Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Dongeng Anak: Cicak yang Lupa Bersyukur

Metanucci Hubbia (Kampung Dongeng)   |   HaiBunda

Jumat, 15 Nov 2024 19:00 WIB

Dongeng Anak: Cicak yang Lupa Bersyukur
Dongeng Anak: Cicak yang Lupa Bersyukur/Foto: HaiBunda/Dara Dinanti Firzada
Jakarta -

Di sebuah rumah tua, tinggallah seekor cicak bernama Ciko. Setiap hari, Ciko memandang ke luar jendela, menyaksikan alam bebas dan binatang-binatang yang bergerak di tanah. Di antara mereka, ada seekor ular besar bernama Sanca yang melata dengan gagah di permukaan tanah.

Ciko sering mendengar cerita tentang Sanca, yang dianggap sebagai penguasa tanah di sekitar rumah. Sanca bisa bergerak dengan bebas tanpa takut jatuh atau terjebak di sudut sempit. Ciko merasa iri.

"Seandainya aku bisa melata seperti ular," gumamnya dengan kesal. "Hidupku pasti akan lebih seru. Aku lelah menempel di dinding."

Setiap malam, Ciko memikirkan keinginannya untuk menjadi seperti Sanca. Ia yakin hidupnya di dinding terasa membosankan dan tidak bebas.

Hingga suatu pagi, ia pun memberanikan diri untuk turun dari dinding. "Aku akan melata di tanah seperti ular," tekadnya.

Ciko turun dari dinding dan mulai merayap di tanah. Pada awalnya, ia merasa berani dan percaya diri. Rumput terasa dingin di bawah kakinya, dan tanah terasa berbeda dari dinding yang biasa ia pijak.

"Inilah kebebasan yang aku impikan," pikir Ciko, merasa bangga karena kini ia bisa bergerak di tanah.

Namun, kebanggaannya tidak berlangsung lama. Dari kejauhan, seekor burung besar melihat Ciko yang sedang melata di tanah. Bagi burung itu, Ciko tampak seperti mangsa empuk yang tidak berdaya. Burung itu langsung menyambar ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

Ciko terkejut dan mencoba melarikan diri. Ia berusaha bergerak cepat, tetapi ternyata merayap di tanah tidak semudah yang ia bayangkan.

Tanah penuh dengan hambatan, rumput, dan kerikil yang membuatnya sulit bergerak cepat. Ciko menyesal telah meninggalkan dinding yang aman.

Di saat-saat terakhir, ketika burung itu hampir menyambarnya, Ciko berhasil melompat ke dinding tua yang biasa ia tempati. Ia menempel kuat di sana, dan burung itu akhirnya pergi, kecewa karena tidak mendapatkan makanannya.

Ciko pun menarik napas lega dan menyadari kesalahannya. Ia belajar bahwa setiap makhluk punya tempat dan cara hidup masing-masing yang sudah sesuai dengan kebutuhannya.

Sejak hari itu, Ciko tidak pernah mengeluh lagi tentang hidupnya di dinding. Ia pun bersyukur dan hidup bahagia dengan menerima keadaannya sebagai cicak.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda