HaiBunda

PARENTING

Studi Ungkap Bayi yang Lahir Melalui Program Bayi Tabung Lebih Berisiko Cacat Jantung

Kinan   |   HaiBunda

Selasa, 29 Oct 2024 14:16 WIB
Ilustrasi bayi baru lahir/Foto: Getty Images/iStockphoto/SeventyFour
Jakarta -

Bayi tabung merupakan salah satu teknik rekayasa reproduksi bagi calon orang tua yang sedang berusaha untuk bisa memiliki anak. Sebuah studi baru-baru ini pun menemukan bahwa bayi tabung berkaitan dengan masalah jantung di kemudian hari.

Dikutip dari laman Kemenkes RI, program bayi tabung adalah Teknik Reproduksi Berbantu (TRB) atau teknik rekayasa reproduksi dengan mempertemukan sel telur matang dengan sperma di luar tubuh manusia (in vitro fertilization/IVF). Kemudian setelah terjadi pembuahan, sejumlah 2-3 embrio akan ditanam kembali ke rahim.  

Dikutip dari New York Post, menurut sebuah studi baru ditemukan bahwa bayi yang dikandung melalui teknologi reproduksi berbantuan, seperti bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF), memiliki risiko 36 persen lebih tinggi untuk mengalami cacat jantung daripada anak-anak yang dikandung secara alami.


Namun, kasus cacat jantung sebenarnya tergolong jarang. Peneliti menemukannya pada 1,15 persen bayi yang dikandung secara alami dan 1,84 persen bayi yang lahir setelah reproduksi berbantuan. 

Risikonya meningkat menjadi 2,47 persen untuk bayi IVF yang lahir sebagai bayi kembar.

Bagaimana studi tersebut dilakukan?

Penelitian ini menjadi salah satu studi terbesar tentang topik tersebut hingga saat ini. Dilakukan berdasarkan pada analisis lebih dari 7,7 juta kelahiran di Denmark, Finlandia, Norwegia, dan Swedia.

"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada peningkatan risiko untuk bayi yang dikandung dengan bantuan teknologi reproduksi berbantuan. Ini termasuk kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah," ungkap peneliti utama, Ulla-Britt Wennerholm dari University of Gothenburg di Swedia.

Tim Wennerholm membandingkan data tentang bayi yang dikandung secara alami dibandingkan melalui IVF; intracytoplasmic sperm injection (ICSI) atau saat satu sperma disuntikkan langsung ke dalam sel telur selama IVF; dan embrio beku.

Dari situ, para peneliti kemudian mengetahui berapa banyak bayi di setiap kelompok yang didiagnosis dengan kelainan jantung serius di dalam rahim atau dalam tahun pertama kehidupannya.

Tim peneliti juga memperhitungkan faktor-faktor lain seperti usia Bunda saat melahirkan dan apakah Bunda merokok selama kehamilan atau memiliki riwayat diabetes dan/atau kelainan jantung.

Harapan tim peneliti tentang hasil studi

Para peneliti berharap temuan mereka, yang dipublikasikan beberapa waktu lalu di European Heart Journal, mengarah pada diagnosis kelainan jantung yang tepat waktu dan intervensi dini yang dapat menyelamatkan nyawa banyak orang.

"Kelainan jantung bawaan bisa sangat serius, memerlukan operasi khusus saat bayi masih sangat muda. Jadi mengetahui bayi mana yang berisiko paling besar dapat membantu tenaga kesehatan mendiagnosis kelainan jantung sedini mungkin dan memastikan perawatan dan pengobatan yang tepat diberikan," ungkap Wennerholm.

Menurut American Society for Reproductive Medicine, 2,5 persen dari semua kelahiran di Amerika Serikat merupakan hasil dari tindakan IVF yang berhasil. Di Denmark, IVF mencakup sekitar 9 persen kelahiran hidup, yang menjadi proporsi tertinggi di negara mana pun.

Wennerholm dan timnya percaya mungkin ada hubungan antara orang tua yang tidak subur dan bayi yang lahir dengan cacat jantung.

"Fakta bahwa risiko cacat jantung serupa terlepas dari jenis reproduksi berbantuan yang digunakan dapat menunjukkan bahwa ada beberapa faktor umum yang mendasari ketidaksuburan pada orang tua dan penyakit jantung bawaan pada bayi," ungkapnya. 

Tentang teknik reproduksi IVF atau bayi tabung

IVF mulai dikembangkan pada tahun 1970-an, terutama untuk membantu wanita dengan tuba falopi yang tersumbat. Sejak awal, teknologi ini telah digunakan untuk membantu wanita agar dapat hamil dalam situasi lain, seperti sering mengalami keguguran.

Dalam IVF yang merupakan bentuk teknologi reproduksi berbantuan paling umum, sel telur diambil dari wanita dan digabungkan dengan sperma di laboratorium untuk menciptakan embrio, kemudian akan ditempatkan kembali ke dalam rahim.

Embrio yang sehat secara genetik memiliki tingkat keberhasilan 60 hingga 65 persen. Peluang ini dapat berkurang ketika wanita tersebut usianya lebih tua atau memiliki kondisi rahim yang menyulitkan embrio untuk 'ditanamkan'.

Menurut American Association for the Advancement of Science (AAAS), Nathalie Auger dari University of Montreal Hospital Research Centre di Canada mengatakan hal serupa.

"Teknologi reproduksi berbantuan merupakan intervensi populer dalam pengobatan reproduksi. Meskipun sebagian besar bayi lahir sehat, prosedur ini bukannya tanpa risiko," ungkap Auger.

Dalam salah satu penelitian terbesar hingga saat ini, para peneliti menemukan bahwa teknologi reproduksi berbantuan dikaitkan dengan risiko cacat jantung mayor yang didiagnosis sebelum lahir atau hingga usia satu tahun.

Kendati demikian, pasien dapat melakukan konsultasi dan pemeriksaan terlebih dahulu dengan dokter masing-masing untuk membicarakan kemungkinan risiko yang ada. 

Saat berencana hendak menjalani program bayi tabung atau teknologi reproduksi berbantuan lainnya, sampaikan pada dokter riwayat kesehatan keluarga secara menyeluruh, serta berbagai gaya hidup yang dijalani.

Tujuannya untuk membantu dokter memberikan saran dan anjuran terbaik demi kesehatan bersama-sama.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Simak video di bawah ini, Bun:

3 Kebiasaan Orang Tua yang Bisa Merusak Mental Anak

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Cerita Adrian Maulana Pernah Rugi Ratusan Juta Gara-gara Kesalahan Ini

Mom's Life Tim HaiBunda

Mantan Suami Meninggal karena Kanker, Kelly Clarkson Kini Fokus Dampingi Anak

Mom's Life Annisa Karnesyia

5 Potret Haru Aaliyah & Zahwa Kenang Almarhum Adjie Massaid di Hari Kelahiran Sang Ayah, Ada Baby Arash

Mom's Life Annisa Karnesyia

Bayi Sering Kaget saat Tidur? Ini Penyebab & Cara Mengatasinya!

Parenting Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Kisah Haru Bunda Hamil di Usia 44 Th setelah Selamat dari Kecelakaan Pesawat

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Cerita Adrian Maulana Pernah Rugi Ratusan Juta Gara-gara Kesalahan Ini

Bayi Sering Kaget saat Tidur? Ini Penyebab & Cara Mengatasinya!

Mantan Suami Meninggal karena Kanker, Kelly Clarkson Kini Fokus Dampingi Anak

Kisah Haru Bunda Hamil di Usia 44 Th setelah Selamat dari Kecelakaan Pesawat

Keseruan Ulang Tahun Pertama Zeya Anak Tengku Dewi di Bali, Intip 5 Potretnya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK