HaiBunda

PARENTING

Ini Alasan Kenapa Trauma Masa Kecil Anak Memengaruhi Perkembangan Otak di Masa Depan

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Jumat, 06 Sep 2024 04:00 WIB
Ilustrasi Pengaruh Trauma pada Otak Anak/Foto: Getty Images/iStockphoto/Lacheev
Jakarta -

Otak anak akan berkembang sejak mereka lahir hingga dewasa. Namun, ada masa-masa di mana otaknya terpengaruh oleh pengalaman positif maupun negatif.

Berbagai hal yang terjadi dalam kehidupan seorang anak atau remaja selama periode ini bisa berdampak signifikan pada perkembangan otak mereka. Pengalaman positif sepanjang masa kanak-kanak membantu membangun otak yang sehat, sementara pengalaman trauma dan pelecehan pada masa kanak-kanak dapat membahayakan perkembangan otak anak.

Melansir dari laman Learning NSPCC, otak selalu memiliki potensi untuk berubah dan berkembang. Namun, tidak ada kata terlambat untuk memberikan pengalaman membangun otak yang positif kepada anak atau remaja.


Trauma bisa memengaruhi perkembangan otak anak

Ada banyak penelitian tentang trauma, perkembangan otak, dan dampaknya terhadap anak-anak. Salah satu penelitian mengungkap bahwa otak manusia dirancang untuk merasakan, memproses, menyimpan, memahami, dan bertindak berdasarkan informasi dari lingkungan internal dan eksternal.

Semua sistem dan aktivitas ini bekerja sama untuk satu tujuan, Bunda. Tujuan yang dimaksud adalah keberlangsungan hidup.

Neuron sendiri adalah bahan pembangun otak yang selama perkembangannya akan menciptakan jaringan yang terhubung untuk menciptakan sistem. Sistem ini adalah cara otak mengatur semua fungsi.

Faktanya, masa perkembangan otak anak bisa terbentuk dan berubah ketika mereka mengalami peristiwa traumatis. Hal ini tentu akan memengaruhi sikap dan perilaku Si Kecil ketika mereka dewasa nanti.

Pengaruh trauma pada perkembangan otak anak sesuai usia

Merangkum dari laman Practice Notes, pengaruh trauma pada perkembangan otak anak berbeda-beda berdasarkan usianya. Berikut deretannya:

1. Anak usia dini

Perkembangan otak pada masa bayi dan anak usia dini meletakkan dasar bagi perkembangan di masa depan. Jalur saraf terbentuk dengan sangat cepat dan bergantung pada pengulangan pengalaman. Kemudian, pengalaman mengajarkan otak apa yang diharapkan dan bagaimana meresponsnya.

Ketika pengalaman yang didapat anak bersifat traumatis, jalur yang paling banyak digunakan adalah jalur respons terhadap trauma tersebut. Hal ini dapat mengurangi pembentukan jalur lain yang diperlukan untuk perilaku adaptif.

Trauma pada anak usia dini dapat mengakibatkan terganggunya ketertarikan, keterlambatan kognitif, dan gangguan regulasi emosi. Tidak hanya itu, pengembangan jalur tertentu yang berlebihan dan keterbelakangan jalur lain bisa menyebabkan gangguan di kemudian hari.

Ketika anak berusia tiga tahun, ukuran otaknya sudah hampir 80 persen dari ukuran orang dewasa. Pada usia lima tahun, jumlahnya pun mencapai 90 persen.

Penting untuk mengetahui bahwa otak memiliki plastisitas paling besar pada masa bayi dan anak usia dini. Hal ini berarti terdapat peluang besar untuk perubahan.

Kondisi ini merupakan alasan mengapa trauma berkepanjangan pada anak usia dini bisa sangat berdampak negatif. Namun, ada pula peluang bagi orang tua mengubah otak anak ke arah yang positif.

2. Anak-anak dan remaja

Perkembangan otak berlanjut pada usia sekolah, tetapi lebih lambat, Bunda. Selama tahap ini, jalur saraf dipangkas atau dihilangkan untuk meningkatkan efisiensi.

Selain itu, otak melapisi jalur saraf untuk melindungi dan memperkuat. Proses ini memungkinkan anak usia sekolah menguasai keterampilan yang lebih kompleks, termasuk pengendalian impuls, mengelola emosi, dan mempertahankan perhatian.

Trauma selama tahap perkembangan ini bisa berdampak signifikan pada proses pembelajaran, hubungan sosial, dan keberhasilan di sekolah. Jika trauma berlanjut hingga usia sekolah sejak kecil, dampaknya akan lebih besar terhadap fungsi keseluruhan.

Pada masa remaja, otak mengalami periode percepatan perkembangan lainnya. Pemangkasan jalur yang tidak terpakai meningkat, serupa dengan anak usia dini.

Proses ini membuat otak menjadi lebih efisien, terutama bagian otak yang menunjang perhatian, konsentrasi, penalaran, dan berpikir maju, Bunda. Trauma selama masa remaja mengganggu perkembangan bagian otak ini dan penguatan sistem yang memungkinkan bagian otak tersebut berkomunikasi secara efektif dengan sistem lain.

Ketika ini terjadi, dampaknya mungkin akan lebih jauh. Anak mungkin akan mengambil risiko, impulsif, penyalahgunaan zat, hingga aktivitas kriminal.

Demikian informasi tentang trauma masa kecil memengaruhi perkembangan otak anak, Bunda. Semoga bisa memberikan manfaat, ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/fir)

Simak video di bawah ini, Bun:

Tips Mendengarkan Suara Anak dari Psikolog

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Cerita Adrian Maulana Pernah Rugi Ratusan Juta Gara-gara Kesalahan Ini

Mom's Life Tim HaiBunda

Mantan Suami Meninggal karena Kanker, Kelly Clarkson Kini Fokus Dampingi Anak

Mom's Life Annisa Karnesyia

5 Potret Haru Aaliyah & Zahwa Kenang Almarhum Adjie Massaid di Hari Kelahiran Sang Ayah, Ada Baby Arash

Mom's Life Annisa Karnesyia

Kisah Haru Bunda Hamil di Usia 44 Th setelah Selamat dari Kecelakaan Pesawat

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

Keseruan Ulang Tahun Pertama Zeya Anak Tengku Dewi di Bali, Intip 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Cerita Adrian Maulana Pernah Rugi Ratusan Juta Gara-gara Kesalahan Ini

Bayi Sering Kaget saat Tidur? Ini Penyebab & Cara Mengatasinya!

Mantan Suami Meninggal karena Kanker, Kelly Clarkson Kini Fokus Dampingi Anak

Kisah Haru Bunda Hamil di Usia 44 Th setelah Selamat dari Kecelakaan Pesawat

Keseruan Ulang Tahun Pertama Zeya Anak Tengku Dewi di Bali, Intip 5 Potretnya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK