Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Psikolog Ungkap Pertanyaan Sederhana tapi Berharga yang Bisa Buka Komunikasi dengan Anak

Kinan   |   HaiBunda

Jumat, 07 Nov 2025 09:10 WIB

Hindari Ucapkan
Ilustrasi/Foto: Getty Images/maruco
Daftar Isi
Jakarta -

Menjadi orang tua juga penting untuk selalu mendengarkan pendapat dan keinginan anak. Nah, ada satu pertanyaan sederhana yang bisa membuka komunikasi dan meningkatkan bonding dengan anak, lho.

Saat berbicara dengan anak, orang tua perlu mendengarkan terlebih dahulu tentang apa yang sebenarnya dirasakan oleh mereka.

Selain membuat anak merasa benar-benar didengarkan dan dihargai, ini juga bisa menjadi cara penting untuk membuka komunikasi yang hangat di rumah.

Apa kata psikolog tentang pertanyaan penting tersebut?

Menurut psikolog klinis Lisa Damour, sebenarnya hal terpenting justru bukan pada seberapa cepat orang tua menyelesaikan masalah anak, melainkan pada seberapa baik mereka mau mendengarkan. 

"Kamu mau bunda bantu, atau kamu cuma sedang mau meluapkan perasaan saja?". Pertanyaan ini mungkin terdengar sepele, tapi memiliki dampak besar dalam memperkuat hubungan antara orang tua dan anak. 

Dengan menanyakannya, orang tua menunjukkan bahwa mereka hadir dan siap mendengarkan, bukan sekadar memberi nasihat. Anak pun merasa dihargai dan lebih terbuka untuk bercerita tanpa takut dihakimi.

"Pendekatan ini juga membangun rasa percaya dan kedekatan emosional yang menjadi dasar penting dalam hubungan keluarga yang sehat," ungkap Damour, seperti dikutip dari CNBC Make It.

Dengan tidak terburu-buru memperbaiki semua masalah anak, orang tua juga menunjukkan rasa percaya bahwa anak mampu menemukan solusinya sendiri. Ini penting untuk kepercayaan diri anak kelak.

Survei tentang pentingnya anak merasa 'didengarkan'

Damour menuturkan bahwa berdasarkan penelitiannya, sebagian besar anak usia remaja lebih menyukai jika orang tua mau 'mendengarkan' tanpa menghakimi terlebih dahulu.

Dalam survei lainnya di tahun 2024 juga menemukan bahwa sebanyak 62 persen responden menyatakan bahwa ketika mereka sedang kesal, anak hanya ingin orang tua mendengarkan.

Lebih dari separuh responden juga menginginkan ruang pribadi dari orang tua dalam situasi tersebut. Sementara itu, hanya 28 persen yang ingin mendengar nasihat dari orang tuanya.

Mendampingi anak sambil membiarkan mereka belajar menyelesaikan masalah sendiri sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri, kemandirian, dan ketahanan mental di masa depan. 

"Ketika orang tua menunjukkan rasa percaya bahwa anak mampu melakukan sesuatu, mereka belajar untuk mempercayai diri sendiri, bahkan ketika situasi terasa sulit," ungkap Psikolog Anak, Tovah Klein.

Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa ketika orang tua memberi ruang bagi anak untuk mengungkapkan kekhawatirannya tanpa menghakimi. Hal ini dapat membantu mereka belajar mengekspresikan dan mengatur emosi.

Bagaimana cara tepat memvalidasi perasaan anak?

Secara umum, semakin bertambah usia maka anak akan semakin jarang meminta bantuan kepada orang tua. Terkadang orang tua pun menjadi cemas dan khawatir karena merasa punya solusi yang cepat. 

Jika Bunda termasuk yang demikian, Damour menekankan pentingnya untuk tetap tenang dan bersabar mendengarkan perasaan anak. Hal ini bisa meningkatkan rasa percaya, lalu membuat anak menjadi lebih terbuka.

Prioritaskan empati ketika anak bercerita tentang masalah yang dihadapi. Sebaiknya jangan langsung memberikan saran atau solusi, apalagi menghakimi anak.

Tips agar anak merasa didengarkan saat bercerita

Berikut beberapa tips yang dapat Bunda terapkan untuk membantu membuat anak merasa benar-benar didengarkan: 

1. Memberi respons secukupnya

Saat Bunda mengulang dan memberi respons pada kata-kata anak, ini menunjukkan perhatian terhadap apa yang mereka ucapkan. Anak pun akan merasa didengarkan.

Bunda tidak harus mengulangi ucapan anak secara persis, tetapi Bunda juga bisa menambahkan detail, mempersingkat, atau memperbaiki ucapan anak.

2. Memberi validasi pada emosi anak

Kadang mungkin orang tua tidak yakin apa yang sebenarnya dirasakan anak. Misalnya, anak menangis tetapi Bunda tidak tahu apakah ia sedang marah, takut, atau sedih.

Tunjukkan bahwa Bunda memperhatikan dengan mengatakan, 'sepertinya kamu sedang kesal' atau 'sepertinya ada sesuatu yang membuatmu terganggu'.

Di waktu itu, anak mungkin juga belum tahu apa yang mereka rasakan. Diharapkan dengan berbicara bersama, orang tua dan anak bisa mencari tahu bersama-sama.

3. Ungkapkan perasaan dengan kontak fisik

Selain dengan kata-kata, Bunda juga bisa menunjukkan perhatian melalui tindakan. Sebagai contoh, Bunda juga dapat tetap berada di sisi anak sambil memeluk. Demikian dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) UK.

4. Bantu anak kelola emosi

Hindari langsung menyuruh anak berhenti merasa sedih atau marah, karena bagi mereka ini mungkin pertanda bahwa orang tua tidak mencoba memahami perasaannya.

Bantu anak mengelola emosinya dengan berbicara bersama mereka, bukan menyangkal perasaan tersebut.

5. Jaga kontak mata dan jangan potong pembicaraan

Dikutip dari Oxford Learning, pastikan Bunda selalu menjaga kontak mata saat anak sedang berbicara dan mengungkapkan perasaannya. 

Menjaga kontak mata dianggap lebih dapat dipercaya dan menunjukkan atensi. Menatap lawan bicara juga membantu meningkatkan konsentrasi, sehingga Bunda bisa benar-benar memahami apa yang disampaikan anak.

Hal yang tak kalah penting, biarkan anak menyelesaikan ucapannya dan jangan langsung menghakimi. Hindari menebak atau berasumsi tentang apa yang akan mereka katakan, karena hal ini dapat menghambat komunikasi yang efektif.

Itulah ulasan tentang kata psikolog mengenai pertanyaan sederhana tapi berharga yang bisa membuka komunikasi dengan anak.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda