Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

9 Ciri-ciri Gejala ADHD pada Bayi dan Cara Mengatasinya

ANNISA ZAHRA AULIANY   |   HaiBunda

Jumat, 04 Oct 2024 15:10 WIB

ADHD pada bayi
ADHD pada bayi/ Foto: Getty Images/eakgrunge

Attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD adalah salah satu gangguan psikiatrik yang dapat dialami sejak anak masih bayi atau balita. Ciri-ciri ADHD pada bayi perlu dikenali dengan baik untuk dapat diatasi lebih lanjut.

ADHD biasanya belum bisa didiagnosis pada anak di bawah usia empat tahun. Hal ini dikarenakan gejala dan ciri-ciri ADHD biasanya baru bisa terlihat pada anak balita seperti sikap hiperaktif dan impulsif.

Namun, menurut sebuah penelitian, terdapat ciri-ciri ADHD pada bayi yang mungkin bisa muncul dan disadari oleh orang tua. Hanya saja gejalanya baru bisa diobati seiring bertambahnya usia anak.

Lalu, apa itu ADHD dan apa penyebabnya? Simak pengertian dan ciri-ciri ADHD pada bayi serta cara mengatasinya berikut ini.

Apa itu ADHD?

Attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang dapat menyebabkan hiperaktivitas dan perilaku impulsif. Penderita ADHD termasuk anak-anak biasanya mengalami kesulitan untuk fokus terhadap satu hal. Kebanyakan anak dengan ADHD juga sulit untuk duduk diam dalam waktu yang lama.

Anak bayi atau balita yang menunjukkan ciri-ciri perilaku mirip ADHD bukan berarti mengalami kondisi tersebut. Pada tahap usia tersebut, anak mungkin kesulitan untuk fokus, terlalu aktif atau hiperaktif, dan berperilaku impulsif.

Mengutip dari laman Verywell Mind, ADHD lebih banyak dialami oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Kondisi ADHD pada umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat memengaruhi prestasi sekolah, hubungan sosial, dan aspek sehari-hari.

5 Penyebab ADHD pada Bayi

ADHD pada bayi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor. Ada berbagai penyebab ADHD pada anak bayi yang dapat diperoleh melalui, faktor keturunan maupun faktor luar lainnya. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), berikut beberapa penyebab ADHD pada anak bayi:

1. Faktor genetik

Genetika dapat menjadi penyebab ADHD pada bayi karena sering kali kondisi ini diturunkan dalam keluarga. Misalnya, anak yang menderita ADHD, 25 persen kemungkinan salah satu orang tuanya juga mengidap ADHD. Jika salah satu saudara kandungnya menderita ADHD, saudara kandung lainnya mungkin juga akan mengalami kondisi serupa.

2. Gangguan fungsi otak

ADHD merupakan penyakit mental yang dapat disebabkan oleh adanya masalah perkembangan saraf dalam otak. Terdapat area dalam otak yang mengendalikan kemampuan anak untuk memperhatikan dan fokus. Anak dengan ADHD mungkin memiliki tingkat fungsi yang rendah di area otak tersebut.

3. Faktor kehamilan dan kelahiran prematur

Segala hal yang terjadi selama masa kehamilan dan persalinan dapat meningkatkan risiko anak bayi terkena ADHD. Wanita yang mengonsumsi alkohol dan merokok selama kehamilan, sangat mungkin melahirkan anak bayi dengan ADHD. Begitu pula dengan bayi yang lahir prematur, memiliki risiko lebih tinggi terkena ADHD.

4. Cedera kepala

Anak yang mengalami cedera kepala juga kemungkinan dapat terkena ADHD. Akan tetapi, gejalanya mungkin baru akan muncul beberapa tahun kemudian. Jika anak mengalami cedera otak, segeralah periksakan lebih lanjut untuk mencegah berbagai risiko penyakit di masa mendatang.

5. Paparan zat berbahaya

Paparan zat berbahaya menjadi penyebab langka anak bayi terkena ADHD. Timbal dan racun atau merkuri merupakan zat berbahaya yang dapat menghambat perkembangan otak dan sering dikaitkan pada kondisi ADHD pada anak.

9 Ciri-ciri gejala ADHD pada bayi

Perlu diketahui bahwa gejala dan ciri-ciri ADHD pada anak belum bisa dikenali hingga usianya empat tahun. Meskipun demikian, terdapat ciri-ciri ADHD pada bayi yang mungkin dapat dikenali melalui tingkah laku dan tanda perkembangannya.

Berikut gejala dan ciri-ciri ADHD pada bayi yang mungkin muncul:

1. Bayi memiliki temperamen yang tidak stabil

Ciri-ciri ADHD pada bayi dapat dikenali melalui temperamennya yang lebih ekstrem. Anak bayi mungkin sering menangis dengan berlebihan dan sulit ditenangkan.

Bayi dengan ADHD juga akan lebih membutuhkan banyak perhatian dari orang tuanya seperti digendong dan dikeloni. Ciri-ciri ADHD pada bayi ini dapat menandakan ketidakmampuannya mengatasi kegelisahan dan mengatur diri sendiri.

2. Bayi menunjukkan tanda keterlambatan bahasa

Ciri-ciri ADHD pada bayi berikutnya dapat dikenali jika anak menunjukkan tanda keterlambatan bahasa, di antara usia 9-18 bulan. Keterlambatan bahasa ini dapat berupa anak belum bisa mengoceh dan memperoleh kata-kata baru.

3. Bayi menunjukkan tanda keterlambatan motorik

Keterlambatan motorik juga dapat menjadi ciri-ciri ADHD pada bayi. Keterlambatan motorik kasar juga sering ditemukan pada anak yang mengalami ADHD. Keterampilan motorik mencakupi koordinasi gerakan seperti merangkak dan berjalan.

4. Bayi lebih rewel dan suka digendong

Perilaku rewel mungkin merupakan tanda ciri-ciri ADHD pada bayi. Bayi yang sering rewel dan lebih suka digendong menandakan dirinya membutuhkan perhatian fisik lebih banyak dari orang tuanya. Hal ini juga berkaitan erat dengan kondisi ADHD yang nantinya dapat dikenal saat bayi beranjak balita.

Di atas merupakan gejala dan ciri-ciri ADHD yang bisa dikenali pada anak bayi. Sementara itu, tanda dan ciri-ciri ADHD akan jauh lebih terlihat saat anak mulai menginjak usia empat tahun. Simak gejala dan ciri-ciri ADHD pada anak balita berikut ini:

1. Anak rewel dan sulit ditenangkan

Ciri-ciri ADHD pada anak balita dapat diketahui dari perilakunya yang tidak tenang. Anak lebih mungkin terkena ADHD saat menangis terus-menerus, sulit menenangkan diri, mudah rewel dan marah, serta sulit dikendalikan.

Anak dengan kondisi ini biasanya tidak memiliki kualitas tidur yang baik dan pola makan yang kurang teratur. Hal ini juga sering kali membuat orang tua atau pengasuhnya menjadi kewalahan.

2. Emosi anak tak terkendali

Anak balita dengan ADHD menunjukkan perilaku yang lebih agresif dan emosional ketika barangnya direbut. Ketika berhadapan dengan tugas menantang, anak dengan ADHD akan lebih mudah frustrasi dan emosinya meledak-ledak, serta mudah menyerah.

3. Mudah murung dan sensitif

Anak balita dengan ADHD cenderung mudah frustrasi, murung, dan bahkan bersikap kasar. Anak mungkin terlalu banyak mengkhawatirkan hal-hal kecil dan sulit beralih ke hal lain. Anak balita dengan ADHD juga sangat mudah tersinggung, sehingga mereka sering kali merengek dan berteriak setiap kali dimintai atau disuruh melakukan sesuatu.

4. Sering tantrum

Saat kesal, anak dengan ADHD juga cenderung mengamuk lebih sering dan parah, sehingga perilakunya sangat mengganggu dibandingkan anak sepantarannya. Amukan anak dengan ADHD lebih sering muncul dan dapat terjadi secara tiba-tiba. Hal ini yang membedakan perilaku rewelnya dengan anak lain seusianya.

5. Anak sulit fokus dan tidak bisa diam

Gejala utama ADHD yang banyak muncul adalah anak tidak bisa diam, sulit berkonsentrasi, dan berperilaku impulsif. Anak dengan ADHD biasanya tidak bisa fokus terhadap sesuatu seperti, membaca buku dalam waktu yang lama dan mulai bertingkah terlalu aktif (hiperaktif) sehingga sulit ditenangkan.

Cara mendiagnosis ADHD pada anak bayi

Anak bayi tidak bisa didiagnosis menderita ADHD meskipun ciri-ciri dan tandanya sudah muncul samar-samar. Pada umumnya, anak-anak dapat digiagnosis menderita ADHD di masa sekolah dasar saat usianya 12 tahun atau lebih awal.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), petugas medis belum boleh mendiagnosis kondisi ADHD pada anak di bawah usia empat tahun.

Pada awalnya, bayi akan mengalami berbagai perubahan dan perkembangan selama tahun-tahun pertama. Tanda-tandanya seperti rewel, menangis berlebihan, maupun perilaku mengganggu lainnya. Ciri-ciri ADHD ini juga dapat berkurang seiring anak bertambah besar.

Meskipun bayi belum bisa didiagnosis ADHD, orang tua perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai kekhawatirannya. Pemantauan perkembangan anak sebaiknya dilakukan untuk memastikannya tumbuh dengan sehat.

Cara Mengatasi ADHD pada Bayi

Jika orang tua menyadari tanda dan ciri-ciri ADHD pada bayi, pertumbuhannya perlu dipantau oleh dokter. Akan tetapi, anak bayi yang diduga mengidap ADHD masih belum bisa didiagnosis atau diberikan pengobatan.

Anak yang didiagnosis ADHD akan mendapatkan perawatan yang dokter. Perawatan yang bisa dilakukan sebagai cara mengatasi ADHD pada anak meliputi hal-hal berikut:

  • Pahami kondisi anak untuk menghindari kondisi yang membuatnya depresi dan marah.
  • Beri ruang sendiri untuk anak, tetapi tetaplah dekat agar anak tidak merasa ditinggalkan.
  • Jalin ikatan yang kuat dengan anak agar anak belajar mengatur emosi positif dan mengetahui bahwa dirinya diterima dan disayangi.
  • Bersikap cepat tanggap untuk mengetahui alasan anak bersikap emosional dan mencari cara untuk menenangkannya.
  • Manfaatkan periode tenang anak untuk mengajarkannya memberitahu saat sedang frustrasi atau menginginkan sesuatu.
  • Tempatkan anak di lingkungan akademis yang mendukung sehingga kebutuhan anak terpenuhi dengan baik.

Demikian penjelasan seputar gejala dan ciri-ciri ADHD pada anak bayi serta penyebabnya. Semoga bermanfaat!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda