PARENTING
6 Masalah Perilaku Anak yang Tidak Boleh Diabaikan, Bisa Bermasalah di Masa Depan Bun
Kinan | HaiBunda
Senin, 02 Sep 2024 09:45 WIBSangat umum bagi anak-anak, terutama anak usia prasekolah, untuk bertindak berlebihan sesekali karena masih belajar berperilaku. Namun, ada masalah perilaku anak yang tak boleh disepelekan karena bisa terbawa sampai beranjak dewasa.
Orang tua pun memegang peranan paling penting dalam membentuk karakter dan perilaku anak. Di usia 3 hingga 4 tahun, orang tua perlu lebih memperhatikan perkembangan sosial anak.
Amati sikap anak saat bermain dengan teman atau saat bersosialisasi, serta sikapnya saat berkomunikasi dengan Bunda atau orang dewasa di sekitarnya. Demikian dikutip dari Raising Children.
Masalah perilaku anak yang tak boleh diabaikan
Dilansir berbagai sumber, berikut beberapa masalah perilaku anak yang perlu segera diperbaiki dan tak boleh disepelekan, karena rentan menjadi masalah jangka panjang:
1. Senang memotong pembicaraan orang lain
Anak mungkin bersemangat untuk memberi tahu Bunda sesuatu atau ingin mengajukan pertanyaan, tetapi membiarkan mereka menyela pembicaraan tidak mengajari cara bersikap terhadap orang lain.
"Akibatnya, anak akan berpikir bahwa mereka berhak mendapatkan perhatian orang lain dan tidak akan mampu menoleransi rasa frustrasi," ungkap psikolog dan penulis Getting Your Child From No to Yes, Jerry Wyckoff, PhD, dikutip dari laman Parents.
Lain kali misalnya Bunda sedang menelepon atau berbicara dengan orang lain, beri tahu anak sebelumnya. Misalnya, Bunda dapat mengatakan, 'Sebentar lagi, ya, Bunda sedang berbicara di telepon. Nanti setelah ini Bunda akan bermain denganmu. Ayo keluarkan dulu krayonnya supaya kamu bisa mewarnai sambil menunggu Bunda kembali'.
2. Bermain terlalu kasar
Bunda perlu turun tangan ketika Si Kecil terlihat sering memukul teman bermainnya, juga saat ia sering melakukan sikap agresi yang lebih 'halus' seperti mendorong atau mencubit. Penting untuk memiliki kebijakan tanpa toleransi dalam menghadapi perilaku agresif.
"Jika orang tua tidak melakukan intervensi, perilaku kasar dapat menjadi kebiasaan mulai pada usia 8 tahun. Perilaku seperti ini jika dibiarkan juga membuat mereka berpikir bahwa menyakiti orang lain adalah hal yang dapat diterima," ungkap penulis Don't Give Me That Attitude!: 24 Rude, Selfish, Insensitive Things Kids Do and How to Stop Them, Michele Borba, EdD.
3. Berpura-pura tidak mendengarkan
Memberi tahu anak beberapa kali untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan, seperti masuk ke mobil atau merapikan mainan, mengirimkan pesan bahwa tidak apa-apa untuk mengabaikan orang lain saat bicara.
"Mengingatkan anak berulang kali hanya melatih mereka untuk menunggu pengingat berikutnya daripada memperhatikan pada saat yang kali pertama," kata psikolog Kevin Leman, PhD.
Jika orang tua membiarkan perilaku tersebut berlanjut, anak kemungkinan akan menjadi pembangkang dan suka mengontrol.
Daripada berbicara kepada anak dari seberang ruangan, berjalanlah ke arah mereka, sejajarkan diri, dan beri tahu apa yang perlu mereka lakukan. Gunakan instruksi yang singkat dan sederhana.
4. Tak peduli aturan
Membiarkan anak mengendalikan aktivitas yang seharusnya diatur orang tua mengajarkan bahwa mereka tidak perlu mengikuti aturan.
Tetapkan sejumlah aturan di rumah dan bicarakan dengan anak sesering mungkin. Misalnya, jika anak menyalakan televisi tanpa izin, beri tahu mereka untuk mematikannya dan katakan: 'Kamu harus meminta izin dulu sebelum menyalakan televisi'.
Menyebutkan aturan dengan lantang akan membantu mereka memahaminya. Pada usia ini, usahakan untuk membatasi jumlah aturan rumah menjadi sekitar dua atau tiga saja. Lebih dari itu akan sulit bagi anak untuk mengingatnya.
5. Bersikap sedikit berlebihan
Perilaku negatif anak saat merespons ucapan orang tua, seperti dengan memutar mata atau menggunakan nada ketus, sering kali dimulai saat usia prasekolah. Hal ini dilakukan untuk menguji reaksi orang tua mereka.
"Beberapa orang tua mengabaikannya karena mereka pikir itu adalah fase yang akan berlalu. Padahal jika diabaikan, sikap demikian sangat mungkin terbawa sampai usia remaja," kata Borba.
Jangan ragu untuk memberi respons saat melihat anak bersikap demikian. Tujuannya bukanlah untuk membuat anak merasa buruk. Sebaliknya, ini menunjukkan kepada anak bagaimana penampilan atau suara mereka, lalu beritahu mereka cara yang lebih tepat untuk mengekspresikan perasaannya.
6. Melebih-lebihkan kebenaran
Meskipun mungkin tidak tampak seperti masalah besar jika anak mengatakan bahwa mereka merapikan tempat tidur padahal mereka hampir tidak pernah melipat selimut, penting untuk menghadapi segala bentuk ketidakjujuran.
Bagi anak usia prasekolah, bereksperimen dengan kebohongan adalah hal yang wajar sesuai dengan perkembangannya, dan Bunda harus menetapkan ekspektasi seputar kejujuran sejak awal.
"Berbohong dapat menjadi kebiasaan jika anak belajar bahwa ini adalah cara mudah untuk membuat diri mereka terlihat lebih baik, untuk menghindari melakukan sesuatu, atau jika mereka menyadari bahwa dengan berbohong mereka dapat menghindari hukuman," kata Wyckoff.
Ketika anak ketahuan berbohong, duduklah bersama mereka dan luruskan keadaan. Bunda dapat berkata: 'Bunda tahu bukan seperti itu kejadiannya. Tidak apa-apa untuk menceritakan apa yang terjadi'.
Anggap ini sebagai kesempatan untuk mengajarkan anak tentang kejujuran daripada sekadar mendisiplinkannya. Anak-anak cenderung terus berbohong ketika mereka takut mendapat masalah atau dihukum.
Demikian ulasan tentang masalah-masalah perilaku anak yang tidak boleh diabaikan. Jika memang masalah ini sulit diatasi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahlinya seperti psikolog ya, Bunda. Semoga bermanfaat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)