Jakarta -
Anak jarang ketemu sama kakek-neneknya atau anggota keluarga yang lain nih. Tapi, pas ketemu kok mereka kayak takut gitu ya? Waduh, kenapa sih kamu, Nak? Apalagi, kakek, nenek, atau anggota keluarga lain jadi menganggap si kecil sombong gitu.
Bunda pernah mengalami itu? Tenang, Bun. Kata psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani S.Psi, M.Si., Psi atau Nina, kalau anak usia batita (di bawah tiga tahun) jadi
takut sama orang yang jarang dia temui padahal sudah kenal, itu lumrah kok.
Memang sih, kadang kita sering dikira nggak melatih anak dekat sama orang lain. Bahkan, bisa aja Bun ada yang bilang kalau kita nggak biasa mengenalkan anak ke orang lain yang notabene keluarganya. Hiks. Padahal nggak seperti itu ya, Bun.
"Anak batita jadi takut ketemu sama orang yang padahal udah dia kenal, bukan karena nggak kita latih dekat sama orang tersebut. Padahal, mungkin dia jarang ketemu," kata Nina dalam parenting seminar 'Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan si Kecil Menjadi Anak Generasi Maju' bersama SGM Eksplor di Hotel Santika Premiere, Slipi, Jakarta Barat, baru-baru ini.
Nah, supaya anak nggak dicap sombong dan kita pun nggak dianggap jarang mengenalkan anak ke keluarganya, ada trik yang bisa dilakukan nih, Bun. Kata Nina, sebelum ngajak anak ketemu sama kakek-neneknya misalkan, kita sampaikan ke si kecil kalau mereka akan ketemu kakek dan neneknya nih. Terus, kita bisa tunjukkin foto si kakek dan nenek.
Kalau punya video atau rekaman suara kakek sama nenek, bisa lho Bun diputarkan ke anak. Atau kalau mau lebih gampang, kita ajak si kecil menelepon atau video call-an sama kakek dan neneknya. Dengan begitu, anak bisa merasa lebih familiar sama kakek dan neneknya. Sehingga, dia merasa lebih dekat.
Nah, nanti kalau anak ketemu kakek-neneknya, dia udah lebih biasa dan nggak dicap sombong lagi deh, Bun. Untuk anak usia batita,
takut sama orang yang jarang ditemui jadi salah satu keterampilan sosialnya, Bun. Pada batita, keterampilan sosial mereka yang lain di antaranya main sebelahan sama teman, tapi nggak ngobrol dan berinteraksi karena memang keterampilan anak bicara belum terlatih.
Kemudian, anak meniru teman tapi nggak main bersama. Misalnya, ikut-ikutan teman mengambil balon. Terus, bisa juga si kecil memukul saat marah tanpa sadar. Ini karena anak batita belum tepat mengekspresikan emosinya. Keterampilan sosial ini Bun, kata Nina penting untuk anak bersosialisasi. Nah, bersosialisasi jadi salah satu kunci anak bisa jadi generasi maju.
Hadir dalam kesempatan sama, Marketing Manager SGM Eksplor, Astrid Prasetyo menekankan kalau semua orang tua pasti punya perjuangan masing-masing demi si kecil bisa jadi generasi maju, salah satunya bisa mencapai cita-cita mereka.
"Kami ingin mendukung orang tua dalam men-support anaknya mencapai cita-citanya. Apalagi, setiap anak Indonesia berhak untuk maju demi mencapai masa depannya yang lebih baik. Nah, supel, kreatif, mandiri jadi beberapa hal penting untuk mendukung anak supaya bisa jadi generasi maju," kata Astrid.
(rdn)