Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

10 Kesalahan Orang Tua yang Merusak Rasa Percaya Diri Anak, Jangan Anggap Sepele

Annisya Asri Diarta   |   HaiBunda

Sabtu, 25 May 2024 04:00 WIB

Kesalahan Mendidik Anak
Kesalahan Mendidik Anak yang Rusak Percaya Dirinya/ Foto: Getty Images/SunnyVMD
Daftar Isi

Dalam mengasuh anak dibutuhkan tanggung jawab yang kompleks dan penuh tantangan. Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak, termasuk dalam hal membangun rasa percayanya.

Tak jarang dalam upaya tersebut, orang tua melakukan tindakan atau ucapan yang justru merusak kepercayaan diri anak. Meskipun nampak sepele, kesalahan-kesalahan ini bisa berdampak jangka panjang pada perkembangan psikologis anak, Bunda.

Salah satu kesalahan yang sering kali tak disadari adalah sikap kritis yang berlebihan. Kala Bunda selalu memberikan kritik tanpa memberikan pujian atau penghargaan yang seimbang, bisa membuat anak merasa tidak pernah cukup baik.

Mereka akan selalu merasa kurang dan takut membuat kesalahan, sehingga membuat mereka ragu untuk mencoba hal-hal baru. Padahal, apresiasi terhadap usaha dan pencapaian anak sangat penting untuk membangun rasa percaya diri yang kuat.

Sementara itu, membandingkan anak dengan saudara kandung atau teman sebayanya juga bisa menjadi sumber ketidakpercayaan diri. Ketika anak merasa dibandingkan dan tidak pernah menjadi yang terbaik, mereka merasa tidak dihargai dan kurang berharga. Hal ini dapat menghambat mereka untuk berkembang sesuai dengan potensinya sendiri, karena selalu merasa tertinggal dari orang lain.

Komunikasi yang kurang efektif juga termasuk faktor yang dapat merusak rasa percaya diri anak. Permasalahan ini mengakibatkan anak lebih tertutup dan kurang yakin pada kemampuannya untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Kesalahan orang tua yang merusak rasa percaya diri anak

Menilik CNBC Make It, terdapat kesalahan pengasuhan orang tua yang dapat merusak rasa percaya diri anak. Simak selengkapnya, Bunda.

1. Membiarkan anak lepas dari tanggung jawab

Pekerjaan rumah seringkali dianggap akan membebani Si Kecil dan menambah tingkat stres mereka, padahal dengan melakukan hal tersebut, Bunda dapat mengajarkan tentang tanggung jawab pada Si Kecil. Selain tanggung jawab, mereka juga dapat merasakan penguasaan dan pencapaian setelah melakukan tugas rumah. Secara tidak langsung, Si Kecil dapat membangun rasa percaya diri dan kompetensi dalam dirinya.

Ketika anak diberi tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka, seperti membantu mencuci piring atau membuang sampah, mereka belajar untuk berkontribusi pada keluarga dan memahami pentingnya bekerja sama. Tanggung jawab ini memberikan anak-anak kesempatan untuk melihat diri mereka sebagai individu yang cakap dan mampu menyelesaikan tugas dengan baik. Langkah ini juga memberikan mereka rasa kepemilikan dan kebanggaan atas kontribusi mereka.

2. Mencegah anak untuk melakukan kesalahan

Kesalahan mengajarkan anak bahwa kegagalan tidaklah permanen. Dengan dukungan yang tepat, mereka dapat memahami bahwa setiap kegagalan adalah langkah menuju kesuksesan.

Mereka belajar untuk melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar, bukan sebagai akhir dari segalanya. Ini akan mengembangkan mentalitas bertumbuh, mereka percaya bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat ditingkatkan melalui kerja keras dan dedikasi.

Selain itu, mengatasi kegagalan dapat memperkuat rasa percaya diri anak-anak. Ketika anak berhasil bangkit setelah jatuh, mereka merasakan pencapaian yang nyata dan bangga akan kemampuan diri sendiri. Ini membangun rasa percaya diri yang sehat dan memberi mereka keyakinan bahwa mereka mampu mengatasi tantangan yang akan datang.

Sebaliknya, jika Bunda dan Ayah menolak kegagalan dari usaha Si Kecil. Secara tidak langsung, anak akan merasa tidak memiliki pendirian dan kepercayaan diri mulai rusak. Hal ini juga menyebabkan anak untuk melakukan hal apapun agar mendapatkan hasil yang bagus seperti meniru teman atau saudara kandung.

3. Melindungi anak dari emosinya

Bunda dan Ayah perlu menghibur anak ketika mereka sedih atau menenangkan mereka ketika mereka marah. Cara Bunda bereaksi terhadap emosi anak berdampak besar pada perkembangan kecerdasan emosional dan harga diri mereka.

Bunda perlu memahami bahwa tidak hanya merespons emosi anak, tetapi juga membantu mereka memahami dan mengelola perasaan dengan baik. Bantu anak mengidentifikasi apa yang memicu emosi mereka. Misalnya, jika anak marah karena mainannya diambil, bantu mereka menyadari perasaan tersebut dengan mengatakan, "Kamu marah karena mainanmu diambil, ya?"

Dengan melakukan ini, anak-anak belajar mengenali dan menamai emosi mereka sendiri, sebuah langkah penting dalam pengembangan kecerdasan emosional. Mengajarkan anak untuk mengidentifikasi emosi termasuk langkah awal untuk membantu mereka mengelola perasaan tersebut.

Sebaliknya, jika Bunda menganggap emosi Si Kecil remeh, mereka merasa tidak di hargai. Hal ini akan membuat kepercayaan diri menurun dan Si Kecil akan cenderung tertutup dalam menyampaikan emosi yang dirasakannya.

4. Bersikap terlalu protektif

Sebagai orang tua pasti ingin melindungi anak dari bahaya dari manapun. Tetapi, mengisolasi mereka dari tantangan akan menghambat perkembangan mereka.

Anak perlu menghadapi berbagai situasi dan tantangan untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Walaupun godaan untuk melindungi anak-anak dari segala kesulitan sangat kuat, Bunda perlu mengambil peran sebagai pembimbing daripada pelindung.

Biarkan anak mengalami kehidupan. Hal ini termasuk membiarkan mereka mencoba hal-hal baru, menghadapi kegagalan, dan menemukan solusi untuk masalah mereka sendiri. Ketika mereka dihadapkan pada tantangan, mereka belajar untuk mencari jalan keluar dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Pengalaman ini sangat berharga karena membantu untuk memahami bahwa mereka mampu mengatasi rintangan yang akan dihadapi di masa depan.

5. Sering memberi hukuman daripada mendisiplinkan

Si Kecil perlu belajar bahwa beberapa tindakan mempunyai konsekuensi yang serius. Namun, ada perbedaan besar antara disiplin dan hukuman.

Pendekatan yang Bunda pilih dalam mendidik anak-anak sangat memengaruhi cara mereka melihat diri sendiri dan tindakan mereka. Disiplin bertujuan untuk mengajarkan tanggung jawab dan membantu anak memahami bahwa mereka dapat membuat pilihan yang lebih baik di masa depan. Sebaliknya, hukuman sering kali hanya berfokus pada kesalahan tanpa memberikan pembelajaran yang konstruktif.

Anak yang disiplin berpikir, “Saya membuat pilihan yang buruk.” Pendekatan disiplin mendorong anak untuk merefleksikan tindakan mereka dan memahami dampaknya. Hal ini membantu anak untuk mengidentifikasi apa yang salah dalam perilaku mereka dan bagaimana mereka bisa memperbaikinya. 

Sedangkan, anak yang dihukum berpikir, “Saya orang jahat.” Hukuman cenderung membuat anak merasa bersalah atau malu tanpa memberikan pemahaman yang jelas tentang bagaimana mereka bisa berubah. Hal ini bisa merusak kepercayaan diri anak dan membuat mereka merasa tidak mampu melakukan pilihan yang lebih baik.

Mengutip India Times, terdapat kesalahan pengasuhan orang tua yang dapat merusak rasa percaya diri anak. Simak selengkapnya, Bunda.

6. Mengatur ekspektasi yang tidak realistis pada anak

Memiliki ekspektasi pada anak merupakan hal yang wajar, tetapi jika Bunda mengajukan tuntutan yang kaku dan tidak realistis, mereka akan menghadapi kesulitan, sehingga mengurangi kepercayaan diri mereka.

Setiap orang tua pasti ingin anak mencapai potensi penuh dan meraih kesuksesan. Namun, Bunda perlu memastikan bahwa ekspektasi tersebut sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak, serta memberikan ruang bagi mereka untuk tumbuh dan belajar dengan cara yang sehat.

Ekspektasi yang realistis dan fleksibel membantu anak merasa didukung dan dihargai. Ketika ekspektasi orang tua seimbang dan sesuai dengan tahap perkembangan anak, anak-anak cenderung merasa lebih termotivasi dan yakin bahwa mereka bisa memenuhi harapan tersebut. Sebaliknya, ekspektasi yang terlalu tinggi dan kaku dapat membuat anak merasa tertekan dan kewalahan, yang pada akhirnya bisa merusak rasa percaya diri mereka.

7. Bunda mengharapkan anak menjadi sempurna

Tidak ada manusia yang sempurna. Konon, anak masih dalam tahap perkembangan, di mana mereka seharusnya melakukan kesalahan. Kesalahan adalah bagian alami dan penting dari proses belajar.

Anak belajar melalui percobaan dan kesalahan. Saat mereka mencoba hal-hal baru, mereka pasti akan melakukan kesalahan. Inilah saat yang tepat bagi orang tua untuk memberikan bimbingan dan dukungan, bukan kritik yang keras.

Ketika anak merasa aman untuk membuat kesalahan tanpa takut akan hukuman yang keras, mereka lebih cenderung untuk mencoba hal-hal baru dan belajar dari pengalaman mereka. Hal ini membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri dan keberanian.

Sebaliknya, jika Bunda bersikap kasar atau terlalu kritis, anak akan merasa takut untuk mencoba sesuatu yang baru karena khawatir akan dihukum atau dikritik. Ketakutan ini dapat menghambat kreativitas dan inisiatif mereka, serta mengurangi rasa percaya diri mereka.

Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kritik keras juga mengembangkan perasaan tidak aman dan rendah diri, sehingga memengaruhi hubungan dengan orang lain dan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan di masa depan.

8. Tidak pernah mendengarkan anak

Komunikasi yang terbuka menjadi dasar hubungan yang sehat antara orang tua dan anak. Hal ini penting untuk perkembangan emosional dan sosial anak. Ketika anak merasa bahwa mereka bisa berbicara dengan orang tua mereka tentang apa saja, mereka akan lebih nyaman untuk berbagi perasaan, pikiran, dan masalah.

Komunikasi terbuka menciptakan lingkungan di mana anak merasa didengar dan dihargai. Ketika mendengarkan anak tanpa mengabaikan perasaannya, Bunda menunjukkan bahwa pendapat dan perasaannya penting. Langkah ini membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri yang sehat.

Anak belajar bahwa suara dan bahwa pendapat mereka dihargai, otomatis akan membantu mereka dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan dan karier di masa depan.

Mendengarkan anak dengan penuh perhatian juga memberi Bunda wawasan yang lebih baik tentang apa yang mereka alami dan bagaimana perasaan mereka. Hal ini memungkinkan untuk memberikan dukungan dan bimbingan yang lebih efektif. Misalnya, jika anak menghadapi masalah di sekolah, Bunda akan lebih cepat mengetahuinya dan dapat bekerja sama untuk mencari solusi yang tepat.

9. Tidak mau mengakui usaha anak

Setiap upaya yang dilakukan anak, baik besar maupun kecil merupakan langkah penting dalam perkembangan mereka. Pengakuan dan penghargaan dari orang tua dapat memberikan dorongan besar pada kepercayaan diri dan motivasi mereka untuk terus mencoba dan berkembang.

Ketika anak melakukan sesuatu untuk mendapatkan perhatian atau reaksi orang tua, ini menunjukkan bahwa mereka menghargai pendapat dan dukungan Bunda. Mereka ingin merasa dilihat dan dihargai oleh orang yang paling mereka cintai.

Menghargai usaha anak membantu dalam memahami bahwa proses belajar dan usaha adalah sesuatu yang berharga. Misalnya, jika Si Kecil menghabiskan waktu untuk menggambar gambar untuk Bunda, berikan pujian atas dedikasi dan kreativitasnya, terlepas dari bagaimana hasil akhirnya. Katakan sesuatu seperti, "Bunda suka bagaimana kamu menggunakan warna-warna ini," atau "Bunda bangga melihat kamu berusaha keras untuk menyelesaikan gambar ini."

10. Mengganti impian anak

Memaksakan impian dan ambisi pada anak bisa membuat mereka merasa tertekan dan tidak dihargai. Mereka merasa bahwa cinta dan penerimaan orang tua bergantung pada pencapaian tertentu yang sebenarnya bukan pilihan mereka.

Masalah ini bisa mengakibatkan stres, kecemasan, pemberontakan, serta menghambat perkembangan kepercayaan diri mereka. Sebaliknya, ketika anak didukung untuk mengejar minat dan impian mereka sendiri, mereka akan merasa bahagia, puas, dan termotivasi untuk mencapai potensi penuh mereka.

Menghormati pilihan anak-anak membantu mereka mengembangkan rasa identitas dan kepercayaan diri yang kuat. Anak yang diberi kebebasan untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri akan belajar untuk mengenali dan menghargai bakat dan kelebihan mereka. Hal ini juga membantu mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang baik dan bertanggung jawab di masa depan.

Demi mendukung anak dalam mengejar impian mereka, mulailah dengan mendengarkan apa yang mereka katakan tentang minat dan aspirasi mereka. Tanyakan kepada mereka apa yang mereka sukai dan yang membuat bahagia, dan apa yang ingin mereka coba atau pelajari. Dengan menunjukkan minat dan dukungan pada apa yang mereka sukai, Bunda membantu mereka merasa dihargai dan didukung pilihannya.

Demikian ulasan tentang kesalahan orang tua yang merusak kepercayaan diri anak. Semoga bermanfaat, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
giveaway

 

 

 

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda