
parenting
3 Cara Mengajarkan Anak Kesetaraan Gender Sejak Dini Menurut Pakar
HaiBunda
Sabtu, 17 Feb 2024 04:00 WIB

Daftar Isi
Kesetaraan gender merupakan hal penting yang diajarkan pada anak-anak sedari dini. Ini berguna untuk membentuk cara pandang mereka ketika bersosialisasi di masa depannya, Bunda.
Anak laki-laki yang sudah paham mengenai konsep kesetaraan gender, akan lebih menghargai lawan jenis. Begitu pula dengan anak perempuan yang sudah ditanamkan akan kesetaraan gender, jadi lebih percaya diri mengejar mimpi-mimpinya. Statusnya sebagai seorang anak perempuan, tak akan menghalangi langkahnya mengejar prestasi sama seperti anak laki-laki lainnya.Â
Menurut para pakar, pendekatan yangsesuai dengan perkembangan anak diikuti dengan pemberian contoh yang kuat dalam kehidupan sehari-hari, merupakan kunci dalam mengajarkan konsep kesetaraan gender kepada anak-anak. Meskipun pendidikan kesetaraan gender menjadi semakin penting dalam upaya memerangi bias gender, nyatanya masih ada fenomena bias gender yang bertahan di tengah-tengah kemajuan zaman saat ini.
World Economic Forum menyoroti tantangan yang masih dihadapi oleh banyak negara, termasuk di Asia Tenggara, dalam mencapai kesetaraan gender. Skor untuk negara-negara di Asia Tenggara terbilang buruk, Indonesia menempati posisi ketiga dengan angka 0,193 mengenai kesetaraan gender. Permasalahan bias gender masih dipicu oleh adanya stereotip yang terbentuk sejak dini.
Stereotip gender sejak anak usia dini
Dikutip dari CNN, bias gender terjadi karena stereotip masyarakat yang sudah ada sejak usia dini. Film dan acara TV juga masif membentuk stereotip gender dengan cara menampilkan karakter yang mengikuti pola perilaku dan peran gender yang sudah mapan dalam masyarakat.
American Association of University Women menyoroti dampak signifikan dari pandemi terhadap partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, khususnya ibu dengan anak usia sekolah. Berkaca dari hasil temuan ini, penting untuk terus memperjuangkan kebijakan dan program yang mendukung kesetaraan gender dalam pengasuhan dan angkatan kerja.
Seperti misalnya, akses yang lebih baik ke layanan penitipan anak yang terjangkau, dukungan finansial untuk keluarga, dan fleksibilitas kerja yang lebih besar bagi semua orang tua.
Pada rentang usia 2 hingga 6 tahun, anak-anak mulai mengamati dan mempelajari perbedaan gender dalam mainan, keterampilan dan aktivitas yang dipromosikan oleh budaya dan lingkungan sekitar mereka. Mereka mungkin melihat bahwa mainan tertentu atau aktivitas tertentu, lebih sering dikaitkan dengan satu jenis kelamin daripada yang lain, dan hal itu dapat memengaruhi persepsi mereka tentang apa yang dianggap "cocok" untuk laki-laki dan perempuan.
Saat anak-anak mencapai usia 7 hingga 10 tahun, mereka mulai mengaitkan kualitas tertentu dengan gender, seperti menganggap laki-laki sebagai agresif dan perempuan sebagai emosional. Hal ini mencerminkan internalisasi stereotip gender yang mereka amati dan pelajari sejak usia dini, serta pengaruh budaya dan media dalam membentuk persepsi mereka tentang peran gender dalam masyarakat.
Proses ini berguna untuk mengenali bahwa stereotip gender tidaklah alami atau tidak dapat diubah, tetapi terbentuk dan dipelajari sepanjang masa anak-anak tumbuh.
Oleh sebab itu, penting untuk memperjuangkan pendidikan yang inklusif tentang kesetaraan gender sejak usia dini. Tak hanya itu saja, diharapkan ada model peran yang beragam dan mendukung bagi anak-anak, sehingga mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang identitas gender dan berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih inklusif dan adil di masa depan.
Lantas, bagaimana cara mengajarkan anak kesetaraan gender sejak usia dini?
3 Cara mengajarkan anak kesetaraan gender sejak dini
Berikut cara mengajarkan anak kesetaraan gender sejak dini menurut pakar. Simak yuk Bunda.
1. Menghindari penggunaan gender sebagai alasan untuk berperilaku
Menurut para ahli, dalam mengajari anak-anak tentang kesetaraan gender sangatlah relevan dan penting dalam menumbuhkan pemahaman yang benar tentang identitas gender dan peran dalam masyarakat, Bunda.
Langkah ini bisa diajarkan dengan menyampaikan pernyataan seperti "anak laki-laki tetaplah anak laki-laki" dan "anak perempuan tetaplah anak perempuan" menekankan pentingnya melihat anak-anak sebagai individu yang unik, tanpa membatasi mereka berdasarkan stereotip gender yang sempit.
Ini memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi minat, bakat, dan karakteristik mereka tanpa terbebani oleh ekspektasi budaya tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki atau perempuan.
Mengakui bahwa anak-anak dari kedua jenis kelamin yang berbeda memiliki perilaku yang beragam, termasuk perilaku yang biasanya dianggap sebagai karakteristik gender tertentu. Hal ini merupakan langkah penting dalam menanggapi mereka secara adil dan tidak memihak.
Misalnya, mengenali bahwa anak perempuan juga bisa kasar atau agresif, dan bahwa anak laki-laki juga bisa lembut atau sensitif, membantu menghapus stigma dan label yang sering melekat pada jenis kelamin tertentu.
2. Menunjukkan teladan kesetaraan gender pada anak
Bunda dapat memberikan inspirasi kesetaraan gender pada Si Kecil dengan menunjukkan tokoh-tokoh yang dapat diteladani, seperti Sri Mulyani seorang ekonom yang telah menjabat sebagai Menteri Keuangan Indonesia dalam dua periode yang berbeda.
Ia dikenal sebagai salah satu menteri keuangan paling berpengaruh di Indonesia dan diakui secara internasional, karena keberhasilannya dalam reformasi keuangan dan pembangunan ekonomi.
Sebagai seorang wanita yang berhasil meniti kariernya di bidang ekonomi dan politik, Sri Mulyani memberikan contoh nyata tentang bagaimana perempuan bisa sukses dalam posisi kepemimpinan yang dianggap tradisionalnya didominasi oleh laki-laki. Ia menunjukkan bahwa kesetaraan gender tidak hanya tentang kesempatan yang sama, tetapi juga tentang kemampuan dan kompetensi yang diakui tanpa memandang jenis kelamin.Â
3. Memberikan pemahaman bahwa semua orang memiliki perasaan
Sering kali stereotip gender membuat orang merasa bahwa menunjukkan emosi adalah tanda kelemahan atau ketidakmampuan untuk mengendalikan diri. Sebenarnya, itu merupakan tanda kekuatan dan keberanian untuk berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain dengan jujur dan terbuka.
Bunda bisa menumbuhkan kesadaran Si Kecil bahwa semua orang memiliki perasaan yang berharga dan layak untuk dihargai. Ini berguna untuk membangun empati anak.
Dengan mendukung ruang yang aman dan terbuka untuk mengekspresikan emosi tanpa takut akan penilaian atau stigma, Bunda dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan kesejahteraan mental bagi semua individu khususnya lingkungan Si Kecil.
Mendidik anak-anak tentang kesetaraan gender dan membangun karakter yang menghargai perbedaan gender, adalah kunci untuk membentuk generasi yang berkontribusi pada perubahan positif dalam dinamika sosial. Mendengarkan pertanyaan anak dengan sabar, dan memberikan jawaban yang sesuai dengan usia dan pemahaman mereka juga bisa membantu mereka memahami konsep kesetaraan gender secara bertahap, Bunda.
Demikian sekilas informasi tentang cara mengajarkan anak kesetaraan gender sejak dini menurut pakar. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Beda Karakter dengan Sang Putri, Annisa Pohan Mengaku Sering Ditegur Aira

Parenting
Karakter Anak Berdasarkan Shio Kelahiran, Macan Miliki Sifat Optimis

Parenting
3 Karakter Unik Si Anak Tengah, Menarik Dipelajari Bun

Parenting
Kenali 13 Karakteristik Anak Usia Dini demi Mendukung Perkembangannya

Parenting
Rahasia Agar Si Kecil Tumbuh Jadi Anak yang Tangguh


7 Foto
Parenting
7 Potret Natarina Anak Taufik Hidayat yang Kini Beranjak Dewasa
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda