Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Hukuman Tak Lagi Bikin Remaja Takut, Psikolog Ungkap Solusi Efektifnya

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Senin, 15 Sep 2025 16:20 WIB

Hukuman Tak Lagi Bikin Remaja Takut, Psikolog Ungkap Solusi Efektifnya
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Kiwis
Daftar Isi
Jakarta -

Orang tua dari dulu terbiasa mengandalkan hukuman untuk membuat anak menurut, mulai dari melarang untuk keluar rumah, sampai memberikan ceramah panjang yang terasa tak ada ujungnya.

Namun, bagi anak zaman sekarang, cara ini tak lagi menimbulkan efek jera, justru membuat mereka semakin melawan. Alih-alih membuat takut, banyak anak yang merespons hukumannya dengan tatapan sinis, atau bahkan melakukan hal yang dilarang secara diam-diam.

Reaksi ini sering kali membuat orang tua bingung karena usaha mendisiplinkannya tidak berjalan sesuai dengan harapan. Mengutip dari Times of India, penelitian di Developmental Review menemukan, bahwa hukuman hanya efektif untuk menghentikan perilaku anak sesaat.

Namun, cara ini hampir tidak pernah benar-benar menumbuhkan motivasi dari dalam diri anak. Lebih dari itu, pendekatan yang salah justru bisa membuat anak kehilangan rasa percaya dirinya.

Dari sinilah penting bagi orang tua untuk memahami cara lain yang lebih efektif dalam menghadapi remaja agar komunikasi tetap terjaga dan tujuan mendidik bisa tercapai.

Cara efektif menghadapi anak tanpa harus mengandalkan hukuman

Terdapat beberapa cara yang bisa orang tua terapkan tanpa harus memberikan hukuman pada anak, seperti yang dirangkum dalam Psychological Bulletin, dikutip dari Times of India:

1. Pola asuh otoritatif

Pola asuh otoritatif menyeimbangkan ketegasan dengan kehangatan dalam mendidik anak. Remaja jadi tahu ada aturan yang jelas, tapi tetap merasa suara mereka dihargai dan didengarkan.

Orang tua bisa menegaskan hal-hal penting seperti keselamatan atau kewajiban hadir di sekolah dengan konsisten. Namun, sertakan juga penjelasan sederhana mengapa aturan itu dibuat sehingga anak tidak merasa hanya diperintah.

Dengan cara ini, anak menganggap aturannya lebih masuk akal karena mereka tahu alasannya. Hasilnya, mereka pun lebih mudah menerima serta menginternalisasi nilai yang diajarkan.

2. Ganti hukuman dengan konsekuensi yang logis

Konsekuensi alami membantu anak belajar langsung dari pengalaman tanpa harus dimarahi. Misalnya, jika tidur terlalu larut, mereka akan merasakan sendiri sulitnya bangun pagi untuk beraktivitas.

Bunda dan Ayah juga bisa mengarahkan konsekuensi logis yang tetap proporsional sesuai pilihan anak. Cara ini membuat mereka paham hubungan sebab-akibat tanpa merasa dipermalukan atau dipaksa.

Kalau orang tua melakukannya dengan konsisten, anak akan terbiasa melihat bahwa setiap tindakannya membawa akibat tertentu.

3. Penguatan positif dan pengajaran keterampilan

Memberikan pujian dan penghargaan bisa mendorong anak untuk lebih konsisten berperilaku baik. Mereka merasa usaha dan niat baiknya diperhatikan, bukan hanya disoroti saat melakukan kesalahan saja.

Orang tua bisa memberi hak yang istimewa, seperti sekadar memberikan pujian pada anak. Dengan begitu, kebiasaan baik lebih mudah tumbuh dan bertahan dalam jangka panjang.

Daripada menekan perilaku buruk anak, penguatan positif membantu menumbuhkan motivasi dari dalam diri anak.

4. Motivational interviewing dan problem-solving kolaboratif

Pendekatan ini membuat anak merasa punya suara dalam setiap keputusan yang menyangkut dirinya. Bunda dan Ayah bisa memulainya dengan pertanyaan terbuka dan reflektif agar percakapan lebih cair.

Cobalah minta izin sebelum memberikan masukan, misalnya dengan berkata, "Boleh enggak aku cerita apa yang bikin aku khawatir?". Kalimat sederhana seperti ini dapat mengurangi perlawanan dari anak.

Dengan mencari solusi bersama, anak akan merasa lebih bertanggung jawab atas tindakannya. Hubungan orang tua dengan anak pun jadi lebih sehat dan minim konflik yang berlarut-larut.

5. Pendekatan restoratif dan relasional

Setelah terjadi masalah, fokuslah pada perbaikan, bukan menyalahkan. Ajak anak berdialog dengan tenang tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Bunda dan Ayah bisa menanyakan bagaimana cara memperbaiki keadaan agar masalah tidak terulang. Dengan begitu, anak belajar mengambil tanggung jawab dan menghadapi akibat tindakannya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda