HaiBunda

PARENTING

35 Puisi Pejuang Kemerdekaan dan Pahlawan Nasional, Menyentuh Hati hingga Singkat

ANNISA ZAHRA AULIANY   |   HaiBunda

Senin, 11 Aug 2025 09:55 WIB
Puisi Kemerdekaan/ Foto: Getty Images/Edy Gunawan

Puisi adalah jenis teks sastra yang bahasanya mengandung penggunaan majas. Perlu penafsiran yang baik untuk mengetahui makna sesungguhnya dari lantunan sebuah puisi.

Puisi menjadi salah satu bagian pelajaran yang ditemukan ketika berada di sekolah dasar. Terdapat berbagai tema puisi di antaranya adalah keagamaan, kehidupan, kemerdekaan hingga perjuangan pahlawan.

Puisi kemerdekaan hingga pahlawan nasional merupakan salah satu tema yang sering diajarkan pada anak SD. Untuk melatih kemampuan Si Kecil dalam menulis dan menyairkan puisi, Bunda bisa mengajarkannya dengan kumpulan puisi pahlawan singkat dan menyentuh hati berikut ini.


5 Puisi pahlawan singkat dan menyentuh hati yang mudah dihafal untuk anak SD

Mengutip dari berbagai sumber, bawah ini merupakan lima puisi pahlawan singkat dan menyentuh hati yang cocok untuk dijadikan latihan anak SD. Kumpulan puisi pahlawan berikut ini terdiri dari 3 hingga 4 bait, mudah dihafalkan Si Kecil.

1. Jejak Pahlawan Bangsa

(Karya: Almas Noor Huda dalam buku Puisi Sejarah (130 Puisi Terbaik Lomba Tingkat Nasional))

Jejak-jejak para pahlawan bangsa

Semerbak harum dalam untaian syair pujangga

Bercerita haru akan kisah perjuangan

Bertaruh nyawa di medan peperangan

 

Kapten Pattimura dengan pedangnya

Jendral Soedirman dengan tandunya

Pangeran Diponegoro dengan gerilyanya

Memperjuangkan Indonesia merdeka

 

Tujuh belas Agustus 1945

Soekarno memproklamirkan kemerdekaan

Riuh tangis haru dikumandangkan

Jatuhnya Jepang dan merdekanya negara Indonesia

 

Jejak-jejak para pahlawan bangsa

Menapak jelas menembus zaman

Kini beliau pun menyaksikan dari surga

Bangsamu bersatu padu dalam semangat membela

 

2. R.A. Kartini

(Karya: Sri Widayati dalam buku Kumpulan Puisi Tentang Pahlawan)

Raden Ajeng Kartini

Kau seorang putri sejati

Gigih berani mempertaruhkan diri

Demi memperjuangkan emansipasi

 

Cita-citamu sungguh mulia

Tak gentar tuk memerdekakan wanita

Tak takut meski dihadang senjata

Demi kebahagiaan para kaumnya

Agar haknya sejajar kaum pria

 

Karenamu kaum hawa lebih bermakna

Dunia lebih ceria dalam genggamannya

Negeri ini pun kan bisa berjaya

Kau penerang dalam gelap gulita

Habis gelap terbitlah terang

Terbukti nyata dalam karyanya

 

3. Pahlawanku

(Karya: Yamin dalam buku Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Darah mengalir terus dikenang

Sengsara kehausan serta kelaparan

Langkah sedikit lengah

Terpeleset jurang yang mendalam

 

Karena jasamu Indonesia mampu bernapas lega

Menghirup udara kebebasan

Aman dari sergapan senjata

Jauh dari serangan penjajah tak terduga

 

Tanpamu kami tidak tau keadaan sekarang

Keberanianmu larut dalam darah juang

Kekuatanmu sekeras baja

Keyakinanmu kuat dalam hati sanubari

 

Pahlawanku ...

Kau berikan kebahagiaan anak cucu bangsa

Kau tinggalkan kenangan sejarah tuk pijakannya

 

4. Pak Tua

(Karya: Siti Isnatun M. dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan)

Pak Tua ...

mendorong gerobaknya menuju jalanan kota

membersihkan kota dengan ayunan sapunya

menghias kota dengan senyum ramahnya

 

Pak Tua ...

saat lelah, hanya semilir angin yang menemaninya

saat lemah, hanya pemandangan kota sebagai penghiburnya

 

Pak Tua ...

bersih kotaku karna tekunmu

segar kotaku karna sabarmu

dan indah kota ku karna ikhlasmu

 

Sejatinya,

kaulah pahlawan kotaku

meski tak disebut

meski tak dikenal dan tak dicatat

betapa tanpamu...

kotaku, sungguh kehilangan maknanya

 

5. Wanita Perkasa

(Karya: Yosua Sebastian dalam buku Kartiniku, Kartinimu, Kartini Kita (Kumpulan Puisi))

Seperti hari kemarin terlepas penjajahan

Seperti hari ini meninggalkan peperangan

Ingatkah kalian satu lagi masa kepahitan?

Masa di mana hak takkan berlaku atas wanita

 

Seorang bijak merasa kasihan terhadap itu

Dia sangat bertekad menegakkan keadilan

Dikenal dengan nama Raden Ajeng Kartini

Dia terlahir untuk jadi inspirasi tanah air

 

Apakah kita sadar atas jerih payahnya?

Akankah kita akui tiap tetes air matanya?

Semua aksinya buat wanita seperti sekarang

Dipandang adil bersama pria pada wujud setara

 

Ibu kita Kartini

Karenamu Indonesia jadi bisa seperti ini

Terima kasih atas seluruh pengorbananmu

Semoga para wanita terbentuk sesuai harapanmu.

 

10 Puisi tentang Pahlawan Pejuang Kemerdekaan

Berikut merupakan 10 puisi bertema pahlawan pejuang kemerdekaan yang punya makna menyentuh. Diambil dari beberapa sumber buku, kumpulan puisi pahlawan berikut ini cocok untuk diajarkan untuk anak SD.

1. Dewi Sartika

(Karya: Sri Widayati dalam buku Kumpulan Puisi Tentang Pahlawan)

Dewi Sartika

Perintis pendidikan bagi kaum wanita

Kota Kembang Bandung itu kelahirannya

Empat Desember delapan belas delapan empat

Putri Raden Ayu Permas dan Raden Somanegara

 

Sejak remaja kau berjuang untuk kaummu

Kau ajarkan baca, tulis, masak dan jahit baju

Kau dirikan Sekola Istri awal mulamu

Kau ganti namanya menjadi Sekola Kautaman Istri

Berganti lagi menjadi Sekola Raden Dewi

 

Dari bumi Pasundan menyebar ke luar Jawa

Cita-citamu sungguh mulia

Kau kerja keras mendidik anak-anak wanita

Agar menjadi orang yang berguna

Cerdas terampil ulet mandiri berwibawa

 

Dewi Sartika

Kau dapatkan bintang jasa

Dari pemerintah Hindia Belanda

Berkat perjuanganmu pendidik para wanita

Suami tercinta pendukung sepenuhnya

Raden Kanduruan Agah Suriawinata namanya

 

Dewi Sartika

Kau hembuskan nafas terakhirmu di Tasikmalaya

Sebelas September dua tahun Indonesia merdeka

Jasa-jasamu kan dikenang sepanjang masa

 

2. Elegi 10 November

(Karya: Siti Isnatun M. dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan)

Hari ini kami memandang

wajah-wajah pada bingkai yang terpajang

Menunduk membisikkan doa

dalam semat kenangan akan jasa

 

Separuh asa kami melayang

dalam bayang-bayang

akan masa yang tlah silam

Darah yang tlah mengalir

Keringat yang tlah bergulir

bagai sebutir safir

dalam ruang yang temaram

 

Bukan lagi tangis yang seharusnya kami berikan

Bukan!

Meski air mata membayangi kenangan

akan pengorbanan yang tlah dipersembahkan

 

10 November ini

Bersama duka ini

Kami sematkan setangkup doa

Bersama tekad dan asa

Bahwa kami adalah tonggak penerus

untuk jiwa kepahlawananmu yang tulus

 

3. 17 Agustus

(Karya: Suyono dalam buku Kumpulan Puisi Semangat Kemerdekaan Masa Kini)

17 Agustus yang penuh semarak

Pekik "Merdeka" kata itu menggema di setiap daerah

Melalui perjuangan pahlawan yang telah gugur

Perjuangan yang mampu membawa Indonesia

Menuju kemerdekaan

 

17 Agustus angka bersejarah

Kemajuan dan prestasi dipamerkan

Untuk mengisi kemerdekaan

Bendera Indonesia berkibar dengan gagah

Meliuk bersama hembusan angin

Lagu kebangsaan dinyanyikan

Negara Indonesia semakin bergema di seluruh dunia

 

17 Agustus menjadi saksi

Kemerdekaan Indonesia tak sebatas mimpi

Kemerdekaan kita diraih dengan tetes darah dan air mata

Indonesia bisa menikmati udara kemenangan

 

17 Agustus semua berlomba

Menuju lapangan, menatap dan menghormati sang saka

Merah putih telah berkibar

Bersama semangat kemerdekaan

Indonesia kini telah merdeka

 

4. Pahlawan Terdepan

(Karya: Akbal Marfianda dalam buku Seuntai Ungkapan Hati: Kumpulan Puisi)

Tidak seperti ini Negeri Indonesia dulu

Semua penuh darah dan duka

Dentuman senapan mengeluarkan peluru

Bambu runcing yang tak kunjung reda

 

Jeritan rakyat di pelosok Negeri

Tangisan rakyat di pelosok Negeri

Sungguh tak tega melihat itu semua

Jika kita berada di tempat itu

Para pahlawan bertumpah darah

Para pahlawan berjuang tanpa lelah

Bertahun-tahun berjuang demi rakyat

 

Hingga ada yang merelakan nyawanya

Hingga pada akhirnya kemerdekaan itu diraih

Sungguh tangis haru yang kita rasakan

Tanpa mereka kita tidak bisa seperti saat ini

Merdeka...

 

5. Perjuangan Para Pahlawan untuk Indonesia

(Karya: Suyono dalam buku Kumpulan Puisi Semangat Kemerdekaan Masa Kini)

Untukmu pahlawanku

Tanpamu kami tak mampu seperti sekarang

Keberanianmu menerjang penjajah

Dalam darahmu mengalir semangat juang

Keberanian menjadi kekuatan untuk menerobos Gerbang penjajah

 

Genangan darah sebagai bukti kesetiaanmu

Tulang-tulang yang remuk terhampar bak mutiara

Sebagai tanda kesucianmu

Karena jasa dalam darahmu Indonesia mampu merdeka

 

Kucuran deras keringat membasahi seluruh tubuh

Kadang, jiwa ini terpuruk dalam kesedihan

Mengenang semua penderitaan dan perjuanganmu

Semua demi Indonesia, kau taruhkan nyawamu

 

Pahlawan kau genggam bambu runcing di tanganmu

Luka di tubuh, kau anggap hanya biasa

Di tengah teriknya sang matahari kau berperang demi negeri ini

Namun, di balik peperangan jasa dan semangatmu selalu ada

 

6. Ki Hajar Dewantara

(Puisi pahlawan karya Mutasaroh dalam buku Sang Teladan: Kumpulan Puisi)

Engkau pendiri Taman Siswa

Sebagai pengabdian bagi Negara

Engkau bapak pendidikan nasional

Pemberi inspirasi pada bangsa Indonesia

 

Wahai pahlawan pendidikan

Engkau kerahkan tenagamu

Engkau curahkan pikiranmu

Enagkau korbankan waktumu

Untuk mendidik putra-putri bangsa

Wahai pahlawan pendidikan

 

Kini kau telah tiada...

Kini tinggal kenangan...

Semangatmu tak pernah ku lupakan

Jasamu sangat besar pada Negara

 

Wahai pahlawan pendidikan

Namamu kan harum semerbak wangi

Di setiap langkah generasi Indonesia

Semoga Allah membalas semua kebaikanmu

Terima kasih pahlawanku...

 

7. Segalanya Merdeka

(Karya: Siti Nurhasanah dalam buku Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Jiwa kita

Ada dalam bendera tauhid itu

Jiwa kita

Ada dalam merah putih itu

Jiwa mujahid itu

Ada dalam jiwa kita

Jiwa para pahlawan

Ada dalam jiwa kita

Jiwa kita akan melukis terpaan keikhlasan

Jiwa-jiwa kita pasti mengejar ridho-Nya

Dalam juang yang tajam menghujam

 

8. Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan

(Puisi tentang pahlawan karya Siti Isnatun M. dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan)

Di sebuah makam

jauh dari kehidupan

yang tersimpan hanyalah kenangan

akan keabadian yang temaram

 

Sepotong sunyi menepi

di antara nisan-nisan berjejer rapi

seolah jadi teman yang peduli

menyanyikan sepi tanpa henti

 

Berkalang tanah engkau para kebanggaan

tenggelam bersama keteladanan

betapa tamanmu kini sunyi dan sepi

seakan duniamu tlah ikut mati

 

Taman makammu makin tak terjamah

Perjuanganmu makin terlupa sejarah

Sungguh ironis dan menggugah

Semua terjadi saat jasamu terasa indah

 

Nisanmu yang dulu megah

kini tampak mulai layu dan jengah

bagai bunga kamboja berguguran ke tanah

tak terusik oleh deretan kisah

 

Sepotong sunyi terus menggelanyuti

taman makammu... wahai pahlawan negeri

Hati berbisik dengan sepi

akankah kami bisa berbagi

meski hanya kisah yang tak selesai

dari perjalananmu yang telah usai

 

9. Kemerdekaan

(Puisi kemerdekaan karya Suyono dalam buku Kumpulan Puisi Semangat Kemerdekaan Masa Kini)

Di hari kemerdekaan

Hari yang begitu ditunggu setiap tahun

Telah berulang tahun yang ke-79

Hasil perjuangan para pahlawan

 

Bangsa Indonesia, bangsa telah merdeka

Bendera merah putih telah berkibar dengan gagahnya

Pada tanggal tujuh belas Agustus 2024

Kibarannya seirama dengan hembusan sang bayu

 

Mengenang para pahlawan

Wajib kita lakukan

Bagi anak-anak harus tetap semangat

Untuk mengisi kemerdekaan

 

Merdeka untuk bangsaku

Merdeka untuk negeriku

Semangat untuk semuanya

 

10. Denyut Nadi Kemerdekaan

(Karya: Siti Nurhasanah dalam buku Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Keuangan yang di-Tuhankan

Telah menggores denyut nadi kemerdekaan

Hal-hal yang mengenai perebutan kekuasaan

Nyaris mewafatkan denyut nadi kemerdekaan

Lantas berkejar demokrasi konfrontatif

Mengaburkan demokrasi substantif

Namun ruh-ruh pahlawan dalam sejarah itu

Kembali hidupkan lagi denyut nadi kemerdekaan

Dan visi hakiki berdiri melaju gesit enyahkan

Kepalsuan dalam IKHLAS PERJUANGAN

 

10 Puisi tentang Pahlawan Nasional

Berikut ini terdapat 10 puisi tentang pahlawan nasional yang singkat dan penuh makna semangat kemerdekaan. 

1. Kartini

(Karya: Siti Isnatun M. dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan)

Saat wanita ditabukan untuk belajar,

suaramu lembut menentang

batinmu lantang menerjang

 

Sekuat tenaga kau nyalakan harap,

bagai gemerisik angin dalam senyap

rabut hak untuk kaum wanita

perjuangkan masa depan untuk kaum wanita

 

Kartini...

Saat kini jasamu tlah membahana...

namamu tak lagi lantang disebutkan

usahamu tak lagi ramai dibicarakan

Kau kian terlupakan...

bagai kota yang tlah lama ditinggalkan

 

2. Sosokmu Tak Dilupakan

(Karya: Akbal Marfianda dalam buku Seuntai Ungkapan Hati: Kumpulan Puisi)

Padamu pahlawan bangsa

Yang dikenal di seluruh dunia

Yang mampu menciptakan teknologi canggih

Yang mampu mensejahterakan rakyat walau hanya sekejap

Tapi jasamu tak pernah dilupakan

Kami rindu pahlawan bangsa seperti mu

Pahlawan yang rendah hati dan tidak sombong

Pahlawan yang pantang menyerah

Pahlawan yang mengerti masyarakat

Pahlawan yang setia

Semoga engkau tenang di sana

Doa kami selalu menyertaimu...

 

3. Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan

(Karya: Siti Isnatun M. dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan)

Saat goresan hatimu mengenai jantung lawan

kau dibuang di pengasingan

Saat itulah, kau belajar tentang pendidikan

kau belajar tentang arti kebenaran

Kau belajar tentang bagaimana meraih harapan

untuk bangsamu tercinta, Indonesia...

 

Kau dirikan Taman Siswa, taman pendidikan

agar anak negeri dapat mengukir masa depan

Berlandaskan impian dan harapan

akan cerahnya kemerdekaan

 

Ki Hajar Dewantara... Bapak pendidikan...

Semboyanmu hingga kini masih termakna dan terbaca

Ing ngarsa sung tuladha

ing madya mangun karsa

tut wuri handayani

di depan menjadi teladan

di tengah membangun semangat

di belakang menyokong dengan dukungan

 

4. Teruskan Perjuangan Pahlawan

(Karya: Akbal Marfianda dalam buku Seuntai Ungkapan Hati: Kumpulan Puisi)

Sosok pahlawan sudah berkurang

Yang rela bertumpah darah

Yang rela berluka-luka pada dirinya

Bahkan rela nyawanya melayang

Tulang-tulangnya berserakan

Semua itu tidak bisa dibayar dengan apa-apa

Tetapi...

Pemuda sekarang harus terus berkobar kan semangat

Demi melanjutkan perjuangan pahlawan yang telah tiada

Kita harus lakukan apa yang para pahlawan telah lakukan

Berkorban demi apa pun demi kemaslahatan bangsa

Demi terwujudnya negara yang aman damai dan tentram

Terima kasih para pahlawan

Kamilah para pemuda yang akan meneruskan perjuanganmu

Semoga engkau tenang di sisi Allah SWT

 

5. Kepergian Pahlawanku

(Karya: Siti Isnatun M. dalam buku Kumpulan Puisi Pahlawan)

Senja yang pilu,

membuat hari kian membiru

Langit tampak Keruh,

Mengantar kepergianmu... pahlawanku

 

Gerimis jatuh membasahi pucuk sunyi,

melagukan nada-nada lara hati

Saat doa-doa ikut tertanam,

bersama bayangmu yang kian tenggelam

 

Kaulah, pahlawan hidupku

meninggalkan berjuta jejak

dalam rentang waktuku

mengukir berjuta cinta

dalam lembar hidupku

 

Kepergianmu ini,

membuatku bagai kota mati

Namun, aku mengerti

bahwa engkau, Ibu

takkan pernah layu dalam kalbuku

dalam setiap kenangan, ku lantunkan doaku

tenang dan bahagiamu

kembali kepada-Nya

 

6. Pertiwi Ibuku

(Karya: Siti Nurhasanah dalam buku Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Antara ibu pertiwi dan ibuku

Membentang kasih tauhid-Mu

yang tak pernah terputus

Antara ibu pertiwi dan ibuku

Ada penghubung kasih

membentang asa semangat merdeka

Antara ibuku dan aku

Ada kasih sayang yang menghantarkan

jiwa merdekaku

agar ibu pertiwiki tersenyum

Dan di antara senyuman ibuku dan ibu pertiwiku

Ada karya-karya anak bangsa

dalam prestasi-prestasi yang tak terpengaruh

dengan sisi gelap apa pun

Putra putri ibuku dan ibu pertiwiku terus melaju

berkarya selalu

jadikan ibu dan ibu pertiwiku

TERSENYUM MANIS

 

7. Cut Nyak Dhien

(Karya: Sri Widayati dalam buku Kumpulan Puisi Tentang Pahlawan)

Cut Nya Dhien

Seorang wanita keturunan raja

Lampadang Aceh itu asalnya

Teuku Cek Ibrahim nama suaminya

Gugur bertempur di medan laga

Kau bersumpah tuk lanjutkan perjuangannya

 

Gagah berani melawan Belanda

Karena Masjid Raya Baiturrahman dikuasainya

Mempertaruhkan seluruh jiwa raga

Cut Nya Dhien-lah pemimpinnya

 

Teuku Umar telah meminangnya

Mempunyai putra Cut Gambang namanya

Belanda berhasil mengasingkannya

Daerah Sumedang itu tempatnya

 

Cut Nya Dhien

Kau dijuluki “Ibu Perbu”

Keahlianmu dalam ilmu agama Islam

Kau pengaruhi teman di pengasingan

Mereka temukan makna kehidupan

Sampai akhirnya Kau tutup usia

Enam November seribu sembilan ratus delapan

 

8. Satu Kata “Merdeka”

(Karya: Yamin dalam buku Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Hingga detik ini

Darah tertumpah membanjiri persada

Ribuan nyawa melayang

Tulang belulang berserakan

Sebuah pengorbanan yang harus dibayar mahal

Demi terwujudnya kata

Merdeka

 

Jiwa gugur tak terhitung jumlahnya

Darah segar merasuk di sela-sela tanah air

Dengan bangga jasadmu tersenyum

Menyaksikan kemerdekaan negeri tercinta

 

9. Ilalang dan Seorang Ibu yang Mencari Uang

(Karya: Raafina F. dalam buku Kartiniku, Kartinimu, Kartini Kita (Kumpulan Puisi))

Ilalang dan seorang ibu yang mencari uang

Di tengah padang alang yang landai

Ibu tergores, luka mengoles

Bersembunyi di balik baju pemberian partai

 

Awan biru mengudara syahdu

Pertanda hari segera hujan

Ibu bilang jangan dahulu

Menggerutu, meminta iba pada awan

 

Awan mengerti maksud ibu

Tapi hujan tak mau mengalah

Hujan tetap ingin turun, badan ibu basah

Luka kian berdarah, mengalir di setiap celah.

 

10. Doa untuk Pahlawan

(Karya: Nurin Nuzulia dalam buku Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Tergetar hati

Saat memandang batu nisan tersusun rapi

Sadarkan diri akan arti pejuang suci

Doa selalu untuk pahlawan sejati

Yang telah mengukir sejarah negeri

Semoga Allah meridhoi semua perjuangan

Semoga Allah memberi kemuliaan

5 Puisi bertema Kemerdekaan karya Chairil Anwar

Berikut 5 puisi bertema kemerdekaan karya Chairil Anwar yang menggambarkan semangat juang, cinta tanah air, dan pengorbanan para pahlawan bangsa.

1. Krawang-Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

2. Prajurit Jaga Malam

Waktu jalan...
Aku tidak tahu apa nasib waktu

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian

Ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu

Waktu jalan...
Aku tidak tahu apa nasib waktu!

3. Persetujuan dengan Bung Karno

Ayo Bung Karno kasih tangan,
Mari kita bikin janji

Aku sudah cukup lama dengan bicaramu,
dipanggang di atas apimu, digarami oleh lautmu

Dari mulai tanggal 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno, Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh.

4. Aku

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan akan akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Diponegoro

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba

Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju...
Serbu...
Serang...
Terjang...

5 Puisi Kemerdekaan Indonesia terbaik 2025 untuk dibacakan saat lomba 17 Agustus

Inilah 5 puisi kemerdekaan Indonesia terbaik 2025 yang penuh makna dan semangat nasionalisme, cocok untuk dibacakan saat lomba 17 Agustus yang dikutip dari buku berjudul Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi.

1. Kita Adalah Pemilih Sah Republik Ini

(Karya Taufiq Ismail dalam buku berjudul Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku?"
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.

2. Arti Kemerdekaan

(Karya ditulis oleh Nurin Nuzulia dalam buku berjudul Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Wajah-wajah polos
Membuatku terus berfikir
Apa dan bagaimana
Menyampaikan arti Kemerdekaan
Dari yang terdekat dan terlihat

Itulah yang akan melekat
Bendera...
Ya...Bendera Indonesia
Yang terpasang di mana-mana
Menjadi ide yang pertama.

3. Kemerdekaan Bangun Peradaban

(Puisi Kemerdekaan karya Yamin dalam buku berjudul Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Jiwa mudamu tentukan nasib bangsamu
Semangat mengobar lindungi manusia
Melenyapkan musuh yang menghadangmu

Jangan biarkan Indonesia bercerai-berai
Lumpuhkan serangan tentara perang
Taruhkan hidupmu di ujung pedang

Mari kita bangun peradaban
Berani bersaing dengan negara lain
Pegang teguh panutan bangsa
Luluh lantahkan manusia yang mengusik keutuhan

Merdeka adalah harga mati
Tidak dapat dibeli hanya ingin di hargai
Kesatuan adalah rumpun kerukunan
Mengamankan ciri kebudayaan dan adat istiadat yang dipunya

Jasa pahlawan yang gugur
Terlukis di prasasti
Tanda peristiwa bersejarah
Genggam dan kuasalah demi berdirinya kebebasan

4. Siluet Kemerdekaan

(Puisi Kemerdekaan karya Nina Kardina dalam buku berjudul Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Mentari pagi baru saja terbangun dari tidurnya
Dan semburat jingga di ufuk timur pun tlah merekah
Perlahan tapi pasti atmosfer pagi kian terlihat warnanya
Memperlihatkan wajah bangsaku yang gembira

Kita merasakannya...
Gempita dan haru kian menyeruak
Dada rasa penuh dengan keharuan bercampur suka
Ini adalah waktunya memaknai sekaligus merayakan

Kemenangan ini bukan dari dan untuk segelintir orang
Dia adalah anugerah terindah dari Illahi Rabbi
Dan pengorbanan besar dari para kesuma bangsa
Kemenangan ini milik kita semua
Milik Bangsa ini... Bangsa Indonesia

Dirgahayu Negeriku...
Tetapkan digdaya dalam kesederhanaanmu
Jayalah selalu bangsaku...

5. Siapa Merdeka

(Puisi Kemerdekaan karya Farihah Amien dalam buku berjudul Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi)

Siapa bertanya siapa
Mereka bilang Indonesia Merdekaa
Tapi keadilan sosial masih memandang kasta
Mereka bilang Indonesia merdeka sejak 45

Namun hukum masih tumpul bagi yang mampan
Dan ah sangat tajam bagi yang papa
Siapa bertanya siapa
Anak yang mereka elu elukan menangis
Beringsut dalam histeris
Lapar yang mengikis perut terasa teriris

Lantas siapa Merdeka?
Siapa bertanya siapa
Mereka bersorak merdeka
Kami berteriak lapar mendera

Siapa merdeka?
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa
Merdekalah Negriku
Merdekalah Rakyatku

Itu dia kumpulan puisi pahlawan singkat dan menyentuh hati untuk Bunda ajarkan kepada Si Kecil. Semoga bermanfaat!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

Salam Merdeka! Ini Makna Tema HUT Ke-78 Republik Indonesia

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Ungkapan Hati Donna Agnesia Harus Berpisah Sementara dari Darius demi Dampingi Anak di Portugal

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Rehat di Layar Lebar, Herjunot Ali Ungkap Profesinya Sekarang yang Lebih Cuan

Mom's Life Tim HaiBunda

5 Potret Akikah Anak Anggika Bolsterli, Sederhana Penuh Makna

Parenting Nadhifa Fitrina

60 Ayat Alkitab yang Memotivasi Hidup Masa Depan Lebih Baik, Anak Muda, hingga Percintaan, Lengkap!

Mom's Life Azhar Hanifah

Cantiknya Kiandra Anak Sambung Sandhy Sondoro yang Sudah Gadis, Ini 5 Potretnya

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Ungkapan Hati Donna Agnesia Harus Berpisah Sementara dari Darius demi Dampingi Anak di Portugal

60 Ayat Alkitab yang Memotivasi Hidup Masa Depan Lebih Baik, Anak Muda, hingga Percintaan, Lengkap!

5 Potret Dua Putri Kecil Marcello Tahitoe, Bikin Sang Ayah Kangen saat Pergi Kerja

5 Potret Akikah Anak Anggika Bolsterli, Sederhana Penuh Makna

25 Contoh Catatan Proses P5 Kearifan Lokal Makanan-Permainan Tradisional

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK