
parenting
Peneliti Sebut Dampak Kekerasan Verbal pada Anak Sama Bahayanya dengan Hukuman Fisik
HaiBunda
Senin, 06 Oct 2025 19:20 WIB

Daftar Isi
Orang tua sering kali menganggap hukuman yang berdampak negatif pada anak hanya berupa hukuman fisik. Tapi studi justru menemukan bahwa kekerasan verbal juga tak kalah berbahaya lho, Bunda.
Termasuk seperti sering mengucapkan kata-kata yang kasar, menyinggung perasaan, atau bahkan merendahkan anak. Hal ini akan meninggalkan luka batin pada anak.
Luka emosional yang dirasakan anak akibat kekerasan verbal ini dapat meninggalkan bekas yang dalam dan berdampak jangka panjang, bahkan serupa seperti dampak kekerasan fisik. Simak selengkapnya.
Studi ilmiah tentang dampak kekerasan verbal
Menurut studi dalam jurnal BMJ Open, orang yang mengalami kekerasan fisik saat masih anak-anak memiliki risiko 50 persen lebih tinggi melaporkan kesehatan mental yang rendah ketika dewasa, dibandingkan mereka yang tidak mengalami kekerasan.
Kendati demikian, mereka yang mengalami kekerasan verbal memiliki peningkatan risiko sebanyak 60 persen untuk mengalami masalah kesejahteraan di kemudian hari.
Dalam analisis terbaru lainnya di Youth Risk Behavior Survey oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dilaporkan ada 60 persen peserta mengalami kekerasan emosional dan 31,8 persen melaporkan kekerasan fisik.Â
Survei tersebut mencantumkan kekerasan emosional, bukan verbal, namun pertanyaannya mencakup perilaku serupa seperti yang ada dalam studi terbaru.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekerasan verbal pada masa kanak-kanak dapat meninggalkan luka kesehatan mental yang sama dalamnya dan bertahan, lama seperti yang ditimbulkan oleh kekerasan fisik," ungkap penulis utama studi tersebut, Dr. Mark Bellis, yang juga merupakan pakar kesehatan masyarakat dan ilmu perilaku di Liverpool John Moores University, Inggris.
Apa itu kekerasan verbal?
Kekerasan verbal mencakup penggunaan kata-kata kasar atau bahasa yang bersifat menyalahkan. Bisa juga mencakup menghina, mempermalukan, membentak, mengkritik secara merendahkan, serta mengancam anak.
"Penggunaan istilah ini dilakukan untuk menakuti atau mengecilkan seseorang, baik yang sengaja maupun tidak disengaja," ungkap profesor psikiatri anak dan remaja, Andrea Danese, dari King’s College London, dikutip dari CNN Health.
Sebagai contoh, orang tua mengucapkan kalimat-kalimat seperti 'kamu selalu salah', 'kamu bodoh', atau 'kenapa kamu tidak bisa seperti dia?' secara terus-menerus dengan pola yang menyakitkan.
"Anak-anak bergantung pada bahasa dari orang dewasa di lingkungan terdekat untuk belajar tentang diri mereka sendiri maupun dunia," kata Danese.
Oleh karena itu, cara orang berbicara kepada anak bisa memberi dampak sangat kuat pada perkembangan anak, baik dalam aspek positif maupun negatif.
Dampak kekerasan verbal bagi mental anak
Dalam studi lainnya, ditemukan bahwa kekerasan verbal berkorelasi dengan peningkatan risiko kesejahteraan mental rendah di usia dewasa. Jika anak mengalami kedua jenis kekerasan, yakni verbal dan fisik, maka risikonya akan lebih tinggi lagi.Â
Dampak-dampak yang sering muncul meliputi:
- Perasaan terisolasi atau kesulitan merasa dekat dengan orang lain
- Tidak percaya diri
- Mudah pesimis terhadap masa depan
- Mengalami stres dan kecemasan yang lebih intens
- Kesulitan dalam membentuk identitas diri dan hubungan sosial
- Potensi munculnya gangguan kesehatan mental jangka panjang
Para peneliti menyebut bahwa kekerasan verbal menciptakan stres toksik yang dapat memengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf anak, sehingga dapat membekas hingga dewasa.
Pentingnya menciptakan lingkungan yang aman untuk anak
"Meningkatkan lingkungan masa kanak-kanak dapat secara langsung meningkatkan kesejahteraan mental, sekaligus membantu membangun ketahanan untuk melindungi dari tantangan di masa depan," imbuh Bellis.
Di sinilah peran orang tua dan pengasuh untuk memberikan dukungan, termasuk dengan menciptakan lingkungan rumah yang lebih aman.Â
Hal ini dapat membantu membangun keterampilan regulasi emosi pada orang tua dan anak, membantu memperkuat ikatan emosional di antara mereka, serta mengembangkan keterampilan komunikasi.
Apa saja yang bisa dilakukan?
Untuk menciptakan lingkungan yang aman secara emosional bagi anak, pastikan orang tua bisa hadir dan menghargai pendapat anak.Â
Dengan demikian, anak terlindungi tidak hanya dari bahaya fisik, tetapi juga dari luka batin yang ditimbulkan oleh ucapan. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan:
1. Pertahankan komunikasi yang positif
Saat berbincang dengan anak, gunakan bahasa yang membangun, menguatkan, dan memperkuat rasa percaya diri anak. Hindari komentar yang menyudutkan, membandingkan dengan anak lain, atau mengejek kelemahan mereka.
2. Latih regulasi emosiÂ
Anak belajar tentang cara mengendalikan emosi terutama dari orang tua. Oleh sebab itu, orang tua perlu terlebih dahulu belajar mengenali momen ketika marah atau lelah, dan mencari cara menenangkan diri.
3. Pastikan anak merasa aman secara emosional
Saat anak merasa aman secara emosional dengan orang tua atau pengasuhnya, mereka berpotensi akan menjadi lebih tangguh menghadapi stres. Ikatan yang hangat dan responsif dari orang dewasa juga dapat melindungi anak dari dampak luar yang negatif.
Demikian ulasan tentang dampak kekerasan verbal pada anak, serta apa yang bisa dilakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi. Semoga bermanfaat ya, Bunda!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Ucapan Orang Tua yang Dapat Mengganggu Psikologis Anak

Parenting
5 Tanda Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental

Parenting
7 Hal yang Perlu Bunda Lakukan untuk Jaga Kesehatan Mental Anak

Parenting
7 Bentuk Kekerasan Verbal yang Berdampak Buruk ke Anak, Hati-hati Jangan Ucapkan Ini

Parenting
3 Dampak Buruk Tak Menjaga Kesehatan Mental Anak


7 Foto
Parenting
7 Potret Mima Shafa, Anak Mona Ratuliu yang Jadi Penggiat Isu Kesehatan Mental
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda