HaiBunda

PARENTING

Kematian Massal Kelelawar Secara Tak Langsung Sebabkan Kematian 1.000 Bayi

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Rabu, 09 Oct 2024 17:38 WIB
Ilustrasi Bayi Meninggal Karena Kematian Kelelawar/Foto: iStock
Jakarta -

Ada berbagai penyakit yang datang dari hewan, Bunda. Salah satu hewan yang banyak membawa penyakit adalah kelelawar.

Pada tahun 2006 silam, populasi kelelawar di seluruh Amerika Serikat hancur akibat sindrom penyakit jamur yang membuat hidung binatang tersebut berwarna putih. Kini, studi baru pun mengaitkan bahwa penurunan populasi kelelawar berkontribusi pada kematian lebih dari 1.000 kematian bayi di Amerika Utara.

Bukan tanpa alasan, hal ini karena ketika populasi kelelawar menurun, penggunaan pestisida pun meningkat. Kondisi ini pun akan berdampak pada kesehatan manusia.


"Kelelawar telah mendapatkan reputasi buruk sebagai sesuatu yang harus ditakuti, terutama setelah laporan tentang kemungkinan keterkaitan dengan asal-usul (dari) COVID-19," kata Eyal Frank, penulis studi tersebut sekaligus ekonom ekologi di Universitas Chicago, seperti dikutip dari Science Alert.

Penurunan populasi kelelawar mengancam manusia

Penurunan populasi kelelawar tidak hanya merugikan ekosistem, Bunda. Namun, hal ini juga mengancam keselamatan manusia.

"Namun, kelelawar memang memberikan nilai tambah bagi masyarakat melalui perannya sebagai pestisida alami, dan studi ini menunjukkan bahwa penurunan jumlah mereka dapat membahayakan manusia," paparnya.

Sindrom hidung putih atau White Nose Syndrome (WNS) ini disebabkan oleh jamur Pseudogymnoascus destructans yang tumbuh di sekitar mulut, hidung, serta telinga kelelawar. Sindrom inilah yang menyebabkan kematian massal kelelawar, Bunda.

Frank juga mengamati bagaimana setelah kematian massal kelelawar akibat WNS, penggunaan pestisida meningkat seiring dengan kematian bayi.

Kelelawar sendiri merupakan pemakan serangga yang mengendalikan jumlah hama pada tanaman. Karena itu, dengan tingkat kematian kelelawar dengan rata-rata di atas 70 persen di AS, petani terpaksa menggantinya dengan beralih ke solusi kimia untuk melindungi tanaman.

Lantas, seperti apa studi lengkapnya? TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

10 Gejala Penyakit Jantung Bawaan pada Anak

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Potret Olivia Jensen Berubah Jadi 'Cinderella' Cantik Bergaun Putih untuk Beberes Rumah

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Deretan Bunda Artis yang Injak Usia 35+ di 2025, Makin Cantik dan Bahagia

Mom's Life Annisa Karnesyia

Alami Rasa Perih dan Sakit saat Berhubungan Intim, Apakah Normal?

Kehamilan Dwi Indah Nurcahyani

Kenali Weaponized Incompetence, Taktik Pasangan Tak Mau Repot di Rumah

Mom's Life Amira Salsabila

Potret Baby Aulia Anak Alyssa Soebandono saat MPASI, Lahap Makan Nasi Liwet

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Potret Olivia Jensen Berubah Jadi 'Cinderella' Cantik Bergaun Putih untuk Beberes Rumah

Kenali Weaponized Incompetence, Taktik Pasangan Tak Mau Repot di Rumah

Potret Baby Aulia Anak Alyssa Soebandono saat MPASI, Lahap Makan Nasi Liwet

Alami Rasa Perih dan Sakit saat Berhubungan Intim, Apakah Normal?

Deretan Bunda Artis yang Injak Usia 35+ di 2025, Makin Cantik dan Bahagia

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK