu Bunda membuatkan makan siang yang enak atau bermain di dapur sementara Bunda masak." Pendekatan seperti ini juga membantu anak belajar berempati terhadap orang lain yang sedang mengalami perasaan sulit.
2. Tanyakan, "Bagaimana perasaan kamu, Nak?"
Anak-anak secara alami diarahkan untuk berempati. Bahkan, seorang balita yang melihat seseorang dalam tekanan emosi kemungkinan besar akan menunjukkan simpati dengan menangis atau mencoba menghibur orang tersebut. Namun, pada saat yang sama, anak kecil pada dasarnya belum mengerti hal tersebut.
Mengutip dari Very Well Family, misalnya, ketika seorang anak prasekolah memukul temannya atau mengambil mainan yang mereka mainkan, orang tua perlu menjelaskan bahwa perilaku tersebut dapat melukai orang lain secara fisik atau emosional. Coba katakan sesuatu seperti, "Bagaimana perasaanmu jika mainanmu diambil?" atau "Bagaimana perasaanmu jika seseorang memukulmu, Nak?"
3. Memberi label emosi
Untuk membantu anak memahami emosi dan perasaan, coba ajari mereka untuk mengenali dan memberi label sebanyak mungkin. Jika anak berperilaku baik ingin menghibur temannya yang menangis, Bunda bisa katakan, "Kamu baik sekali karena mengkhawatirkan temanmu, Bunda yakin dia akan merasa jauh lebih baik saat kamu melakukannya."
Sebaliknya, Bila anak berperilaku tidak baik atau negatif, Bunda dapat mengatakan, "Saya tahu kamu mungkin merasa marah, tetapi teman kamu sedih ketika kamu mengambil mainannya."
4. Bermain permainan
Mempelajari empati seharusnya tidak menjadi tugas bagi anak. Orang tua bahkan bisa membuatnya menyenangkan.
Dilansir laman Understood, Bunda bisa bermain permainan untuk mengajarkan empati. Contohnya, duduklah di bangku taman bermain atau di mall bersama anak. Coba tebak suasana hati orang-orang yang lewat, dan jelaskan petunjuk apa yang membuat mereka berpikir orang tersebut sedang bahagia, sedih, atau marah. Permainan semacam ini membantu anak memahami bagaimana ekspresi, bahasa tubuh, dan nada suara untuk menunjukkan bagaimana perasaan seseorang.
5. Pikirkan baik-baik penggunaan kata "Aku minta maaf".
Kita sering memaksa balita kita untuk mengatakan 'minta maaf' sebagai cara agar mereka bertanggung jawab atas tindakannya. Namun, banyak balita yang belum sepenuhnya memahami arti kata-kata tersebut. Meskipun mungkin terasa 'benar' bagi mereka untuk mengatakan 'minta maaf', hal ini tidak serta merta membantu balita belajar berempati.
Pendekatan yang lebih bermakna adalah dengan membantu anak-anak memusatkan perhatian pada perasaan orang lain. Misalnya, "Kakak, lihat adik sangat sedih. Dia menangis. Dia menggosok lengannya saat Kakak mendorongnya. Mari kita lihat apakah dia baik-baik saja." Kalimat tersebut dapat membantu anak sadar akan tindakannya dan dampaknya. Saat tersadar, rasa empati anak bisa keluar dengan sendirinya, lalu ia akan minta maaf tanpa diminta.
Pada akhirnya, mengembangkan empati membutuhkan waktu. Anak mungkin belum menjadi makhluk yang memiliki empati sempurna pada usia balita. Bahkan, ada beberapa remaja dan orang dewasa yang belum sepenuhnya menguasai keterampilan ini.
Faktanya, sangat normal bila seorang balita cenderung fokus pada dirinya atau barang miliknya sendiri. Ingat ya, empati adalah keterampilan yang kompleks dan akan terus berkembang sepanjang kehidupan anak. Jadi, sebisa mungkin ajarkan sejak dini, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(aci/ank)Simak video di bawah ini, Bun:
5 Aktivitas Sederhana Asah Rasa Empati Si Kecil Sejak Dini
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
7 Cara Mengajarkan Empati pada Anak Tentang Pekerjaan Orang Lain
5 Aktivitas Sederhana Ini Bisa Mengasah Empati Anak Sejak Usia Dini
5 Tips Mengajarkan Anak Berempati agar Terhindar dari Bullying
Dampak Negatif Orang Tua Terlalu Berempati pada Anak
TERPOPULER
Kenapa Ayah di Atas Usia 30 Lebih Sering Merasa Kelelahan dan Tertekan? Ini Faktanya
7 Cara Mengatasi Nyeri Ulu Hati saat Hamil
Amerika Perbarui Aturan di Bandaranya, Ibu Menyusui Kini Lebih Mudah Bepergian
5 Potret Satine Anak Abimana Aryasatya & Inong Ayu Ikuti Jejak Ortu di Dunia Hiburan
Persiapan Tahun Baru, Kecap hingga Aneka Saus Diskon hingga 20% di Transmart
REKOMENDASI PRODUK
10 Rekomedasi Susu Program Hamil untuk Dukung Keberhasilan Promil
Dwi Indah NurcahyaniREKOMENDASI PRODUK
Review Eomma Head to Toe Happiness, Sampo & Sabun Mandi untuk Perawatan Bayi
Firli NabilaREKOMENDASI PRODUK
5 Rekomendasi Lipstik Warna Muted, Ada Pilihan Bunda?
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
PROTERAL Junior, Solusi Nutrisi untuk Si Kecil yang Suka Pilih-pilih Makan
Tim HaiBundaREKOMENDASI PRODUK
Rekomendasi Wipes untuk Membersihkan Mulut Bayi, Praktis dan Aman Sejak Dini
Tim HaiBundaTERBARU DARI HAIBUNDA
Awet Muda! Ini 5 Potret Ariyo Wahab bersama Istri & 3 Anak Perempuan
Kenapa Ayah di Atas Usia 30 Lebih Sering Merasa Kelelahan dan Tertekan? Ini Faktanya
Amerika Perbarui Aturan di Bandaranya, Ibu Menyusui Kini Lebih Mudah Bepergian
7 Cara Mengatasi Nyeri Ulu Hati saat Hamil
5 Potret Satine Anak Abimana Aryasatya & Inong Ayu Ikuti Jejak Ortu di Dunia Hiburan
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Rating 'Taxi Driver 3' Melambung Tinggi, Aksi Lee Je Hoon Dipuji
-
Beautynesia
Meski Nyaman, Hindari Tidur Bersender di Jendela Pesawat! Apa Alasannya?
-
Female Daily
Cobain Muted Makeup Look, Gimana Hasilnya?
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Serum untuk Menghilangkan Bekas Jerawat, Ini 6 Kandungan Aktif Paling Efektif
-
Mommies Daily
Marriage Burnout: Lelah dalam Pernikahan, Tanda, Penyebab, dan Solusi