PARENTING
Mengenal Medusa Trauma dan Dampaknya pada Anak
Nadhifa Fitrina | HaiBunda
Jumat, 05 Sep 2025 20:40 WIBSetiap anak membawa cerita dan pengalaman yang bisa membentuk cara mereka berpikir serta merespons lingkungan di sekitarnya. Salah satu hal yang kini mulai disoroti para ahli adalah medusa trauma.
Bunda tentu ingin memahami bagaimana kondisi ini dapat berpengaruh pada tumbuh kembang Si Kecil. Tidak heran jika topik tentang medusa trauma ini mulai ramai dibicarakan di kalangan orang tua.
Rasa ingin tahu pun muncul, terutama soal dampaknya terhadap keseharian anak. Apakah trauma ini benar-benar bisa memengaruhi sikap dan perilaku mereka?
Nah, di sinilah pentingnya Bunda mengenal lebih dekat apa itu medusa trauma, supaya bisa lebih peka dalam mendampingi Si Kecil dalam menghadapi tantangan emosionalnya.
Mengenal apa itu medusa trauma
Medusa trauma yang juga dikenal sebagai freeze response, menjadi perhatian banyak orang tua karena memengaruhi anak setelah mengalami pengalaman traumatis. Respons ini membuat anak tampak diam dan tidak bergerak saat dihadapkan pada pemicu trauma tertentu, Bunda.
Menurut Peter Levine dalam bukunya Waking the Tiger-Healing Trauma, medusa trauma adalah respon trauma yang membuat seseorang 'membeku' ketika menghadapi trigger trauma.
Anak yang mengalami medusa trauma sering menarik diri dari interaksi sosialnya. Mereka sulit mengekspresikan perasaan secara normal, meskipun dalam situasi yang aman.
Respons 'membeku' sebenarnya adalah mekanisme bertahan hidup alami manusia. Namun, jika respons ini menetap dan mengganggu keseharian anak setelah trauma berlalu, hal ini bisa menandakan adanya masalah lain yang perlu diperhatikan.
Medusa, dalam mitologi Yunani, dikenal sebagai makhluk yang bisa mengubah siapa saja yang menatap matanya menjadi batu. Kisah ini menjadi simbol bagaimana trauma bisa melumpuhkan seseorang jika dihadapi secara langsung.
Peter Levine menjelaskan bahwa pendekatan yang efektif adalah bekerja dengan pantulan trauma, bukan menghadapi secara langsung. Seperti Perseus yang menggunakan perisai untuk melihat bayangan Medusa, manusia juga bisa belajar mengelola trauma melalui refleksi dan respons tubuh, Bunda.
Gejala medusa trauma pada anak
Setelah mengetahui apa itu medusa trauma, Bunda perlu mengenali gejalanya pada anak. Gejala ini bisa terlihat dari perilaku, ekspresi wajah, dan respons tubuh Si Kecil terhadap lingkungan sekitar.
1. Diam dan tidak bergerak
Anak terlihat membeku dan tampak tidak melakukan apa pun. Respons ini sering kali muncul saat mereka merasa terancam atau cemas.
2. Wajah dengan ekspresi kosong
Ekspresi wajah tampak datar atau kosong. Hal ini menunjukkan kesulitan mereka dalam merespons lingkungannya.
3. Tidak mampu bereaksi dengan baik
Anak kesulitan menanggapi rangsangan dari luar. Mereka bisa tampak bingung atau tidak responsif meskipun situasinya terlihat aman.
4. Menarik diri dari interaksi sosial
Anak sering menghindari permainan atau interaksi dengan teman dan keluarganya. Sulit bagi mereka untuk mengekspresikan perasaan atau kebutuhan mereka, Bunda.
Dampak medusa trauma pada anak
Trauma yang tidak diolah bisa membuat anak terus-menerus fokus pada pengalaman traumatisnya. Hal ini mirip perangkap, di mana anak seolah selalu dikalahkan oleh situasi yang pernah menakutkan.
Sensasi tubuh menjadi panduan untuk memahami di mana trauma terjadi. Melalui kesadaran terhadap sensasi internal, anak dapat mulai mengakses sumber daya naluriah mereka untuk melindungi diri.
Menilik dari buku Waking the Tiger-Healing Trauma karya Peter A. Levine dan Ann Frederick, simbolisme medusa juga terlihat dalam munculnya Pegasus dan Chrysaor setelah kematiannya. Pegasus melambangkan naluri dan tubuh, sementara Chrysaor dengan pedang emas melambangkan pertahanan dan kekuatan.
Dalam proses penyembuhan, sensasi tubuh internal menjadi portal untuk menemukan gejala trauma. Dengan fokus pada sensasi ini, energi yang terperangkap akibat trauma bisa dilepaskan secara aman.
Medusa dan pendekatan mindfulness
Dikutip dari buku Trauma-Sensitive Mindfulness, David A. Treleaven menekankan pentingnya edukasi tentang medusa trauma. Dengan kerangka kerja ini, mereka bisa memahami pengalaman traumanya tanpa merasa takut berlebihan.
Dylan adalah seorang peserta terapi yang dicontohkan oleh David A. Treleaven dalam bukunya Trauma-Sensitive Mindfulness. Selama sesi terapinya, ia belajar menghargai bagian dari dirinya yang berusaha melindungi diri.
Ia menyadari bahwa reaksi tubuhnya saat bermeditasi adalah cara alami untuk tetap merasa aman. Namun, dalam sesi kedua, praktik meditasinya yang biasanya menenangkan justru membuatnya frustrasi.
Dalam percakapan itu, Dylan terkejut dengan penjelasan terapisnya. "Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Kupikir aku harus melupakan masalah ini, bukan menikmatinya," kata Dylan.
Demikian pembahasan mengenai medusa trauma, dan ciri-ciri anak yang mengalaminya. Jika Bunda menemukan gejalanya dialami SI Kecil, segera minta bantuan ahli untuk memahami di mana trauma terjadi.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)Simak video di bawah ini, Bun:
Mengenal Glider Parenting, Pola Asuh Seimbang yang Viral di Media Sosial
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Penting Bunda, 4 Tips Anti-Stres Menjaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemi
Bunda Perlu Tahu, Pentingnya Mengajarkan Kejujuran pada Anak Sejak Dini
Anak Tak Mau Ditinggalkan dan Cemas Berpisah, Harus Bagaimana?
Tips Agar Anak Tak Jadi Pelampiasan Emosi Bunda
TERPOPULER
Apa Itu Gangguan ADHD pada Dewasa yang Dialami Jungkook BTS? Ini 7 Gejalanya
Jangan Ucapkan 11 Kalimat Ini saat Menjawab Interview Kerja
5 Potret Anggun Dhini Aminarti dan Irish Bella saat Jadi Bridesmaid di Pernikahan Sahabat
5 Potret Hagia Anak Jessica Iskandar saat MPASI, Bikin Gemas saat Makan Buah Naga
Ini Alasan Pembagian Warisan Menurut Islam untuk Laki-laki Lebih Besar dari Perempuan
REKOMENDASI PRODUK
15 Rekomendasi Maskara Waterpoof dan Bikin Lentik Tahan Lama
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
9 Rekomendasi Obat Maag Cair yang Aman untuk Anak, Pilih yang Terbaik & Ampuh untuk Si Kecil
KinanREKOMENDASI PRODUK
11 Rekomendasi Loose Powder untuk Kulit Kering hingga Berminyak
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Obat Anak untuk Mengatasi Susah Buang Air Besar
Asri EdiyatiREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Skincare Anak 8 Tahun yang Aman dan Cara Memilihnya yang Tepat
Nadhifa FitrinaTERBARU DARI HAIBUNDA
5 Potret Anggun Dhini Aminarti dan Irish Bella saat Jadi Bridesmaid di Pernikahan Sahabat
Apa Itu Gangguan ADHD pada Dewasa yang Dialami Jungkook BTS? Ini 7 Gejalanya
5 Potret Hagia Anak Jessica Iskandar saat MPASI, Bikin Gemas saat Makan Buah Naga
Jangan Ucapkan 11 Kalimat Ini saat Menjawab Interview Kerja
Ini Alasan Pembagian Warisan Menurut Islam untuk Laki-laki Lebih Besar dari Perempuan
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Gaya Rhoma Irama Jadi Khatib Salat Jumat di Festival Musik Tuai Sorotan
-
Beautynesia
Maison Margiela Resmi Rilis Line 2, Bukan Fashion Tapi Kolaborasi Seni dan Budaya
-
Female Daily
Menenangkan hingga Menegangkan, Ini 4 Drama Korea Bulan September yang Layak Kamu Lirik!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
7 Pesona Jun Ji Hyun di Usia 43, Pamer Otot Perut di Promosi Drakor Tempest
-
Mommies Daily
Jangan Asal Download! Ini 7 Aplikasi Kids Mode yang Benar-benar Aman