
parenting
Sudah Terbukti, Ini Keahlian Utama agar Anak Sukses Seumur Hidup
HaiBunda
Minggu, 27 Jul 2025 16:30 WIB

Daftar Isi
Tak semua keberhasilan anak ditentukan oleh nilai rapor atau banyaknya prestasi yang mereka raih. Justru, banyak keberhasilan sejati dimulai dari hal yang tidak terlihat, yaitu hubungan anak dengan dirinya sendiri.
Banyak orang tua kini berfokus membantu anak sukses dari luar, seperti mengajari mereka berbicara, hingga menanamkan perilaku baik. Namun di balik semua itu, ada satu hal yang tak boleh luput, yaitu bagaimana anak mengenali dan memahami dirinya sendiri.
Seorang peneliti dan praktisi parenting di Amerika Serikat, Reem Raouda, menekankan pentingnya koneksi diri pada anak. Penegasan ini disampaikan berdasarkan pengalaman pribadi sekaligus hasil risetnya selama bertahun-tahun.
"Saya telah menghabiskan bertahun-tahun meneliti lebih dari 200 hubungan orang tua-anak, dan saya juga seorang Bunda. Hal nomor satu yang selalu saya sampaikan pada orang tua lain adalah jika hanya bisa mengajarkan satu keterampilan dalam hidup, ajarkan koneksi diri," ujarnya dikutip dari laman CNBC Make It.
Koneksi diri menjadi bekal terpenting anak untuk sukses seumur hidup
Hilangnya koneksi diri pada anak sering kali terjadi melalui interaksi sehari-hari yang tampak dihiraukan. Contoh paling umum adalah ketika seorang balita menangis karena mainannya diambil, lalu Bunda berkata, "Kamu enggak apa-apa. Itu bukan hal besar".
Tanpa sadar, Si Kecil justru menangkap pesan berbeda, yaitu bahwa perasaannya dianggap tidak penting. Ketika anak merasa takut saat tidur dan mendengar, "Enggak ada yang perlu ditakuti," anak bisa merasa bahwa emosi seperti takut adalah sesuatu yang salah.
Jika respons seperti ini terus diulang, anak akan mulai meragukan perasaan dan suara hatinya sendiri. Lama-kelamaan, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang mudah cemas, sulit mengatur emosi, atau bahkan menarik diri dari orang lain.
Ternyata, koneksi diri membawa banyak nilai penting dalam kehidupan anak
Dikutip dari CNBC Make It, koneksi diri adalah keahlian kunci yang akan membantu anak sukses seumur hidup. Anak yang mampu mengenali dan memahami emosinya cenderung lebih tangguh dalam menghadapi perubahan di berbagai tahap kehidupannya.
1. Membangun ketangguhan emosional
Anak yang terhubung dengan emosinya mampu mengakui dan memahami apa yang mereka rasakan. Hal ini dapat membuat mereka lebih siap menghadapi stres, penolakan, dan gejolak perasaan tanpa kehilangan arah.
2. Mendukung batasan yang sehat
Anak yang mengenal dirinya sendiri umumnya lebih percaya pada insting dan intuisi mereka. Mereka akan lebih berani menyuarakan ketidaknyamanan dan tidak mudah mengikuti tekanan dari teman sebayanya.
3. Menumbuhkan kepercayaan diri sejati
Kepercayaan diri yang kuat tidak selalu datang dari prestasi atau pujian luar. Anak yang tahu siapa dirinya akan merasa aman untuk menjadi diri sendiri, bahkan ketika situasi terasa sulit.
4. Melindungi kesehatan mental
Koneksi diri memberi anak pegangan saat mereka merasa tidak pasti atau ragu. Ini bisa menjadi benteng yang kokoh untuk menghadapi kecemasan dan menghindari pencarian validasi dari luar.
Bagaimana cara menumbuhkan koneksi diri pada anak?
Kabar yang cukup melegakan, Bunda dan Ayah enggak perlu mengubah seluruh pola pengasuhan yang sudah dijalani. Cukup dengan langkah-langkah kecil, dampaknya bisa sangat berarti bagi koneksi emosional anak.
1. Validasi emosi mereka
Tahan dorongan untuk langsung menenangkan dengan berkata, "Kamu enggak apa-apa." Lebih baik ucapkan, "Itu memang bikin kesal, ya? Bunda di sini kok".
Validasi bukan berarti setuju dengan perilaku mereka, tapi menunjukkan bahwa perasaan mereka nyata dan layak diakui. Hal ini membantu anak percaya pada emosinya sendiri, yang merupakan fondasi penting dari koneksi diri.
2. Terima mereka secara utuh
Berikan ruang untuk semua bentuk ekspresi, termasuk emosi yang sulit atau pertanyaan yang membuatmu bingung. Anak yang merasa diterima saat marah, sedih, atau takut akan merasa aman menjadi dirinya sendiri.
Saat anak tahu bahwa semua sisi dirinya diterima, mereka tumbuh dengan harga diri yang lebih stabil. Ini menjadi dasar kepercayaan emosional yang kuat hingga dewasa nanti.
3. Beri ruang, jangan terlalu mengatur
Mengontrol terlalu banyak hal justru bisa mematahkan kepercayaan diri Si Kecil. Beri mereka pilihan kecil sesuai usia agar mereka belajar mengambil keputusan sendiri.
Membebaskan anak bereksperimen di ruang aman membantu mereka mengenal suara hati dan batasannya sendiri. Hal ini juga melatih ketangguhan saat menghadapi kegagalan kecil.
4. Jadilah contoh koneksi diri
Saat Bunda merasa lelah atau kesal, jangan ragu untuk mengatakannya dengan jujur, seperti "Bunda lagi butuh waktu sebentar". Hal ini bukan suatu kelemahan ya, Bunda, tetapi ini merupakan pelajaran penting bagi Si Kecil.
Dengan melihat orang tuanya mengenali dan mengelola emosi, anak belajar bahwa perasaan adalah hal yang normal. Mereka pun terbiasa tidak menekan atau menyangkal emosinya sendiri.
5. Gunakan bahasa yang membangun kesadaran, bukan rasa bersalah
Daripada bertanya, "Kenapa kamu lakukan itu?", cobalah dengan kalimat, "Apa yang kamu rasakan saat itu?". Nada penuh rasa ingin tahu dan tanpa menghakimi tersebut akan membuat anak lebih terbuka untuk berbagi perasaannya.
Bahasa seperti ini mendorong anak untuk introspeksi daripada bertahan. Perlahan, Si Kecil akan memiliki suara hati yang berakar dari pemahaman, bukan perasaan takut atau malu.
6. Lihat lebih dalam dari sekadar perilaku
Saat anak berteriak atau membantah, mudah untuk Bunda menilai sikapnya sebagai tidak sopan atau pembangkang. Namun, perilaku ekstrem seperti ini sering kali adalah permintaan tolong yang belum terucap.
Cobalah bertanya, "Apa yang sedang kamu butuhkan sekarang?", dengan begitu anak merasa dilihat secara utuh, bukan hanya dinilai dari tindakannya.
7. Rayakan siapa mereka, bukan hanya apa yang mereka capai
Pujian tak harus selalu untuk nilai bagus atau sebuah prestasi. Perhatikan juga hal-hal kecil seperti rasa empati, keingintahuan, atau usaha mereka dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
Dengan begitu, anak tahu bahwa dirinya dicintai bukan karena hasil, tapi karena keberadaannya yang utuh. Hal ini memberi rasa aman untuk menjadi diri sendiri, apa pun situasinya, termasuk saat mereka gagal atau melakukan kesalahan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Ayah Ikut Terlibat Pengasuhan Bikin Anak Sukses di Sekolah, Ini Alasan Uniknya

Parenting
4 Cara agar Anak Merasa Miliki Privasi, tapi Tetap Bisa Bunda Pantau

Parenting
Buang Jauh Gengsi Bun, Ini Pentingnya Orang Tua Minta Maaf pada Anak

Parenting
3 Dampak Buruk Tak Menjaga Kesehatan Mental Anak

Parenting
Ucapan Orang Tua yang Dapat Mengganggu Psikologis Anak


7 Foto
Parenting
7 Potret Mima Shafa, Anak Mona Ratuliu yang Jadi Penggiat Isu Kesehatan Mental
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda