HaiBunda

PARENTING

Psikolog Rekomendasikan Pola Asuh Ini untuk Membesarkan Gen Alpha yang Serba Kritis

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Senin, 13 Oct 2025 20:30 WIB
Pola Asuh yang Direkomendasikan Psikolog untuk Membesarkan Gen Alpha yang Serba Kritis/Foto: Getty Images/EyeEm Mobile GmbH
Jakarta -

Membesarkan gen alpha membutuhkan pendekatan yang berbeda dari anak-anak yang lahir di generasi sebelumnya. Gen alpha adalah istilah yang disematkan untuk anak-anak yang lahir di tahun 2010-2024, Bunda.

Anak-anak yang tumbuh di era digital ini dikenal sebagai digital native, yakni generasi yang serba kritis dan cepat beradaptasi dengan teknologi. Namun tenang, Bunda, ada pola asuh yang direkomendasikan psikolog untuk membesarkan anak Gen Alpha.

Menurut seorang Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Universitas Indonesia, Ocha Ananda Suherik, M.Psi., Psikolog, dibutuhkan pendekatan khusus dalam mendidik anak-anak dengan generasi ini.


Pola asuh yang diterapkan tentunya harus mampu menyeimbangkan antara kedisiplinan dan empati supaya Si Kecil tetap berkembang dengan karakter yang positif.

Lantas, pola asuh seperti apa yang direkomendasikan psikolog untuk membantu Bunda membesarkan anak Gen Alpha? Simak, yuk!

Memahami karakter unik Gen Alpha

Anak-anak Gen Alpha tumbuh di tengah dunia yang serba digital, Bunda. Mereka begitu mudah mengakses informasi, sehingga cara berpikir dan belajarnya pun lebih cepat dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Generasi ini juga dikenal punya rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka senang mencoba hal-hal baru dan mencari jawaban lewat internet hanya dalam hitungan detik. Semua hal yang serba instan membuat mereka terbiasa mendapatkan hasil yang cepat.

Namun, di balik kecepatan berpikir dan rasa ingin tahunya yang besar, Gen Alpha memiliki tingkat kesadaran diri dan empati sosial yang luar biasa, Bunda.  Oleh karena itu, Bunda perlu pahami pola asuh yang tepat untuk membesarkan anak generasi ini.

"Kesadaran diri (self awareness) & kesadaran sosial (social awareness) juga tinggi. Anak sudah bisa menyampaikan emosinya seperti, 'Bunda, aku tuh sedih dan kecewa karena kejadian di sekolah tadi.' Anak juga lebih peka melihat situasi jika ada temannya marah atau sebaliknya. 'Bunda, kayanya si A tadi di sekolah begini.' Jadi mereka sudah bisa membaca situasi apa yang mereka hadapi,"ungkap Psikolog Ocha dalam acara talkshow parenting kolaborasi Siloam Hospitals Agora dan HaiBunda, pada akhir pekan lalu.

Tantangan yang dihadapi orang tua dalam mengasuh gen alpha

Orang tua diharapkan juga melakukan adaptasi dengan perubahan zaman dalam mengasuh gen alpha. Kemajuan teknologi yang semakin canggih membuat penggunaan gadget tak dapat dihindarkan. Berikut beberapa tantangan yang siap dihadapi orang tua dalam membesarkan digital native:

- Pengelolaan penggunaan gadget

Beri aturan mengenai penggunaan gadget. Anak-anak di bawah dua tahun, sebaiknya belum terpapar screen time, Bunda. Namun, pada anak yang sudah besar sebaiknya berikan batasan 1-2 jam sehari. "Jika sudah kadung terpapar lama, Bunda bisa bertahap dalam mengatasinya. Misal yang sehari bisa sampai enam jam, bisa Bunda pelan-pelan kurangi. Minggu ini jadi lima jam, minggu depan jadi empat jam. Dikurangi secara bertahap dengan diskusi," saran Psikolog Ocha.

- Sulit mengikuti aturan

Anak yang besar di era internet, akan dianggap susah mengikuti aturan karena mereka terpapar banyak informasi baru. Misalnya, disebut jangan keluar malam karena ada hantu, anak-anak bisa mendebat pendapat tersebut dengan jawaban yang lebih rasional.

- Menjaga minat anak terhadap sesuatu

Bunda pasti setuju, sebagian besar anak-anak gen alpha cepat bosan pada sesuatu. Tren yang terlalu cepat bergeser, membuat anak-anak zaman now lebih cepat beralih pada hal baru.

- Perbedaan perspektif antara orang tua & anak

Generasi Alpha tumbuh di lingkungan yang sangat berbeda dari masa kecil orang tua mereka-dengan akses cepat ke informasi, budaya digital yang kuat, dan cara berpikir yang lebih terbuka. Sementara itu, orang tua masih membawa nilai-nilai tradisional yang cenderung menekankan kepatuhan, keteraturan, dan pengalaman masa lalu. Akibatnya, sering terjadi kesenjangan dalam cara memandang masalah, mengambil keputusan, atau menanggapi perubahan.

- Terlalu ekspresif dalam meluapkan emosi

Anak-anak ini, lebih mudah dalam mengungkapkan perasaannya, baik saat merasa senang, marah, kecewa, maupun frustasi. Hal ini bisa dipengaruhi oleh pola komunikasi yang terbuka di era digital, di mana mereka terbiasa mengekspresikan perasaan secara langsung melalui media sosial atau tontonan yang mereka konsumsi. Di sisi lain, mereka mungkin belum memiliki keterampilan emosional yang cukup untuk mengelola perasaan tersebut secara sehat. 

Pola asuh yang direkomendasikan psikolog untuk membesarkan Gen Alpha

Menurut psikolog klinis anak dan remaja dr Siloam Hospitals Agora ini, pola asuh authoritative lebih direkomendasikan untuk mendampingi tumbuh kembang anak Gen Alpha, yang mengedepankan responsivitas dan kontrol.

Pola asuh authoritative ini merupakan pendekatan pengasuhan yang menggabungkan antara dukungan emosional dan didikan disiplin yang konsisten. Di mana anak-anak tetap butuh direspons ketika bercerita atau ingin mengungkapkan pendapatnya. Namun, orang tua juga memiliki kontrol terhadap perilaku anak.

"Bunda yang menerapkan pola asuh authoritative, akan membuka ruang diskusi dengan anak. Sehingga Si Kecil tetap diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya," ungkap Psikolog Ocha.

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung memiliki kepercayaan diri yang baik, kemampuan sosial yang kuat, serta mampu mengelola emosi dan tanggung jawab secara seimbang. Anak sudah diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat sejak kecil, diberi ruang untuk menyalurkan sisi kritisnya. Sehingga nantinya, akan memupuk rasa percaya diri dalam menyampaikan pendapat dalam bermarsyarakat. 

Pola asuh authoritative cocok untuk membesarkan gen alpha. Anak-anak yang masih kritis dalam mengemukakakan pendapat diberi kesempatan untuk bicara. Namun, tetap ada aturan tegas agar tidak terhanyut oleh arus teknologi dan budaya instan.

Pendekatan ini memungkinkan anak tumbuh dalam lingkungan yang suportif namun tetap memiliki struktur, yang penting untuk menghadapi tantangan dunia modern yang kompleks.

Pola asuh responsif berarti Bunda perlu hadir secara emosional dan tentunya mampu memahami kebutuhan anak. Sementara itu, pola asuh kontrol menekankan pentingnya memberikan bimbingan dan batasan yang jelas tanpa bersikap otoriter, Bunda.

Anak Gen Alpha tetap membutuhkan arahan supaya bisa membedakan mana yang baik dan tidak, terutama di tengah derasnya informasi digital. Kunci utamanya, Bunda perlu menjadi teladan yang baik bagi anak.

Bunda bisa mencontohkan cara menggunakan teknologi dengan bijak, misalnya dengan mengatur durasi tentang penggunaan gadget, memilih aplikasi yang aman untuk diakses, serta membiasakan anak untuk tidak menggunakan perangkat di ruang tertutup.

Itulah ulasan terkait pola asuh yang disarankan psikolog untuk membantu Bunda membesarkan anak Gen Alpha. Jadi, Bunda sudah mulai menerapkannya pada Si Kecil?

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

Bunda Wajib Tahu! 5 Tanda Bayi Siap MPASI & Tips Awal Mengenalkannya

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Hamil Anak Kedua, Zaskia Sungkar Mulai Pamer Baby Bump saat Liburan ke Malaysia Bareng Keluarga

Kehamilan Annisa Karnesyia

Momen Bahagia Keluarga Ahok, Intip Potret Puput Nastiti Disebut Hamil Anak Ketiga

Kehamilan & Annisa Karnesyia

Ragunan Buka Wisata Malam Hari, Apa yang Harus Bunda Persiapkan jika Ingin Berkunjung?

Mom's Life Annisa Karnesyia

5 Potret Maudy Ayunda dan Jesse Choi yang Baru Ulang Tahun, Beri Ucapan Manis untuk Suami Korea

Mom's Life Amira Salsabila

Cara Skrining Kanker Payudara Gratis dengan BPJS Kesehatan, Deteksi Dini Bun!

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Ragunan Buka Wisata Malam Hari, Apa yang Harus Bunda Persiapkan jika Ingin Berkunjung?

Cara Skrining Kanker Payudara Gratis dengan BPJS Kesehatan, Deteksi Dini Bun!

Hamil Anak Kedua, Zaskia Sungkar Mulai Pamer Baby Bump saat Liburan ke Malaysia Bareng Keluarga

7 Resep MPASI Alpukat Keju Rumahan yang Enak dan Mudah Dibuat

17 Idol K-Pop Pria yang Merupakan Anak Tunggal, Jaemin NCT hingga Jay ENHYPEN

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK